Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Advoksi Cegah Wabah Lintas Kabupaten/Kota


KUPANG, SPIRIT--Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menggencarkan advokasi pencegahan wabah diare dan demam berdarah dengue lintas kabupaten/kota yang biasa muncul pada setiap peralihan musim.

"Advokasi ini sudah kami lakukan sejak Agustus lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan NTT, dr. Bobby Koamesah, MMR, MMPK, di Kupang, Selasa (21/9/2010).

Bobby menambahkan advokasi yang dilakukan itu untuk mendorong para bupati dan wali kota serta DPRD setempat agar dapat mengalokasikan anggarannya untuk urusan pencegahan dan penanggulangan penyakit, seperti diare dan demam berdarah dengue (DBD).

"Kami memandang hal ini sangat penting, karena Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagian besar sulit untuk berterus terang kepada kepala daerah terkait alokasi anggaran untuk kepentingan kesehatan.

Sebagai pihak yang netral dari provinsi, kata dia, mungkin akan lebih baik melakukan pendekatan kepada kepala daerah agar mengalokasikan anggaran yang cukup untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan.
Ia mengatakan alokasi anggaran tersebut bukan proyek, tetapi semata-mata untuk kepentingan pelaksanan kegiatan pencegahan dan penanggulangan atau bahkan pengobatan bagi penderita.

Langkah lain yang dilakukan Dinkes Provinsi NTT ada gerakan pola hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan dan gerakan nyata pembasmian dan pencegahan jentik nyamuk dengan pembagian abate serta aksi lainnya.

Dalam penyeluhan masyarakat diimbau untuk mewaspadai wabah penyakit yang muncul sebelum dan saat peralihan musim yang biasanya rawan dengan menular seperti diare, DBD, Tubercholosis (TBC) dan penyakit menular seksual lainnya.

"Pola hidup sehat dan bersih harus mendapat perhatian serius seluruh masyarakat karena menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya diare yang saat ini mulai mewabah di sejumlah daerah di NTT, seperti Belu, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang," katanya.

Bobby mengatakan tingkat kesadaran warga masyarakat dan krisis air bersih akibat kekeringan di NTT saat ini serta fasilitas penunjang lainnya, telah ikut menyebabkan wabah diare pada setiap tahun di NTT. "Pada bulan-bulan seperti ini dimana kekeringan melanda NTT dan peralihan musim seperti saat ini sudah dipastikan akan berdampak pada penyakit menular ini," katanya.

Untuk mengatasi wabah ini, tidak sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah daerah, tetapi masyarakat juga perlu proaktif mencegah dengan berbagai cara seperti mengonsumsi air yang sudah dimasak, mencuci tangan sebelum makan, ciptakan lingkungan hidup yang bersih.

"Setia tahun ada wabah, pandangan atau selalu mengharapkan pemerintah yang akan menangani kasus ini. Padahal seperti diketahui pemerintah memiliki keterbatasan-keterbatasan," katanya.

Bobby mencontohkan masalah air bersih tidak semata harus menjadi tanggungjawab dinas kesehatan. Tetapi PDAM dan Kimpraswil atau sektor lain pun diminta untuk ikut berpartisipasi. Karena Dinas Kesehatan hanya memeriksa dan menguji, apakah air minum ini layak dikonsumsi. "Setiap tahun wabah ini pasti ada, karena itu semua pihak semestinya sudah siaga, sebelum ada kejadian," katanya.

Selain itu ada juga langkah membuat regulasi, pedoman atau prosedur tetap untuk mencegah dan menanggulangi masalah penyakit seperti ketika terjadi wabah yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau kejadiannya periodik bagaimana para medis dan pihak terkait lainnya mengatasi masalah wabah tersebut. (spirit ntt/ant)
Read More...

HIV-AIDS di Kota Kupang Meningkat

KUPANG, SPIRIT--Jumlah kasus HIV dan AIDS di Kota Kupang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam empat tahun terakhir sejak 2006-Agustus 2010.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang, Bastian Benufinit, di Kupang, Rabu (22/9/2010), mengatakan, peningkatan kasus tersebut sejalan dengan kesadaran masyarakat ikut tes secara sukarela melalui "volantery, counseling dan testing (VCT)". "Ini lebih disebabkan adanya peningkatan kegiatan tes HIV secara sukarela melalui VCT di sejumlah rumah sakit yang telah ditentukan di daerah itu," katanya.

Dia mengatakan, sesuai data terakhir yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Kupang, dilaporkan bahwa perkembangan kasus HIV/AIDS hingga Agustus tercatat 234 kasus, 164 kasus HIV dan 70 kasus AIDS. Jumlah ini mengalami peningkatan dari kasus sebelumnya.

Jumlah kasus HIV/Aids pada 2006 tercatat 75 kasus, 2007 meningkat menjadi 99 kasus dan 2008 menjadi 129 kasus.

Sementara pada 2009 meningkat menjadi 190 HIV/Aids dan data akhir Agustus (31 Agustus 2010) menjadi 234 kasus. "Ini peningkatan yang sangat signifikan jika kita bandingkan pada awal terjadinya kasus ini di tahun 2000 yang hanya untuk enam orang," kata Benufinit.

Menurut mantan Kepala BKPMD Kota Kupang ini, perkembangan kasus HIV dan Aids, ibarat fenomena gunung es karena jumlah kasus Aids yang dilaporkan hanya menunjukkan sebagian kecil dari yang sebenarnya terjadi. Untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman epidemi ini, tambah dia, perlu adanya kerja sama seluruh komponen masyarakat, agar pencegahan peningkatan penularan HIV dan AIDS bisa ditekan.

Peningkatan kualitas orang dengan HIV dan Aids (Odha), terus dilakukan, termasuk melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit yang mematikan ini pada individu, keluarga dan masyarakat. "Semua upaya itu menjadi tanggung jawab bersama, dan harus dilakukan sedini mungkin," kata dia.

Penglibatan masyarakat termasuk, swasta, LSM yang peduli HIV dan Aids, dengan sejumlah program pembinaan untuk memberi akses informasi lengkap serta layanan kesehatan mudah, berdampak positif pada memudarnya stigma serta diskriminasi Odha.

"Informasi epidemi HIV dan Aids terus dilakukan hingga ke tingkat kelurahan, termasuk informasi tempat pemeriksaan kesehatan bagi Odha di RSU Kupang, Bhayangkara dan RS Wirasakti Kupang," kata Benufinit. (kotakupang.com)
Read More...

Pemkot Didesak Tertibkan Izin Usaha Perdagangan


KUPANG, SPIRIT--Kalangan DPRD Kota Kupang mendesak pemerintah untuk terus melakukan penertiban kepemilikan izin usaha perdagangan, izin reklame dan sejumlah izin lainnya yang merupakan bagian dari sumber pendapatan bagi daerah, agar tidak merugikan daerah.

"Dalam perkembangan, ternyata masih banyak tempat usaha perdagangan yang belum memiliki izin usaha penjualan produk tertentu, yang berakibat pada kerugian bagi daerah," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Kupang, Adrianus Tally, di Kupang, Selasa (21/9/2010).

Adrianus mengatakan itu sebagai respons atas fakta bahwa masih begitu banyak tempat usaha yang belum memiliki izin usaha penjualan produk barang tertentu, serta menjamurnya pemasangan reklame produk yang tidak berizin.

Menurut dia, pemasangan reklame serta penjualan produk barang tanpa izin penjualan, akan berdampak langsung kepada kontribusi bagi pendapatan asli daerah dari sektor retribusi dan pajak, yang merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah Kota Kupang.

Kota Kupang sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, kata anggota badan anggaran itu, merupakan kota jasa dan perdagangan, yang sumber pendapatannya sangat bergantung kepada retribusi dan pajak, sehingga harus benar-benar dioptimalkan demi peningkatan pemasukan bagi daerah. "Kalau kondisi ini terus terjadi, akan berdampak kepada kerugian bagi daerah ini," kata Adrianus.

Dia menilai, kondisi yang terjadi saat ini, sebagai akibat dari kurangnya pengawasan yang semestinya dilakukan oleh sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan unit kerja lainnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing.

Sementara Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Kupang, Irianus Rohi, secara terpisah mengatakan, masih kecilnya pendapatan asli daerah, sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan di daerah ini, disebabkan belum maksimalnya pemerintah memanfaatkan sejumlah sumber pendapatan yang dimiliki.

Dari sektor jasa dan perdagangan sebagai sandaran bagi daerah ini, pemerintah belum mengoptimalkan sumber pendapatan dari pajak dan retribusi yang semestinya dikembangkan.

Untuk itu, ketua Komisi A itu meminta, agar pemerintah lebih meningkatkan pengawasan yang lebih intens, sehingga semua potensi yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara baik, demi peningkatan sumber pendapatan.

Selain itu, Rohi juga mengatakan, agar pengelolaan setiap potensi sumber pendapatan yang ada, harus dilakukan dengan profesional dan bertanggung jawab, sehingga benar-benar terpakai secara maksimal, demi kepentingan masyarakat di daerah ini. "Jangan sampai ada staf yang mulai bermain-main dan memanfaatkan potensi yang ada untuk kepentingan pribadi. Ini juga patut diperingatkan agar tidak terjadi," kata Rohi. (kotakupang.com)
Read More...

Dirum Bank NTT Narasumber Analisis Kredit


KUPANG, SPIRIT--Para pengelola perbankan umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilatih analisis pemberian kredit usaha mikro dan kecil (UMK). Salah satu narasumbernya adalah Direktur Umum (Dirum) Bank NTT, Adrianus Ceme. Narasumber lainnya Deputi Pemimpin BI, Ocky Ganesia; Analis Muda Senior BI Kupang, Jacob Amaral dan Hendro Wardoyo.

"Pelatihan ini merupakan program Bank Indonesia (BI) Kupang. Tujuannya untuk mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan," ujar Pemimpin BI Kupang, Lukdir Gultom, ketika memberi sambutan pada acara pelatihan tersebut di Lantai II Hotel Kristal, Kota Kupang, Selasa (21/9/2010). Para peserta yang hadir dalam kegiatan itu terdiri dari 43 orang yang berasal dari bank umum, dan BPR yang ada di NTT.

Menurut Lukdir, untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan khususnya di UMK, BI melakukan berbagai hal dalam bentuk fasilitasi dan regulasi. "Pelatihan ini lebih ditekankan pada studi kasus dan resiko kredit, pemahaman laporan keuangan UMK, analisis kredit dan aspek pemeberian kredit," kata Lukdir. Sedangkankan, studi kasus, lanjutnya dilakukan dengan latihan soal termasuk presentasi analisis kredit bagi UMK.

Dijelaskan pula, manfaat dari peningkatan kemampuan peserta melalui pelatihan tersebut untuk mendorong peningkatan perekonomian melalui pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada masyarakat.

"Kita harapkan dengan pelatihan ini, para pejabat dan staf bidang perkreditan pada bank-bank umum maupun BPR mendapat penguatan keterampilan dalam operasional sehingga dapat pula menganalisis potensi kredit," katanya.

Lukdir mengingatkan agar pemberian kredit perlu dianalisis secara baik sehingga memberikan kredit atau pembiayaan kepada UMK secara cepat, namun tetap menganut prinsip kehati-hatian, agar resiko pemberian kredit bisa diminimalisir. "Kondisi itu akan mendukung pertumbuhan kredit UMK terutama kredit modal kerja dan kredit investasi di NTT bisa ditingkatkan," ujarnya. (yel)
Read More...

Rindu 18 Tahun Terobati...


RAKYAT Timor Tengah Utara (TTU) kini memiliki gedung baru Kantor Bank NTT. Megah. Letaknya di Jalan El Tari 1, di jantung Kota Kefamenanu. Sebelumnya terletak di Jalan Basuki Rahmat dengan luas areal minim. Itulah Kantor Bank NTT Cabang Kefamenanu. Pemakaiannya diresmikan hari Rabu (22/9/2010).

Acara peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti, pelepasan balon gas ke udara, dan pengguntingan pita oleh Bupati TTU, Drs. Gabriel Manek, M.Si.
Apa kata Bupati Gabriel Manek? Telah 18 tahun masyarakat TTU merindukan gedung Bank NTT yang representatif, namun kini baru terobati. "Kehadiran gedung baru Bank NTT ini mengukir sejarah baru karena diresmikan bertepatan dengan HUT ke-88 Kota Kefamenanu," kata Bupati Manek.

Direktur Umum Bank NTT, Adrianus Ceme, SE, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bupati dan DPRD TTU serta segenap masyarakat TTU atas dukungannya menerima kehadiran Bank NTT di daerah itu. Khusus kepada pemerintah setempat, Ceme mengucapkan terima kasih karena telah menyerahkan hak pakai tanah untuk pembangunan gedung kantor Bank NTT yang kini telah diresmikan.

Pemimpin Bank Indonesia Kupang, Lukdir Gultom, dalam peresmian itu mengatakan, BI mendukung kehadiran Bank NTT di TTU untuk peningkatan pelayanan kepada nasabah. Ia berharap agar Bank NTT memberikan kucuran kredit kepada masyarakat TTU, terutama usaha kecil menengah (UKM) untuk menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut.

Pada kesempatan itu juga dibacakan beberapa perkembangan Bank NTT Kefamenanu per periode semester pertama, Juli 2010 antara lain dana pihak ketiga Rp 93.203.000.000, kredit yang disalurkan Rp 209.347.000.000, jasa giro kepada Pemkab TTU Rp 824.000.000, dividen kepada Pemkab TTU Rp 2.204.000.000, laba tahun berjalan (Semester I) Rp 16.021.000.000. (dd)
Read More...

Bank NTT Sponsor Utama Porprop NTT


BANK NTT tak hanya mengejar profit. Kepeduliannya untuk memajukan dunia olahraga di NTT sangat tinggi. Buktinya, bank kebanggaan rakyat NTT ini menjadi sponsor utama Pekan Olahraga Propinsi (Porprop) 2010 yang akan digelar di Kupang, 21-28 Oktober 2010.

"Selain Bank NTT, panitia sedang menjajaki adanya kemungkinan bergabungnya pihak swasta sebagai sponsor pendamping," kata Sekretaris Umum Porprop NTT 2010, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd, di Sekretariat KONI NTT, Kamis (16/9/2010).

"Bank NTT sudah pasti menjadi sponsor utama Porprop 2010. Besarnya dana yang disumbangkan akan diumumkan dalam waktu dekat. Sponsor pendamping lainnya seperti Flobamora Mall, Suzuki dan perusahaan operator selular juga sudah bersedia menjadi sponsor. Terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk Porprop 2010 ini membuat panitia harus berusaha menjalin kerja sama dengan pihak ketiga," jelas Ary.

Sementara itu, dalam rapat panitia di Sekretariat KONI NTT, belum lama ini, telah disepakati dan ditetapkan jadwal dan lokasi penyelenggaraan 12 cabang olahraga yang dipertandingkan dan dilombakan pada Porprop 2010. "Lokasi pertandingan dan lomba sudah siap dipakai. Ada beberapa titik yang memang butuh pembenahan. Sementara peralatan pertandingan akan dimaksimalkan yang sudah ada, sedangkan untuk penambahan akan dilihat dulu apa memang sangat perlu atau tidak," tegas Ary.

"Panitia pelaksana di 12 cabang olahraga yang ada sudah bertekad untuk menyukseskan event ini. Mereka juga bersedia untuk terus menjalin hubungan dengan kabupaten/kota yang ada agar mempersiapkan atlet beserta administrasinya dengan baik," jelasnya. (eko)
Read More...

Berkas Pemekaran Sudah Diserahkan ke Kemendagri

KUPANG, SPIRIT--Panitia usulan pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Malaka (Pemekaran Kabupaten Belu), Kabupaten Adonara (Pemekaran Kabupaten Flores Timur) dan Kota Maumere (Pemekaran dari Kabupaten Sikka), telah menyerahkan berkas-berkas usulan pemekaran.

"Berkas-berkas pemekaran itu diserahkan panitia usulan pemekaran DOB pada tanggal 19 Agustus 2010 kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Komisi II DPR RI dan Komite I DPD RI yang membidangi otonomi daerah," kata Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dalam sidang paripurna penutupan masa sidang II DPRD NTT tahun anggaran 2010 di Kupang, Senin (20/9/2010).

Gubernur Lebu Raya berharap DPRD setempat berkomitmen terus mendukung usulan pemekaran daerah otonomi baru yang telah disampaikan ke pemerintah pusat. "Pemerintah telah menyampaikan dokumen usulan pemekaran Kabupaten Malaka di Kabupaten Belu, Kota Maumere di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Adonara di Kabupaten Flores Timur, karena itu pemerintah mengharapkan dukungan Dewan terhormat," katanya.

Direktur Penataan Daerah dan Otonomi Khusus, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah (Ditjen Otda), Sonny Sumarsono, ketika menerima panitia usulan pemekaran dari NTT dinataranya Asisten I Yosep Aman Mamulak, wakil dari ketiga DOB yang diusulkan Kristo Blasin dan H. Yahidin Umar mengatakan aspirasi masyarakat ini tentu menjadi perhatian pemerintah pusat. Namun, katanya, sesuai ketentuan, usulan pemekaran daerah harus memenuhi persyaratan sebagaimana disyaratkan dalam PP Nomor 78/2007 tentang pemekaran wilayah.

"Berkas yang sudah kami terima kiranya sudah memenuhi ketentuan tersebut, dan bila belum, setelah diverifikasi akan disampaikan yang masih kurang untuk dilengkapi," katanya.

Saat ini, katanya, pemerintah sedang fokus menyelesaikan grand design (rencana besar) penataan/pemekaran wilayah sebagai langkah menata wilayah Indonesia hingga tahun 2025 nanti.

Oleh karena itu, katanya dalam waktu penyiapan grand design ini pemerintah melakukan jeda sementara (moratorium) pemekaran wilayah sambil melakukan evaluasi terhadap daerah-daerah yang sudah dimekarkan itu.

Grand design itu, lanjut dia, telah disampaikan dan dibahas di DPR, namun belum ada pengesahan terhadap rancangan itu. Sehingga dengan masuknya usulan baru untuk Malaka, Adonara dan Maumere ini diharapkan bisa masuk dalam daftar usulan untuk pembahasan, selain 33 daerah otonom baru yang sudah masuk program legislasi nasional saat ini.

Menurut gubernur, semua item persyaratan yang diminta sudah dipenuhi diantaranya aspirasi atau dukungan masyarakat, lokasi ibukota. Komitmen hibah dana sebesar Rp 5 miliar dari Pemerintah Provinsi selama dua tahun pertama berdirinya ketiga DOB ini termasuk untuk penyelenggaraan Pilkada Rp 2 miliar serta komitmen dari kabupaten induk.

"Khusus untuk dana hibah ini memang sudah diatur dalam peraturan yang ada, namun dukungan dari DPRD NTT sebagai pengendali dan pengawas anggaran di tingkat provinsi sangat dibutuhkan," katanya. Untuk menguatkan dukungan dan komitmen ini, persyaratan tambahan berupa risalah sidang untuk persetujuan komitmen hibah dari Pemprov dan DPRD itu telah diserahkan pula ke pemerintah pusat.

Karena dari pengalaman yang pernah terjadi, komitmen itu sudah ada, ketika DOB-nya sudah resmi berdiri, ada saling tolak menolak bahwa persetujuan itu hanya diketahui pimpinan dewan sedangkan anggota tidak sehingga mengganggu kinerja DOB tersebut, katanya. (spirit ntt/ant)

Read More...

Dinkes Optimalisasi Laboratorium Air Bersih

KUPANG, SPIRIT--Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang terus melakukan optimalisasi laboratorium pemeriksaan air bersih untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri yang bisa membawa dampak penyakit bagi masyarakat.

"Pemeriksaan setiap sampel air yang diambil dari sejumlah sumber di laboratorium air dilakukan secara reguler tiga bulan sekali," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr. Ary Wijaya, di Kupang, Selasa (21/9/2010).

Dia mengatakan, dengan melakukan pemeriksaan air bersih dari sumber air baku yang dilakukan secara reguler, akan dengan mudah untuk mengantisipasi sejumlah penyakit yang ditimbulkan dari konsumsi air yang telah tercemar.

Selain melakukan pemeriksaan air laik konsumsi yang dilakukan dari sejumlah sumber air baku, Dinas Kesehatan juga melakukan pemeriksaan terhadap air yang disalurkan melalui tanki penyalur, sehingga antisipasi yang sama juga bisa dilakukan terhadap aktivitas penjualan air tanki di daerah ini.

Menurut Ary, selain melakukan pemeriksaan secara reguler, pihaknya juga bisa melakukan pemeriksaan secara lebih intens dalam waktu yang lebih singkat, jika terindikasi sumber mata air baku telah tercemar bakteri dan virus seperti ecoly, yang bisa membawa menularkan penyakit bagi masyarakat yang mengonsumsinya.

Semua kebijakan ini, kata Ary, demi menjaga kualitas air laik konsumsi oleh masyarakat, untuk menghindari kemungkinan timbulnya penyakit yang bersumber dari air yang tercemar dan tidak higienis.

Dia mengatakan, potensi pencemaran sumber air baku yang ada di Kota Kupang terbesar terjadi pada saat musim hujan, di mana air sisa buangan banjir pascahujan bisa merembes ke sejumlah sumber mata air yang bisa mencemari air baku tersebut.

Untuk itu, selain melaksanakan pemeriksaan reguler, masyarakat juga diminta untuk tetap menjaga sanitasi di setiap daerah tempat tinggal termasuk di sejumlah sumber mata air, sehingga kondisi sumber mata air bisa tetap terjaga kebersihannya.

"Kalau masyarakat juga bisa bersinergi secara bersama-sama menjaga sumber mata air di sekitarnya, maka saya optimistis air yang akan dikonsumsi akan laik untuk dikonsumsi," kata dia.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi air yang sudah dimasak hingga mendidih. (kotakupang.com)

Read More...

Sebagian Puskesmas Belum Dialiri Listrik


KUPANG, SPIRIT--Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr. Ary Wijaya, mengakui, sebagian Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, belum dilengkapi fasilitas air bersih dan jaringan listrik.

"Memang listrik dan air merupakan kebutuhan vital dalam mendukung efektivitas pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan di masyarakat, namun masih banyak yang belum terpasang di Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu yang ada di Kota Kupang," kata dr. Ary di Kupang, Senin (20/9/2010).

Pengakuan dokter umum itu disampaikan berkaitan dengan, keluhan masyarakat terkait masih belum maksimalnya pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, karena terkendala listrik dan air.

Menurut dia, dari 10 Puskesmas dan 32 Puskesmas Pembantu yang sudah ada, ditambah lima unit lainnya yang sedang dalam pengerjaannya dan tersebar di 49 kelurahan yang ada, masih ada sejumlah tempat layanan kesehatan masyarakat itu yang belum mendapatkan layanan jaringan air bersih dan listrik, karena terkendala jaringan masing-masing layanan.

Di beberapa titik lokasi, seperti di Kelurahan Belo dan Naioni, yang berada di batas wilayah Kabupaten Kupang, memang belum terpasang jaringan perpipaan untuk jaringan air bersih dari PDAM Kabupaten Kupang.

Untuk mengatasi hal itu, kata dia, Dinas Kesehatan sudah mengadakan sejumlah tempat penampungan air bersih berupa fiber, dan menggunakan jasa mobil tangki air sebagai sumbernya. "Semua kendala sudah kita talangi, agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap berjalan efektif," kata Ary. Terhadap jaringan listrik, lanjut Ary, hanya terkendala pada instalasi dalam dan hanya untuk beberapa pustu saja.

Dia menjelaskan, jaringan listrik menjadi salah satu hal vital yang harus dimiliki oleh Puskesmas, terutama di sejumlah Puskesmas yang telah berstatus rawat inap yang penanganan dan tindakannya sudah sampai pada tahap penanganan ibu melahirkan.
"Karena itu semua alat yang ada harus digerakan melalui aliran listrik, sehingga ia menjadi penting," kata Ary.

Terhadap rencana pembangunan tambahan lima Puskesmas Pembantu, dia mengatakan akan langsung dilengkapi dengan jaringan air bersih dan listrik, sehingga pada saat operasionalisasi pustu tersebut, sudah tidak lagi mendapatkan kendala yang berakibat kepada menurunya mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. "Pada prinsipnya, pemerinatah akan selalu memberikan layanan kesehatan yang terbaik demi peningkatan taraf hidup sehat masyarakat di daerah ini," kata Ary. (kotakupang.com)
Read More...

Dinkes Kota Kembangkan Jejaring Preventif

KUPANG, SPIRIT--Dinas Kesehatan Kota Kupang mengembangkan jejaring preventif dan promotif di setiap lingkungan masyarakat melalui petugas kesehatan yang ditempatkan di setiap puskesmas dan pustu. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi sejumlah penyakit yang timbul akibat perubahan cuaca menuju musim hujan.

"Anomali cuaca yang berubah dari musim kemarau ke musim penghujan, biasanya membawa dampak bagi kesehatan masyarakat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr. Ary Wijaya, di Kupang, Senin (20/9/2010). Menurut dia, sejumlah penyakit yang biasanya timbul pada perubahan cuaca tersebut, yaitu malaria, demam berdarah dengue (DBD), diare serta infeksi pernapasan akut.

Untuk DBD dan diare, kata Ary, hingga saat ini, dari laporan bulanan periode I dari setiap puskesmas dan pustu yang ada, belum terlihat ada indikasi wabah kedua penyakit tersebut. Namun demikian, lanjut dia, antisipasi tetap terus dilakukan dengan kegiatan penyebaran abate untuk mematikan jentik-jentik di tempat penampungan air, agar tidak berkembang menjadi nyamuk malaria.

Bubuk abate, kata Ary, akan dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat melalui puskesmas-puskesmas yang ada. "Jika terjadi wabah, kita sudah siapkan alat voging untuk pengasapan di wilayah sejauh radius 200 meter, untuk mematikan nyamuk dewasa," kata Ary.

Sementara untuk antisipasi diare, menurut Ary, terus dilakukan upaya bersama masyarakat dalam menjaga sumber air minum agar tidak tercemar dengan berbagai sumber bakteri dan virus yang bisa menjadi sumber wabah penyakit. "Sumur dan sejumlah sumber mata air baku masyarakat harus tetap dijaga kebersihannya agar tidak tercemar," kata dia. Jika terindikasi terjadi wabah, lanjut Ary, setiap sumber air baku masyarakat, akan diberikan kaporit untuk membunuh ecoli yang menyebarkan virus penyakit.

Selain itu, pola mengubur, menutup dan membersihkan (3M) tempat-tempat yang menjadi genangan air, terus disosialisasikan kepada masyarakat sehingga diharapkan tidak ada kesempatan bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak. Dia juga berharap, agar pola hidup sehat dengan mengonsumsi air setelah dimasak sampai mendidih, terus dilakukan masyarakat. "Kebiasaan memasak air hingga mendidih sebelum diminum dan mencuci tangan sebelum makan, terus kita sampaikan kepada masyarakat, apalagi pada perubahan musim, karena masyarakat kita sering lalai karena sudah terpola dengan hidup apa adanya," katanya.

Stok obatan-obatan di puskesmas dan pustu kata dia terus diperkuat, sehingga bisa menjangkau masyarakat yang terkena wabah penyakit yang diakibatkan oleh perubahan musim yang akan terjadi ini. (kotakupang.com)
Read More...

Pemkot Kupang Tak Tolerir Distributor Minuman Keras


KUPANG, SPIRIT--Pemerintah Kota Kupang tidak akan mentolerir lagi distributor dan pengecer minuman keras yang enggan mengurus izin usaha perdagangan.

"Terhadap pengusaha nakal, kita akan tindak sesuai aturan yang berlaku. Tidak ada toleransi," kata Kepala Bagian Ekonomi Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Kupang, Ejbends Doeka, di Kupang, Selasa (21/9/2010).

Dia mengatakan itu di sela-sela operasi penertiban ribuan botol dan ratusan dus minuman keras yang tidak memiliki izin tempat penjualan serta tidak memiliki label, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Kupang No. 33 Tahun 1989 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Beralkohol.

"Hari ini (Selasa 21/9/) kita amankan ratusan dus miras yang dijual tanpa izin dan tidak memiliki label retribusinya di UD Gembira," kata Doeka.

Dia mengatakan, terhadap distributor UD Gembira yang berlokasi di Ruko Oebobo, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, tidak lagi memiliki izin tempat usaha penjualan miras, karena tidak melakukan perpanjang pengurusan izinnya.

Selain itu, lanjut mantan Kabag Organisasi Setda Kota Kupang itu, ratusan botol dari sejumlah jenis miras tidak memiliki label retribusi penjualan. "Izinnya sudah mati setahun, tetapi tidak diurus lagi. Ini sebuah tindakan kesengajaan," kata dia.

Terhadap tindakan kesengajaan ini, Doeka mengatakan, pemerintah tidak akan memberikan toleransi selain memaksakan distributor yang bersangkutan untuk segera mengurus izin usahanya.

Dia mengaku, pemerintah adalah mitra pengusaha dalam memberikan kontribusi bagi pelaksanaan pembangunan di daerah untuk menggairahkan ekonomi daerah.

Untuk itu, kata dia, pemerintah selalu terbuka dalam setiap kendala yang dialami oleh setiap pengusaha untuk duduk bersama mencari jalan keluar terbaik demi tercapainya kepentingan bersama, baik pemasukan bagi daerah, juga keuntungan bagi pengusaha.

Menurut Doeka, Kota Kupang merupakan kota jasa dan perdagangan yang sangat bergantung kepada retribusi dan pajak perizinan, sebagai sumber pendapatan asli daerah. "Kalau ternyata sektor ini justru tidak optimal karena kesengajaan pengusaha yang tidak mengurus izin maka daerah sudah dirugikan," katanya.

Dia berjanji, akan melakukan penertiban yang sama di semua distributor dan pengecer penjualan minuman keras, dalam rangka optimalisasi potensi pendapatan daerah. (kotakupang.com)
Read More...

Pemilik 2.139 Reklame Tak Bayar Retribusi


KUPANG, SPIRIT--Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Kupang, Dumuliahi Djami, mengatakan pihaknya menemukan 2.139 reklame ilegal di wilayah itu karena tidak membayar retribusi.

Dumuliahi Djami mengatakan, temuan sejumlah reklame tidak berizin itu saat dia melakukan operasi dan pendataan di seluruh wilayah Kota Kupang yang dilakukan selama pertengahan Juli hingga Agustus 2010.

"Disebut ilegal karena data lapangan hasil operasi yang dilakukan oleh Pol PP berbeda dengan data yang ada di Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang," kata Djami di Kupang, Kamis (16/9/2010).

Dari jumlah total data milik Pol PP terhadap reklame sebanyak 2.423 buah reklame ilegal itu, yang tercatat di Dispenda Kota Kupang hanya sebanyak 284 buah, dan terdapat selisih sebesar 2.139 buah. "Jumlah inilah yang kita sebut ilegal, karena tidak terdata dan tidak membayar retribusi bagi Pemerintah Kota Kupang," kata dia.

Menurut dia, dari tiga kategori reklame yang ada, masing-masing reklame kecil, sedang dan besar. Jumlah reklame ilegal terbanyak ada pada kelompok reklame kecil sebanyak 1.172 diikuti reklame sedang sebanyak 892 serta reklame besar 75 buah.

Untuk jumlah reklame yang terdata di empat wilayah kecamatan yang ada, kata dia, terbanyak ada di Kecamatan Kelapa Lima sebanyak 1.255, menyusul Kecamatan Oebobo 687 buah, Kecamatan Maulafa 151 dan Kecamatan Alak 46 buah.

Terhadap sejumlah perusahaan pemilik reklame yang belum memiliki izin tersebut, akan diminta untuk segera mengurus izinnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di daerah ini.

Pemerintah Kota Kupang, kata Dumul, telah mengatur hal yang berkaitan dengan izin reklame di Kota Kupang dengan Perda Kota Kupang Nomor 7 tahun 2002 tentang Izin Reklame. "Aturan itulah yang harus ditaati oleh pemilik produk yang mau diiklankan, karena setelah itu akan ada penertiban dan penegakkan terhadap perda tersebut," kata dia.

Menurut Dumul, dampak dari tidak berizinnya sejumlah reklame yang ada di Kota Kupang telah mengakibatkan menurunya pendapatan asli daerah Kota Kupang dari sektor pajak dan retribusi yang seharusnya diterima, untuk dipergunakan dalam melaksanakan sejumlah kegiatan pembangunan kemasyarakatan. "Karena bayak yang tidak berizin inilah telah menurunkan PAD Kota Kupang dari sektor retribusi dan pajak," kata Dumul. (kotakupang.com)
Read More...

Gizi Buruk Sindrom Kemiskinan


KUPANG, SPIRIT--Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Propinsi NTT, dr. Stefanus Bria Seran, menjelaskan, masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan semata.

Menurut Bria Seran, di samping berkaitan juga dengan aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat, masalah gizi juga merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga.

"Meningkatnya kasus gizi buruk yang terjadi di NTT mengisyaratkan lemahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, terutama pada golongan miskin. Melemahnya ketahanan pangan berdampak pada menurunnya konsumsi zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk dapat hidup aktif dan sehat," ujar Bria Seran. dalam lokakarya penanggulangan gizi buruk tingkat Propinsi NTT di Hotel Romyta Kupang, Kamis (23/9/2010).

Sementara Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, M.Si, mengharapkan semua elemen masyarakat di NTT terus membangun kerja sama mengatasi masalah gizi buruk. Selama ini penanganan gizi buruk belum optimal. "Semua pihak harus memberikan perhatian dan dukungan serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah gizi buruk," kata Foenay.

Foenay mengatakan, semua komponen masyarakat secara bersama-sama harus menyukseskan pembangunan di bidang kesehatan. Pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri tanpa dukungan dan pastisipasi aktif masyarakat. "Kita semua memiliki tanggung jawab yang sama dan sama-sama bertanggungjawab untuk membangun NTT," katanya.

Menurut Foenay, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kinerja sistem kesehatan, pelayanan kesehatan serta membudayakan pola hidup sehat melalui berbagai program dan kegiatan kesehatan, antara lain melalui program perbaikan gizi masyarakat. (den)
Read More...

NTT Targetkan Bebas Buang Hajat Sembarangan 2014


KUPANG, SPIRIT--Propinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan bebas dari buang hajat di sembarangan tempat pada 2014 sebagai salah satu upaya mencegah berjangkitnya virus penyakit menular pada warga setempat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT), dr. Bobby Koamesah, di Kupang, Rabu (22/9/2010), mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut pada tanggal 12 Oktober mendatang gubernur akan mencanangkan hal itu di Kabupaten Rote Ndao.

"Pencanangan ini merupakan yang kesekian kalinya dilakukan pemerintah propinsi dan akan terus digalakkan ke kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur hingga benar-benar tuntas dari Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat tahun 2014," katanya.

Menurut dia, Indonesia saat ini masih menempati urutan ke-41 dari 102 negara berkembang yang rendah kesadaran untuk BAB di tempat yang sehat. Hal ini terjadi karena hingga saat ini sekitar 110 juta dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia atau sekitar 60 persen memilih BAB di sembarangan tempat, meskipun telah memiliki kakus.

Pencanangan ini, katanya diharapkan menjadi gerakan bersama untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan melalui BAB di sembarangan tempat yang diyakini sebagai sumber adanya penyakit menular pada setiap saat.

Selain penyuluhan, juga dibentuk kelompok kerja percepatan pembangunan sanitasi pemukiman di sejumlah kabupaten untuk memantau kelancaran saluran pemusatan dan pembuangan limbah rumah tangga, selain itu juga melakukan pengawasan terhadap daerah yang masyarakatnya masih gemar BAB sembarangan. (spirit ntt/ant)
Read More...

Gereja Sonafhonis Pusat Pesparawi

KUPANG TIMUR, SPIRIT--Empat puluh empat peserta ambil bagian dalam perlombaan Pesparawi (pesta paduan suara gerjawi) perempuan GMIT jemaat se- Klasis Kupang Timur.

Kegiatan berlangsung selama dua hari, Selasa-Rabu (21-22/9/2010), dipusatkan di gereja Sonafhonis Oekabiti, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang.

Perlombaan diawali dengan kebaktian yang dipimpin Pdt. Marthina Muni, S.Th. Turut hadir ketua DPRD Kabupaten Kupang, Melitus Ataupah.

Camat Amarasi, Drs. Daniel Ton mengatakan, peserta jangan berpikir untuk memperoleh juara, tetapi yang penting adalah bernyanyi untuk memuji Tuhan.
"Jika berhasil menjadi juara, jangan cepat merasa puas, tetapi terus berlatih untuk mempertahankannya. Sebab, untuk mempertahankan juara itu sangat sulit dari pada memperebutkan," ujar Daniel Ton.

Ketua panitia Pesparawi, Charles Abineno menjelaskan, maksud dan tujuan kegiatan pesparawi untuk membina persekutuan dan menumbuh kembangkan iman jemaat untuk selalu memuji Tuhan. "Lomba ini merupakan yang kedua kali. Lomba pesparawi yang pertama di gelar di desa Oesena, Kecamatan Amarasi," jelas Abineno. (den)
Read More...

Kebijakan Belum Menyentuh Masyarakat


KUPANG, SPIRIT--Bupati Kabupaten Kupang, Drs. Ayub Titu Eki mengatakan Kabupaten Kupang masih berada di bawah garis kemiskinan. Meski demikian, masyarakat Kabupaten Kupang tidak sadar bahwa dirinya miskin. Salah satu penyebab kemiskinan karena kebijakkan belum menyentuh masyarakat.

"Kita tidak miskin padahal orang lain melihat kita miskin, karena itu harus dilihat apa yang menjadi penyebab kita menjadi miskin, seperti terjadi rawan pangan dan malnutrisi," kata Titu Eki pada kegiatan analisa penyebab dan analisa respons kerawanan pangan dan gizi secara terpadu di Hotel Sasando, Senin (20/9/2010). Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama FAO, UNICEF dan WFP.

Menurut Titu Eki, salah satu penyebab terjadinya kemiskinan karena faktor kebijakkan yang belum menyentuh masyarakat. Sementara, aparat pemerintah hanya bisa berteriak tentang kemiskinan.

"Jangan salahkan masyarakat, karena kita belum menyusun rencana anggaran atau program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Rencana anggaran dan kebijakkan itu disusun terkadang kita tidak tahu harus memulai dari mana dan berakhir dimana," katanya.

Titu Eki mengharapkan, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan instansi terkait lainnya bersama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) berdiskusi dan menyusun kerangka analisa dan rencana strategi ketahanan pangan dan gizi di kabupaten Kupang. "Kita bekerjasama dengan LSM lokal dan internasional. Kerjasama itu karena mereka membantu kita. Kita jangan bangga karena dibantu dan tanpa mau berubah," ujar Titu Eki.

Kegiatan itu bertujuan untuk memvalidasi profil ketahanan pangan dan gizi di Kabapaten Kupang serta menggali informasi secara detai tentang penyebab utama baik langsung dan tidak langsung dari kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten Kupang. (den)
Read More...

Tandai Pembangunan Pabrik Mangan di Takari


KUPANG, SPIRIT--Penanaman anakan kayu cendana dan penukaran cendera mata menandai didirikannya pembangunan pabrik pencucian dan pemilahan mangan menelan dana investasi Rp 500 miliar. Pabrik ini dibangun di atas lahan tanah seluas dua hektar di Dusun Satu Bijaisahan, Desa Tuapanaf, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.

Langkah awal pembangunan pabrik ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Kupang, Drs. Ayub Titu Eki, dan pimpinan PT Setia Lestari Permai dari Cina, Mr. Chou Shin Yuning, Sabtu (18/9/2010). Turut hadir dalam acara ini dua pejabat dari perusahaan itu, masing-masing Mr. Lam Cheng Shing, dan Mr. Chon Shin Hua serta para pejabat dari beberapa SKPB di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kupang.

Ketua Panitia Pembangunan Pabrik, Daniel Charlin, dalam laporannya mengatakan, pembangunan pabrik mangan itu akan diselesaikan dalam tiga tahap. Tahap pertama dibangun dalam jangka waktu tiga sampai enam bulan untuk memproduksi mangan MM02 untuk menyuplai pabrik-pabrik kimia. Tahap kedua akan dibangun dalam jangka waktu dua tahun untuk memproduksi mangan aktif dan menyuplainya ke pabrik baterei. Tahap ketiga akan dibangun dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun untuk memproduksi mangan kimia berteknologi tinggi untuk produksi bahan- bahan kimia.

Bupati Kupang, Drs. Ayub Titu Eki, dalam sambutan lisannya mengatakan, langkah pertama pembangunan pabrik ini diharapkan akan diikuti dengan kedua, ketiga dan seterusnya. Jika pabrik ini benar-benar beroperasi, kata Titu Eki, maka masyarakat dan pemerintah akan ikut menikmatinya.

Titu Eki mengatakan, pemerintah tidak akan memberikan beban yang besar kepada pengusaha yang akan melakukan investasi di Kabupaten Kupang. Pemerintah Kabupaten Kupang memberikan prioritas kemudahan kepada pengusaha untuk membangun pabrik. Sampai dengan saat ini ada 60 pengusaha yang bergerak di bidang mangan.

"Namun sampai dengan saat ini saya belum tanda tangan berkas-berkas suratnya. Karena mereka harus lebih dulu membangun pabrik, baru surat-surat itu ditandatangani. Jika perusahaan ini tidak membangun pabrik, maka perusahaan ini harus bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki pabrik. Sementara perusahaan- perusahaan yang saat telah beroperasi meski belum mendapat izin adalah perusahaan pencuri. Masyarakat harus menangkap perusahaan-perusahan ini," katanya. (den)
Read More...

PNS yang Tidak Disiplin Bisa Dipecat


KUPANG, SPIRIT--Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak disiplin, suka membolos dan bila diperingati masih terus membandel, bisa dikenakan teguran keras atau bisa dipecat tidak dengan hormat. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Penegasan ini disampaikan Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah Kabupaten Kupang, Drs. Hendrik Paut, M.Pd, pada upacara bendera 17 September 2010 di halaman Kantor Bupati Kupang.

"Masalah disiplin aparatur pemerintah kini telah menjadi sorotan. Jika ada PNS yang tidak disiplin, membolos dan bila diperingati masih terus membandel, supaya diberi teguran keras. Bila perlu dipecat," tandas Titu Eki.

Ia menegaskan bila dalam satu tahun ada PNS yang meninggalkan tugas dan pekerjaannya selama 46 hari, maka oknum PNS itu harus dipecat tidak dengan hormat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Bupati Ayub Titu Eki kembali menegaskan kepada semua pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar mengambil tindakan tegas atas tindakan tidak disiplin pegawainya. Jika pegawai tersebut sering membolos atau tidak mentaati hari dan jam kerja, maka harus dikenai teguran pertama, kedua dan ketiga. Apabila pegawai tersebut tidak mengindahkan teguran itu bisa diberikan hukuman yang sesuai.

Selanjutnya kepada SKPD patut kita memberikan apresiasi yang karena kewenangannya dan karena tugas pokok dan fungsinya telah berupaya keras mendorong percepatan penerimaan daerah.

Bupati Kupang Ayub Titu Eki dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Kabupaten Kupang Hendrik Paut, menjelaskan bahwa sebagian populasi dimuka bumi ini bergantung pada sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan sektor lain yang juga sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim yang sangat ekstrim dirasakan adalah sulit memperkirakan antara musim hujan dan musim kemarau dan waktu tertentu suhu bumi meningkat, ancaman perubahan iklim ini akan dirasakan oleh masyarakat petani, antara lain kekurangan pangan yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang rentan terhadap wabah penyakit.

Selain itu masyarakat akan gagal panen karena curah hujan yang tidak menentu yang juga berpengaruh langsung pada masyarakat nelayan tradisional karena pengaruh salinitas air laut, dampak lain ialah bencana alam banjir dan longsor.

Untuk itu, Bupati Ayub Titu Eki, menginstruksikan kepada semua instansi terkait agar melakukan terobosan untuk mengatasi perubahan iklim tersebut, antara lain pertanian agar memberikan penyuluhan dan informasi untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi perubahan iklim, kesehatan agar melakukan pengawasan secara berkala terhadap wilayah endemik penyakit dan melakukan pemantauan ketersediaan air bersih pada sumber air masyarakat.

Dinas Perikanan agar melakukan pengawasan secara berkala pada kelompok nelayan tradisional dengan memberikan alat tangkap sederhana dan sosial berkerjasama dengan instansi terkait untuk selalu memantau kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. (humas pemkab kupang)

Read More...

'Akel Goon' dalam Suku Bunak


IKATAN suami dan istri dalam suku Bunak melahirkan anak-anaknya. Anak ini berasal dari darah dan daging ayah dan ibu. Dalam paradigma adat suku Bunak, dalam hukum adat suku Bunak, anak-anak masuk dalam suku mama. Anak-anak tidak menjadi anggota suku Bapak atau ayah. Paradigma dan hukum adat ini lahir dari sistem kekerabatan matrilineal yang dianut oleh suku Bunak sampai hari ini.

Ikatan antara anak dengan keluarga besar ayah dapat berakhir dengan kepergian ayah menuju rumah sang pencipta. Ada ikatan pun tidak seakrab ketika ayah masih ada. Ikatan keakraban itu juga akan mulai semakin renggang di saat ibu telah tiada.

Pernyataan-pernyataan keluarga ayah bahwa dengan kepergian ibu ke pangkuan sang pencipta, menipisnya tanggung jawab ayah terhadap anak-anak dan urusan peradatan di suku mama, memperlebar renggangnya antara keluarga anak-anak dengan keluarga besar ayah.

Ada sinyal yang kuat sekali bahwa selama anak-anak dari ayah mendatangkan income bagi keluarga besar ayah, maka keluarga besar ayah semakin merapat membangun keterikatan yang kokoh dengan anak-anak. Sebaliknya anak-anak dan pihak keluarga besar ibu mendatangkan beban tanggung jawab adat kepada keluarga besar ayah, maka keluarga besar ayah semakin menghindar dan semakin menjauh dari anak-anak dan keluarga besar ibu.

Keluarga anak-anak semakin menampakkan sinar keberhasilan dalam kehidupan dan keluarga ayah semakin melemah, maka keluarga ayah semakin membangun strategi adat untuk semakin merapat kepada anak-anak dengan motivasi agar usia senja keluarga ayah diperhatikan dan adat-adat kematian dari pihak ayah akan dibebankan dan ditanggung anak-anak. Ikatan itu dibangun dan diciptakan lewat memberikan sepotong tanah, atau seekor sapi atau seekor babi, dan itu adalah ikatan adat sepanjang zaman.

Ikatan itu disebut "akel goon" dalam adat suku Bunak. Ikatan itu akan berkelanjutan sampai tujuh keturunan. Ikatan yang didasarkan perhitungan untung dan rugi dari pihak keluarga besar ayah ini merupakan satu titik adat suku Bunak yang kurang menarik perhatian dalam paradigma "pemberian tanpa pamrih" atau "pengorbanan" dari pihak keluarga ayah dan keluarga besar ayah.

Dalam pikiran pribadi, orang tua baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu sama-sama mempunyai pertanggungjawaban yang adil sejak dalam rahim sampai mati. Keberhasilan diraih bergandengan tangan, keberhasilan dinikmati bersama dan beban hidup termasuk beban adat ditanggung bersama secara bergandengan tangan dari keluarga besar ayah dan keluarga besar ibu, dalam paradigma keadilan. Sang pencipta menghendaki demikian. Namun suku Bunak selama ini menyerahkan perjuangan orang tua untuk membuat anak-anaknya berhasil, setelah berhasil, anak-anak itu yang telah berhasil menjadi milik keluarga besar.

Suku Bunak tidak mau berkorban meraih keberhasilan generasi muda Suku Bunak, hanya membuka lapangan hati suku Bunak untuk menikmati hasil perjuangan segelintir orang. Pandangan meraih cita-cita adalah tanggung jawab bersama dan hasilnya adalah milik bersama harus ditanamkan dalam hati, pikiran setiap anggota Suku Bunak demi kebaikan dan kesejahteraan suku Bunak. Suku Bunak sadar akan hal ini maka suku Bunak Bisa Maju (benymali.blogspot.com)

Read More...

Jadikan Atambua Kota Layak Anak


ATAMBUA, SPIRIT--Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, berharap Atambua, Ibu kota Kabupaten Belu bisa menjadi kota layak anak. Tumbuh kembang anak harus menjadi perhatian besar bagi pemerintah kabupaten setempat agar hak-hak anak seperti kesehatan, pendidikan, bermain dan lainnya bisa terpenuhi.

Linda Gumelar menyampaikan hal ini ketika melakukan kunjungan kerja di Attambua, belum lama ini. "Kini kan sudah ada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), rumah aman, makanya kami dorong Atambua ini bisa menjadi kota layak anak seperti lainnya," kata Linda usai meninjau SDN Inpers Tala, Desa Tukuneno, Tasifeto Barat. Kini jumlah kota layak anak di Indonesia sudah 15 kota, antara lain Solo, Sidoarjo, Gorontalo, Padang, dan lainnya.

Target pemerintah pada tahun 2014 adalah membangun 100 kota layak anak. Linda pun menyambut baik apa yang sudah dilakukan Pemkab Belu yang sudah cukup baik memberikan hak-hak melalui pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Menurut Linda, kasus perdaganan manusia (trafficking) juga masih begitu besar, tidak hanya menimpa orang-orang dewasa, tapi anak-anak usia 14-18 sudah menjadi korban.

Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, mengatakan, jumlah sekolah dasar di Belu 346 unit, SMP 60 sekolah, SMA/SMK 22 sekolah. Fokus pendidikan terus dilakukan, terlihat dari komitmen mereka pada tahun ini menambah jumlah SMA sebanyak tiga sekolah. Lopez menuturkan, terkait pemenuhan hak-hak anak memang telah menjadi fokus program kebijakannya.

Ada lima program kerja yang menjadi fokus utama Pemkab Belu yaitu peningkatan Sumber Daya Alam (SDA), pembangunan ekonomi, prasarana wilayah, pengembangan wilayah, penegakan HAM dan perlindungan anak.

Dalam kesempatan itu, juga ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kemenneg PP dan PA dan KPDT terkait efektifitas peningkatan pengarusutamaan gender (PUG) dan perlindungan anak dalam pembangunan daerah tertinggal. Kerja sama ini bertujuan untuk melaksanan program anggaran yang responsif gender, juga mendorong pemenuhan hak-hak perempuan dan anak di daerah tertinggal.

Implementasinya yaitu sejak tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Batas waktu kerja sama selama dua tahun. KPP dan PA nantinya akan menyediakan tenaga ahli, fasilitas, dan bantuan teknis terkait penyusunan data/statistik gender, misalnya melalui advokasi, sosialisasi, dan pelatihan di lingkungan daerah tertinggal. (jurnalnasional.com)
Read More...

Pemkab Belu Sudah Sertifikasi Lahan


ATAMBUA, SPIRIT--Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, mengatakan, penyerahan lahan dari masyarakat kepada Pemerintah Kabupten Belu dalam rangka melengkapi persyaratan untuk proses pembentukan Kabupaten Malaka telah dilakukan jauh-jauh hari yakni sekitar lima tahun lalu.

Bahkan, untuk proses sertifikasi lahan untuk persiapan pemekaran, menurut Bupati Belu, Joachim Lopez, saat ini telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Belu. Demikian dikatakan Bupati Belu dua periode ini kepada wartawan di Atambua, Minggu (5/9/2010).

Joachim Lopez menilai pernyataan anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nixon Mesakh pada salah satu media di NTT edisi Jumat (3/9/2010) lalu yang mengatakan, penyerahan lahan untuk persiapan pemekaran Kabupaten Belu sampai saat ini belum dilakukan masyarakat kepada pemerintah Kabupaten Belu adalah keliru.

"Saya kira keliru kalau Pak Nixon Mesakh, anggota DPRD Propinsi NTT, mengatakan bahwa belum ada penyerahan lahan dari warga untuk Pemerintah Kabupaten Belu. Saya mau mengklarifikasi kalau penyerahan lahan masyarakat kepada pemerintah sudah dilakukan jauh-jauh hari yakni sejak lima sampai enam tahun lalu," ujar Lopez.

Saat ini, terang Lopez, Pemerintah Kabupaten Belu dalam upaya memperjuangkan pemekaran kabupaten ini telah melakukan proses setifikasi lahan yang diserahkan masyarakat kepada pemerintah.

Bupati Belu dua periode ini, mengatakan, Pemerintah Kabupaten Belu saat ini terus bekerja keras dalam upaya pemekaran kabupaten Belu. Oleh karen itu, perlu peran serta kerja sama semua komponen. Lopez mengatakan, dalam bulan September ini, Pemerintah Kabupaten Belu merencanakan audiens di Jakarta yang melibatkan Pemerintah Pusat termasuk Komisi II DPRD RI dari Daerah Pemilihan NTT II.
"Pemerintah Kabupaten Belu terus menjalin komunikasi serta membangun jalur strategis dalam rangka menunjang pemekaran Kabupaten Belu," ujarnya.

Bupati Lopez melakukan klarifikasi menyusul pernyataan Wakil Ketua Komisi A DPRD NTT, Nixon Mesakh, yang mengatakan, proses pemekaran Kabupaten Malaka masih mengalami hambatan karena belum terpenuhinya salah satu persyaratan yakni penyerahan lahan masyarakat kepada Pemerintah Kabupaten Belu.
Siap Materi Presentasi
Saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu masih mempersiapkan materi presentasi pemekaran Kabupaten Malaka yang akan disampaikan di hadapan Komisi II DPR RI di Jakarta, bulan ini.

Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez menyampaikan hal ini dalam jawabannya terhadap pemandangan umum fraksi DPRD Belu atas lima ranperda tahun 2010 dalam sidang di gedung DPRD Belu, Kamis (16/9/2010). Bupati menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) tentang perjuangan pembentukan Kabupaten Malaka.

Bupati Lopez menjelaskan, rencana presentasi kesiapan pemekaran Malaka tetap terlaksana. Saat ini materi presentasi masih dilengkapi. Pemerintah pun mengonfirmasi kesiapan komisi II untuk menerima tim delegasi dari Belu.
"Pemerintah tetap berupaya mencari kesempatan yang tepat karena saat ini kita sedang menjalani masa sidang II DPR Belu," kata Lopez. (www.indowarta.com/yon)
Read More...

Empat Cara Mencintai Pekerjaan


DAHULU kala, lebih mudah untuk berganti-ganti karir saat Anda sudah mulai jenuh. Namun, saat ini kondisi perekonomian yang menurun serta banyaknya pengangguran di luar sana, membuat Anda kesulitan jika harus berpindah kerja.

Mengapa Anda tidak berpikir untuk lebih bisa menikmati pekerjaan saat ini? Mungkin yang Anda butuhkan adalah lebih mencintai pekerjaan dan melihat pekerjaan denan mata yang jernih. Berikut ini empat langkah parktis untuk bisa berdamai dengan pekerjaan dan lebih mencintai pekerjaan Anda

Pertama, menyadari bahwa pekerjaan tidak mendefinisikan Anda, namun bagaimana Anda mendefinisikan pekerjaan
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, asalkan dikerjakan dengan penuh cinta dan kehati-hatian. Sikap Anda di tempat kerja, cara memperlakukan orang serta mood Anda dapat mempengaruhi cara kerja Anda.

Kedua, berhenti berfikir tentang uang. Gaji merupakan sebagian kecil dari apa yang Anda lakukan. Jika pekerjaan bisa dikerjakan dengan baik, tentunya saat menerima gaji terasa lebih puas.

Ketiga, temukan makna apa yang Anda lakukan. Tanyakan pada diri sendiri bagaimana pekerjaan dilakukan secara berbeda. Perspektif memiliki peran besar dalam kepuasan pribadi dan rasa kesejahteraan. Cobalah untk mengingat kembali, bagaimana Anda begitu senangnya saat diterima kerja di kantor Anda saat ini.

Kempat, berani bertanya pada diri sendiri "apakah saya layak?"
Apakah Anda mampu mengemban tanggung jawab yang lebih besar di kantor, jika iya, berarti Anda perlu lebih fokus lagi terhadap setiap pekerjaan. Sehingga untuk mendapatkan suatu jabatan dan jenjang karir yang lebih tinggi bukanlah hal yang sulit. (www.wolipop.com)
Read More...

Ponsel Di Saku Celana Bikin Pria Mandul


KEBIASAAN menempatkan telepon selular (ponsel) di saku celana ternyata dapat mempengaruhi kesuburan pada lelaki. Pasalnya, ponsel menghasilkan paparan medan elektrostatik dan elektromatik yang mengakibatkan ketidaksuburan (infertilitas) lelaki.

Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. dr Wahyuning Ramelan SpAnd (Spesialis Andrologi) Brawijaya Women & Children Hospital, saat diskusi Mendambakan Punya Momongan, di Brawijaya Women & Children Hospital, Jakarta, belum lama ini.

Saat ini, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ponsel mengandung elektrostatik dan elektromagnetik. Menurut dr Ramelan, menaruh handphone di saku celana berpotensi lebih besar mengakibatkan infertilitas pada kaum lelaki karena berada lebih dekat dengan organ vital lelaki.

"Hindari taruh handphone di kantong celana. Lebih baik taruh di kantong baju atau pinggang. Di pinggang kan lebih jauh tempatnya. Dan kan lebih keren," kata dr Ramelan.

Selain itu, dr Ramelan menyebut komputer juga merupakan salah satu media penghasil elektrostatik dan elektromagnetik. Karena itu, katanya, berada terlalu lama di depan komputer akan mengakibatkan infertilitas pada lelaki. "Jangan dari pagi hingga sore di depan komputer. Minimal 2 jam kemudian istirahat 1 jam," tutur dr Ramelan.

Upaya pencegahan infertilitas lelaki dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain dengan menjalani pola hidup sehat, makan-makanan yang bergizi baik, menambah antioksidan, vitamin C dan E, mengonsumsi suplemen, menghindari rokok, dan jangan sampai memperoleh Penyakit Menular Seksual (PMS). (kompas.com)
Read More...

Percikan Komunikasi Budaya Mencinta


EKSPRESI alam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang tidak ramah, segera ditampik tuntas oleh atraksi budayanya yang khas dan persahabatan yang kental. Hal tersebut menonjol dalam perspektif budaya lokal yaitu atraksi kesenian tarian Bonet.

Kontras antara karakter alam yang "tidak ramah" dan karakter budaya yang "mencipta" merupakan keunikan penduduk sebuah negeri yang sedang berperang melawan tatanan lingkungan yang tidak ramah tadi. Seakan dalam ketidak berdayaan manusia melawan alam, lahirlah kedigdayaan budaya yang adhiluhung.

Bonet adalah salah contoh saja dari kekayaan kebudayaan TTS yang ada dan hidup di hati masyarakat, bukan hadir di atas bebatuan cadas. Masih ada aneka percikan keseniaan dan kebudayaan lainnya. Dari fakta ini, maka para pakar kebudayaan selalu mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah sebuah kata kerja, bukan kata benda semata-mata. Sebagai kata kerja, ia sedang berproses, mencipta (kreasi) terus menerus, menghidupkan, mendenyutkan nadi, melantunkan ekspresi, berotasi dari sebuah ujung komunikasi ke ruang komunikasi yang lain dan sebagainya.

Maka manusia sesungguhnya lahir dari selimut kebudayaan. Saat derai tangisan pertama disahut manja sang ibu yang sedang tergolek lemah di sebuah ruang persalinan rumah sakit, saat itu pula komunikasi sudah berlangsung. Komunikasi tanpa kata, tanpa bahasa. Sebuah ungkapan komunikasi hati, komunikasi cinta.

Dari gambaran di atas, kreasi manusia dalam menciptakan kebudayaan adalah untuk mengungkapkan rasa cintanya, hasrat bathinnya, baik kepada manusia, kepada alam, dan yang terutama kepada Tuhan Pencipta semesta alam. Maka Bonet kesenian lokal yang timbul karena ada kekuatan saling menopang dan mempedulikan.

Dengan demikian, dari pelbagai corak yang ada, kebudayaan dimana pun juga di wilayah nusantara ini hadir untuk memberi topangan pada kerucut atau piramida kebudayaan nasional dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu jua).

Itulah kekayaan, aset, yang tidak bisa dibeli dengan emas atau apapun juga, selain daripada menjaga agar tidak punah. Sebab, kepunahan sebuah kebudayaan (habit) dan kesenian (art) merupakan kecelakaan bagi peradaban itu sendiri.

Peristiwa keajaiban alam seringkali membawa "pesan" yang secara misteri dapat dihayati sebagai ungkapan dan sapaan ilahi (supranatural) bagi manusia yang menerimanya. Alam Timor Tengah Selatan yang gersang dan kering kerontang bisa saja membahasakan pesan-pesan tertentu agar manusia dan alam hidup menyatu dan bersatu padu di bumi nusantara ini.

Lihatlah pelbagai isyarat alam di sekitar kita. Misalnya, ketika musim hujan sudah diambang pintu, ada sekawanan burung yang terbang rendah dri satu kampung ke kampung lainnya seakan menyuarakan kabar kepada petani untuk segera bergegas menyiangi ladangnya yang masih berantakan. Saat Guntur sudah terdengar sayup-sayup di awal bulan Desember, saat itu pula sekelompok burung lainnya terbang dari dahan ke dahan memperdengarkan koor suaranya seakan memuji kebesaran Tuhan. Betapa manusia, alam dan binatang harus hidup dalam bingkai keharmonisan.

Demikian pun saat musim hujan turun dengan lebatnya, ada sekawanan besar kodok yang berada di danau atau dalam kubangan di rumah sekitar kita seakan tertidur lelap, tanpa suara. Tapi ketika hujan berangsur reda, suara kodok bersahut-sahutan, suara "panglima" kodok seakan lebih merdu untuk menuntun paduan suara kokok-kodok lainnya.
Betapa indah dan merdu suara-suara itu seakan ada dirigen yang memulainya dan menghentikannya serentak.

Tidak ada yang tahu, apakah suara kodok itu sedang memuji Tuhan, sedang bergembira ria karena kemarau panjang telah berlalu sehingga "ujian kepunahan" telah dilalui, atau menari-nari karena buruan mangsa sudah di depan mata. Isyarat alam memang misteri bagi manusia dan karena itu terkadang sulit mencernanya. Yang pasti, suara alam, suara kodok, dapat menjadi inspirasi bagi manusia untuk sebuah aktivitas kebudayaan. Sebuah gunung api yang meletus, misalnya, dapat dijadikan lagu sentimentalia oleh seorang penggubah lagu karena ia memiliki karunia untuk melihat dan meresapi begitu banyak korban jiwa.

Demikian pula peristiwa suara kodok yang terjadi berulang kali, menimbulkan inspirasi pada orang-orang tertentu (anonim) untuk menirukan suara kodok itu. Nah, di sinilah secara historis awal mula timbulnya tarian Bonet. Sambil bergandengan tangan, mereka menyanyi sambil melangkah mengelilingi danau atau kubangan itu.

Setiap malam aktivitas itu dilakukan, tanpa jenuh. Mereka menirukan nyanyian kodok-kodok itu, hingga menjadi suatu kebiasaan yang dianggap sebagai hiburan pelepas lelah di malam hari.

Mereka membentuk lingkaran dan bergandengan tangan, kemudian gerakan-gerakan kaki yang menari secara seragam, bergeser ke kanan laksana bundaran yang berputar mengitari pusatnya. Sementara irama lagu yang diperdengarkan para penari mengikuti derap kaki dalam tarian yang sementara dihayatinya itu. Bait-bait pantun yang diungkapkan pemantun selaku dalang kemudian dinyanyikan bersama-sama. Irama lagu yang dinyanyikan pun singkat dan statis. Sementara pantun-pantun yang diungkapkan oleh para dalang-nya pun bersifat nasihat, jenaka, ejekan, teka-teki. Ungkapan pantun biasanya disesuaikan dengan maksud diadakannya acara yang penuh kegembiraan itu.

Itulah tarian Bonet. Sebuah tarian tradisional masyarakat Timor Tengah Selatan yang paling tua usianya. Atraksi tarian yang dilakukan menirukan suara kodok. Hentakan suara kodok, ritme yang ditata, tarikan napas yang diperdengarkan adalah sehaluan dengan suara kodok itu. Tentu saja bedanya, kodok tidak berbahasa dan berpantun seperti manusia yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan alam, dengan sesamanya manusia dan dengan Tuhan Sang Pencipta melalui syair-syair pantun tersebut.

Tarian Bonet dapat diikuti semua orang, baik laki-laki dan perempuan, tua dan muda, tanpa membedakan status sosial. Untuk melakukan tarian Bonet, para penari bergandengan tangan, kecuali di wilayah Amanatun, melipat tangan ke dada dan siku saling bertumpuan. Bentuk tarian yang melingkar mempunyai makna tersendiri. Bentuk tarian yang melingkar mempunyai makna tersendiri. Bentuk bundaran memiliki makna bahwa sesuatu yang bulat itu mempunyai kesatuan dan keutuhan. Di dalam kesatuan dan keutuhan, para penari memiliki kesatuan berpikir, berkata dan berbuat. Segala keberhasilan dan kemenangan yang dicapai di dalam perjuangan merupakan bukti adanya kebulatan hati, kebulatan berpikir, seia-sekata dan keseragaman dalam bertindak dengan segala kemampuan dan kekuatan yang ada secara bersama-sama.

Bonet juga merupakan wadah pancaran pujaan bagi yang diagungkan, yang senantiasa memberi terang dan tuntunan di dalam perjuangan hidup. Para penari yang bergandengan tangan secara ketat juga mengandung makna pula bahwa di dalam lingkaran kehidupan terdapat rasa cinta kasih, hidup dalam kegotong-royongan, saling menolong dalam suka dan duka. Apabila tidak bergandengan tangan, maka masing-masing akan berdiri sendiri, tidak bersatu, arti kemanusiaan akan hilang, tidak bertahan dalam menghadapi tantangan.

Di sini pandangan terhadap sesama adalah sama dan sederajat, bahkan dalam penghayatan lebih dalam, "saya tidak akan hidup dan berguna tanpa engkau dan sebalikanya". Ini merupakan filosofi kehidupan sebuah masyarakat yang mungkin dapat digali lebih dalam secara ilmiah oleh para pakar kebudayaan.

Antara tarian, pantun dan lagu merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan mendukung, sehingga tarian Bonet menjadi hidup dan bersemangat. Betapa indahnya mendengar alunan syair-syair pantun yang dilansir secara bergantian dan bersahut-sahutan. Di sini ada unsur kepatuhan, ketelatenan, kesediaan mendengar dan mengapresiasi, kemampuan menganalisa dan menebak isi pantun, disiplin menyanyi dan menjaga barisan, dan sebagainya. Maka menarik untuk diungkapkan di sini, sebuah gambaran umum sifat/tingkah laku masyarakat Timor Tengah Selatan, bahwa dilihat dai aspek sosial budaya, penduduk masih terikat dalam struktur genelogis yang berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan. Adapun ciri-cirinya adalah: taat, setia, dan panutan.

Kekompakan kelompok tradisionalnya sangat kuat, baik terhadap adat kebiasaan maupun terhadap agama. Kesetiaan terhadap kelompok serta ketaatan dan kepatuhan terhadap pemimpinnya sangat menonjol. Betapapun sederhananya, kelompok masyarakat saling berhubungan, saling memberi dan menerima. Walaupun lambat, namun kelompok-kelompok tetap hidup dan berkembang dengan keinginan untuk maju dan memerlukan tuntunan. Juga karakter lainnya adalah tertutup dalam pengertian bukan terisolir baik tempat maupun pola pikir, tapi dalam konteks bahwa kelompok itu tidak suka mengungkapkan perasaannyakepada siapa saja yang tidak atau belum dipercayainya.

Apa relevansi karakter dasar ini dengan Bonet? Keinginan kelompok untuk saling berhubungan, saling memberi dan menerima, itulah percikan dari komunikasi budaya "mencinta" yang hidup dalam nuansa theater bertutur itu. Lihatlah bagaimana mereka saling berbalas pantun, saling memahami dan mengerti satu dengan lain. Juga lihatlah bagaimana perasaan senasib sepenanggungan ketika menghadapi pelbagai rintangan saat mengapresiasi isi pantun, menganalisa dan membalasnya.

Juga bagaimana mereka saling menopang, merancang lingkaran bersama untuk memulai gerakan tarian. Ibarat sapu lidi yang hanya berfungsi membersihkan lantai jika diikat dalam satu kesatuan, demikian pun mereka seperti merasa tidak ada artinya jika harus berjuang sebatang lidi tanpa kesatuan "lidi-lidi" lainnya.

Demikian dalam tarian ini, ada unsur kebersamaan, kegotong-royongan, saling menghargai dan saling memberi dan menerima, ibarat ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Tidak disangka bahwa dalam konteks tersebut, sadar ataupun tidak, mereka telah masuk dalam bingkai ajaran agama yang bermakna universal, yakni cinta kasih.
Di dalamnya ada pengejawantahan dari hakekat kehidupan yang empaty, yakni ikut menangis renyah dikala teman susah dan ikut derai senang dikala teman bahagia.

Itulah puncak tertinggi penghayatan tarian Bonet ini, yang mudah-mudahan tetap lestari abadi. Karena di sana ada cinta, dan cinta itu selalu abadi.
(hans itta/hansitta.inilahkita.com)
Read More...

Baumata, Pesona Pemandian Alami...


ADA yang menarik di Baumata? Tentu saja. Kolam renang. Terletak di tengah kawasan hutan lindung di Desa Baumata. Tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan lokal.

Pada hari raya lebaran atau hari libur lainnya, kolam renang Baumata menjadi pilihan favorit. "Kunjungan wisatawan lokal pada hari lebaran atau hari libur lainnya jauh lebih banyak dari hari-hari biasa," kata Matheos, salah seorang penjaga pintu masuk kolam renang Baumata, sekitar 12 km selatan Kupang, Minggu (12/9/2010) lalu.

Matheos mengakui selama dua pekan lalu lokasi pemandian air tawar itu selalu dikunjungi oleh masyarakat. Dan, pada hari Minggu tingkat kunjungannya jauh lebih banyak. "Mungkin pada H1 dan H2 Lebaran masyarakat masih fokus untuk melakukan silaturahmi dengan sanak keluarga dan handai taulannya yang muslim, sehingga hari ini (Minggu) baru ada sempat untuk melepaskan kepenatannya," katanya menduga.

Dia mengatakan, tingginya tingkat kunjungan di lokasi pemandian tersebut karena suasana sejuk di lokasi yang masih asri dan alami, dengan rimbunan pepohonan yang membangkitkan nuansa alami. "Pesonanya beda. Suasana seperti inilah yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke lokasi ini," kata dia.

Hal berbeda terjadi di lokasi wisata Pantai Lasiana dan Pantai Manikin Kupang, sekitar 11 kilometer timur Kota Kupang. Di dua lokasi objek wisata pantai ini, sepi pengunjung, diduga karena suhu udara di Kupang dan sekitarnya terlalu panas yang mencapai sekitar 33 derajat celcius. "Saya tidak tahu alasan sepihnya pengunjung di objek wisata pantai ini," kata Yustus, salah seorang penjaga pintu masuk kawasan Pantai Lasiana Kota Kupang.

Menurut dia, dalam tiga hari sejak liburan Lebaran hari pertama, tingkat kunjungan ke obyek wisata Pantai Lasiana tidak terlalu menonjol, tidak sama seperti pada liburan anak sekolah. Dia mengaku, belum lengkapnya fasilitas pendukung di kawasan Pantai Lasiana itu, bisa menjadi pemicu penurunan jumlah kunjungan. "Memang hampir sebagian lokasi di kawasan ini masih terbuka dan belum ada fasilitas yang bisa memberikan suasana teduh. Pengunjung yang datang hampir tidak bisa bermain di pantai karena sangat panas," kata dia.

Hal senada juga disampaikan penjaga obyek wisata Pantai Manikin di Tarus, Osias Ndun (43). Dia mengatakan, rata-rata pengujung yang datang, hanya pasangan muda-mudi, serta anak-anak muda dalam bentuk kelompok-kelompok.

Ia menambahkan, jika pemerintah daerah memperhatikan sejumlah lokasi wisata yang diandalkan di daerah itu, maka tidak tertutup kemungkinan bisa memberi kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD). (spirit ntt/ant)
Read More...

Pasola Tanpa Panenan, Apalah Artinya...


PASOLA yang berlangsung di Waingapu berakhir rusuh. Penonton dari tiap-tiap kubu saling melempar batu. Darah bercucuran. Ratusan penonton yang hadir, termasuk sejumlah wisatawan mancanegara, pun lari tunggang langgang.

Aparat kepolisian sempat mengeluarkan tiga kali tembakan peringatan, tetapi tidak diindahkan penonton yang mengamuk. Bahkan, ada yang mengangkat parang. Polisi pun langsung menciduk yang bersangkutan.

Agner W Dijkhof dari Tele Pictures International yang asyik mengabadikan foto Pasola pun langsung menyingkir ke pinggir. Namun, dia tidak terkejut karena sudah berkali-kali menyaksikan peristiwa serupa. "Ini biasa dalam pasola," ucapnya sambil tersenyum.

Kepala Desa Wainyapu, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Oktavianus Ndari merasa malu akan kejadian itu. "Ini bikin malu saja, membuat adat rusak," ucapnya kecewa. Banyak warga juga menggerutu. "Karena ulah beberapa orang, adat jadi rusak," ujarnya.

Bupati SBD, dr. Kornelis Kodi Mete, yang berada di lokasi saat kerusuhan terjadi pun geram melihat perilaku rakyatnya yang brutal itu. "Ini menyimpang dari warisan leluhur. Akan ada hukuman. Leluhur yang akan menghukum," ujarnya.

Namun, Kornelis tetap optimistis. "Setiap Pasola itu pasti ada warna. Sama seperti sepak bola, pasti juga ada keributan. Ini seninya," ujarnya sambil tersenyum.
Kerusuhan terjadi tidak lama setelah Bupati SBD turun dari podium. Kerusuhan dipicu salah seorang pemain yang melempar lembing ke arah lawan, padahal yang bersangkutan sudah berbalik badan. Terbawa emosi, penunggang itu langsung turun dari kudanya dan menantang lawan. Setelah itu, pendukung masing-masing langsung saling mengejek, masuk ke arena, dan kemudian saling lempar batu.

Kerusuhan hampir serupa terjadi pada Pasola di Waiha yang diadakan sehari sebelumnya. Pasola baru digelar beberapa menit, kerusuhan antarpendukung terjadi. Akibatnya, Pasola pun hanya digelar beberapa menit. Lagi-lagi, penonton berulah, bukan pemain.

Pasola sesungguhnya bisa menjadi andalan kemajuan pariwisata Sumba karena atraksi budaya ini sudah diketahui banyak wisatawan mancanegara. Terbukti, dalam setiap acara Pasola selalu ada turis asing datang. Terlebih, saat Pasola di Wanokaka.

Warisan budaya ini tentu bisa menjadi aset untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Namun, bila kerusuhan selalu terjadi, bukan tak mungkin Pasola justru menimbulkan persoalan.

Kemiskinan Akar Masalah
Tradisi Pasola muncul di Sumba sesungguhnya menggambarkan suburnya daerah itu. Pada masa lalu, Sumba dikenal sebagai savana yang subur dan tempat kuda-kuda liar banyak berkeliaran. Pasola sendiri menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat terhadap hasil panen yang melimpah.

Namun, seiring dengan perubahan zaman, kemiskinan melanda Sumba. Di Desa Wainyapu, misalnya, dari jumlah penduduk 533 kepala keluarga (KK) atau 2.493 jiwa, sekitar 431 KK merupakan keluarga miskin. Dari 533 KK tersebut, hanya 51 KK yang memiliki jamban.
Kesulitan air bersih di desa itu membuat rumah-rumah tidak sesuai dengan standar sanitasi yang sehat dan bersih. Mereka yang tidak memiliki jamban keluarga terpaksa membuang hajat di semak belukar, sekitar 50-70 meter dari rumah.

Kebutuhan akan air minum dilayani lima tangki air milik pengusaha Tionghoa setempat. Satu tangki air dihargai Rp 200.000. Air itu diambil dari Tambolaka. Menurut Kepala Desa Wainyapu, Oktovianus Ndari, warga yang tidak memiliki uang bahkan harus berjalan kaki sepanjang 6 kilometer untuk mengambil air dari sungai untuk kebutuhan minum, memasak, dan mencuci.

"Memasuki musim kemarau, April-November, warga Wainyapu dan desa-desa sekitarnya terpaksa mengonsumsi air dari batang pisang. Batang pisang dilukai, kemudian dipasang bambu untuk mengalirkan tetesan air dari batang pisang untuk diminum," katanya.

Hampir 80 persen penduduk desa ini juga tak tamat sekolah dasar atau sekolah menengah. Keterbelakangan Desa Wainyapu merupakan cerminan dari 94 desa miskin yang ada di SBD. Sekretaris Daerah SBD Tony Umbu Sasa mengatakan, jumlah penduduk miskin sampai 60 persen atau 168.000 jiwa dari 280.000 penduduk SBD, yang merupakan asal-muasal ritual Nyale dan berpuncak pada Pasola.

Tingginya angka kemiskinan dan kebodohan ini juga yang mendorong tingginya angka kriminalitas. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka perampokan dalam tahun-tahun belakangan. Perampokan yang sudah menahun di daerah ini juga sulit diatasi.

Barang yang dirampok kebanyakan bernilai status sosial dan adat istiadat. Motif perampokan, selain memperkaya diri, untuk melunasi utang mas kawin, terkadang juga untuk menghambat orang lain naik status sosial dalam masyarakat. Dalam masyarakat Sumba, semakin seseorang memiliki banyak hewan peliharaan, status sosial orang bersangkutan semakin tinggi.

Bupati Sumba Tengah Umbu Pateduk mengatakan, sejak Januari-Februari 2010 sekitar 97 kerbau milik peternak dicuri kawanan perampok. Kerbau itu digiring keluar kandang menuju padang penggembalaan. Namun, sekitar 70 ekor sudah dipulangkan aparat kepolisian setempat, sisanya masih dalam pencarian.

Kasus perampokan ternak di Kabupaten Sumba Timur, SBD, Sumba Tengah, dan Sumba Barat terus mengusik rasa nyaman dan tenang warga. Populasi ternak di Sumba memang ada kecenderungan menurun.

Menurut Kepala Dinas Peternakan SBD Thimotius Bulu, data pengeluaran ternak di SBD menurun. Tahun 2008, kerbau yang keluar 34 ekor, sapi (74), kuda (1.160), total (1.268). Adapun tahun 2009, kerbau (16 ekor), sapi (0), kuda (864), total (880). Populasi ternak di Kecamatan Kodi dan Kodi Bangedo, tempat Pasola diadakan, relatif sedikit. Populasi di Kodi, sapi (557 ekor), kerbau (3.123), kuda (1.112), kambing (456), dan babi (12.800). Di Kecamatan Kodi Bangedo, sapi (382 ekor), kerbau (1.654), kuda (775), kambing (726), dan babi (15.689).

Kemajuan hasil pertanian di Pulau Sumba juga belum menunjukkan hal yang terlalu menggembirakan. Luas panen padi sawah di SBD, misalnya, meningkat dari 3.829 hektar tahun 2008 menjadi 4.340 hektar tahun 2009. Namun, luas panen padi ladang di SBD justru menurun dari 8.390 hektar menjadi 8.368 hektar karena banyak yang puso. Luas panen jagung dari 20.457 hektar turun menjadi 19.050 hektar. Kacang tanah dari 492 hektar menjadi 468 hektar.

Pemerintah Kabupaten SBD bertekad, sampai tahun 2013 status sekitar 80 persen atau 134.400 penduduk miskin sudah naik menjadi warga sejahtera.
Bupati SBD, dr. Kornelis Kodi Mete, mencanangkan empat program pokok, yakni desa cukup makan, desa berair, desa bercahaya, dan desa tenang/tertib. Ditargetkan, sampai 2013 program ini sudah dirasakan 80 persen penduduk SBD.

Masyarakat Sumba menghadapi tantangan tidak ringan untuk mempertahankan, apalagi mengembangkan, Pasola yang menjadi warisan budaya mereka.
Pasola tanpa hasil panen melimpah dan kuda, apalah artinya. Pasola hanya akan menjadi sebuah atraksi belaka tanpa rasa sukacita. Ditambah lagi dengan kebrutalan penonton yang menyertainya, pasti bukan menjadi atraksi yang menyenangkan, melainkan menjadi atraksi mengerikan. (kornelis kewa ama/sutta dharmasaputra/kompas.com)
Read More...

Wabup TTS Resmikan Capem BRI SoE


SOE, SPIRIT--Bank Rakyat Indonesia (BRI) membuka sebuah Kantor Cabang Pembantu (Capem) di Jalan Gajah Mada, SoE. Kantor BRI baru ini dapat melayani masyarakat secara online seperti yang terjadi di daerah lain di Indonesia. Peresmian dilakukan Wakil Bupati (Wabup) TTS, Drs. Benny A Litelnoni, Selasa (31/8/2010) petang.

Peresmian turut dihadiri Kajari SoE, Yohannis Unaraja, S.H; Ketua PN SoE, Soesilo, S.H; Dandim 1621 TTS, Letkol (Arm) Alexander Rudolf Eman; Kapolres TTS, AKBP Tito Basuki Prayitno.

Wabup Benny Litelnoni dalam sambutannya mengatakan, penambahan sebuah kantor pelayanan perbankan akibat kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam pembangunan agar lebih menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat.
"Akibat petumbuhan ekonomi dan meningkatnya nasabah, pihak BRI dituntut memberikan pelayanan secara maksimal," katanya.

Litelnoni mengingatkan agar BRI mengutamakan pelayanan bagi masyarakat dan jangan mengabaikan kehadiran mereka, akibat sibuk dengan permainan mesin dan komputer. "Saya kira BRI akan memberikan yang terbaik bagi masyarakat di TTS. Utamakan masyarakat dalam pelayanan hindari pelayanan yang merugikan atau mengecewakan masyarakat," kata Litelnoni.

Dia menyampaikan terima kasih kepada pihak BRI yang telah membuka kantor cabang baru untuk memperluas dan meningkat pelayanan kepada masyarakat SoE. Dan kepada masyarakat diminta tetap mendukung BRI agar memberikan pelayanan terbaik dan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.

Pimpin BRI Cabang SoE, Tresnawan mengatakan, tujuan konkrit penambahan kantor pelayanan secara fisik lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik melalui online. Hal ini sejalan dengan visi layanan cepat, akurat, aman, ramah dan nyaman kepada semua nasabah dan akan menjadikan layanan BRI sebagai barometer layanan perbankan di Indonesia. (mas)
Read More...

Merukh Enterprises Lirik Biji Besi di SBD

MERUKH Enterprises melalui anak usahanya PT Sumba Prima Iron (SPI) sepakat membentuk perusahaan patungan bersama perusahaan asal India, Salgaocar Mining Industries Pvt Ltd untuk mengembangkan tambang biji besi di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dan Sumba Timur.

Penandatanganan perjanjian pembentukan perusahaan patungan (joint venture agreement/JVA) bersama Salgaocar terjadi pada Selasa (6/7/2010) lalu. Para pihak yang menandatangani perjanjian itu di antaranya President Direktur dan CEO Merukh Enterprises Rudy Merukh, Presiden Direktur dan CEO Salgaocar Gautam Radia, President Direktur PT SPI Nunik Merukh, dan Direktur Merukh Enterprises Gustaaf YN Merukh.

Rudy mengungkapkan, dalam perusahaan patungan tersebut, Salgaocar berhak atas kepemilikan saham sebesar 20 persen, sedangkan PT SPI tetap sebagai pemegang saham mayoritas sebesar 55 persen. Sementara itu, sekitar 25 persen saham dari tambang bijih besi tersebut dikuasai perusahaan asal Jerman ESG Eisenerz-Stahl GmbH, mitra PT SPI sebelum Salgaocar bergabung.

"Pembentukan perusahaan patungan bersama Salgaocar dilakukan untuk mempercepat eksplorasi dan eksploitasi tambang bijih besi di Pulau Sumba. Dua tim teknis gabungan dari PT SPI dan Salgaocar akan melakukan survei pendahuluan pada Agustus dan diperkirakan akhir 2011 tambang tersebut sudah berproduksi," ujarnya usai penandatangan JVA di Jakarta, Selasa (6/7).

Tambang bijih besi di Pulau Sumba terdiri atas tujuh wilayah Kontrak Karya yang secara langsung dikonversi menjadi wilayah Izin Usaha Pertambangan berdasarkan undang-undang pertambangan No 4 Tahun 2009. Tambang tersebut diperkirakan memiliki cadangan 2,605,560,000 metrik ton bijih besi yang terbentang pada 503 ribu hektar lahan.

Nunik menambahkan, dari tujuh wilayah IUP di Pulau Sumba, pihaknya bersama Salgaocar hanya akan mengelola dua blok tambang bijih besi tersebut. Dua blok tambang bijih besi itu terletak di Kabupaten Sumba Barat Daya yang luas konsesinya 75.010 ha dengan cadangan sebesar 400.040.000 metrik ton dan di Kabupaten Sumba Timur sekitar 114 ribu ha dengan cadangan sebesar 292.170.000 metrik ton. "Dua blok tersebut yang paling strategis untuk dikembangkan karena selain cadangannya besar, investasinya bisa lebih murah karena jaraknya sangat dengan dengan pelabuhan angkut," katanya.

Rudy mengatakan, setelah kontrak karya dua blok tambang biji besi itu ditandatangani dan disetujui menjadi IUP oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, bupati kedua kabupaten, dan perusahaan patungan yang akan dibentuk itu, PT SPI akan menghibahkan saham sebesar 10 persen dalam bentuk golden share masing-masing 5 persen saham kepada pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dan 5 pesren saham berikutnya kepada pemerintah Kabupaten Sumba Timur.

Nunik menambahkan, hibah 10% saham kepada Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Timur bermaksud agar pemda berpartisipasi sejak awal dalam mengoperasikan tambang bijih besi tersebut. Dengan memberikan kesempatan tersebut, keberadaan tambang bijih besi itu akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan daerah sesuai amanat UUD 1945. Selain itu, melalui kepemilihan saham secara hibah tersebut, masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Timur berhak mengontrol dan mengawasi operasi tambang itu melalui wakil-wakil di DPRD bersangkutan.

"Kami akan melakukan pertemuan antara PT SPI, Salgaocar, Gubernur NTT, Bupati, dan DPRD pada September mendatang untuk membahas soal pengelolaan tambang bijih besi tersebut, termasuk rencana menghibahkan saham 10 persen itu kepada kedua Kabupaten," kata dia. (www.pme-indonesia.com/news)


Read More...

Pemerintah Komit Bangun Desa Terpencil

TAMBOLAKA, SPIRIT--Bupati Sumba Barat Daya (SBD), dr. Kornelius Kodi Mete, menegaskan pemerintahannya terus berkomitmen untuk secara konsisten membangun desa- desa terpencil, seperti Desa Kahale, Wailangira, Panego Ede, Totok, Weelima, Weemanada, Wanno Tala serta desa terpencil lainnya. "Ini menjadi perhatian pemerintah untuk disentuh dengan pembangunan di berbagai bidang sesuai kemampuan keuangan daerah," tegas Kodi Mete.

"SBD adalah sebuah daerah otonom baru yang baru berusia tiga tahun. Dalam usianya yang masih sangat muda ini, patut diakui bahwa ada begitu banyak keberhasilan yang sudah dicapai, di samping berbagai hambatan yang mengiringinya," ujar Bupati Kornelius belum lama ini.

Dalam hal pembangunan, katanya, ada beberapa kemajuan positif yang perlu di apresiasi. Dapat kita lihat seperti hasil perhitungan APBD Sumba Barat Daya tahun anggaran 2009 menunjukkan angka yang melampaui target. Dari target sebesar Rp 302.243.706.252 meningkat menjadi Rp 306.069.928.156 (101, 27 persen).

Sedangkan PAD dari target Rp 8.186.122.000 meningkat menjadi Rp 9.516.217.604 (116, 25 persen). Penghasilan dari retribusi daerah mencapai 70, 14 persen. Atas keberhasilan ini, Bupati Kornelius Kodi Mete menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh masyarakat yang berkontribusi posotif mendukung pembangunan di Kabupaten Sumba Barat Daya.

Bupati Kodi Mete juga mengingatkan hendaknya semangat para pejuang terdahulu menjadi landasan moral yang menginspirasi kita untuk mengisi kemerdekaan ini dengan semangat membangun dan memperkokoh jiwa nasionalisme dalam Bhinneka Tunggal Ika. Dan, berusaha melawan berbagai kekerasan sosial, provokasi agama, suku, kemelaratan, keterpurukan ekonomi, dan terorisme bila ada di Kabupaten SBD.

Pidato bupati juga diwarnai dengan banyak ucapan terima kasih kepada seluruh warga SBD. Ketika menyinggung soal pelebaran jalan di mana banyak warga yang merelakan pekarangan rumah mereka untuk dijadikan jalan utama Kota Waitabula, Bupati Kodi Mete sempat tersendak suaranya dan mengeluarkan air mata karena terharu. (humas pemkab sbd)
Read More...

Jangan Biarkan Anak Hidup Apa Adanya

WAIBAKUL, SPIRIT--Wakil Bupati (Wabup) Sumba Tengah, Umbu Dondu, BBA, meminta para orangtua tidak membiarkan anak hidup dan berkembang menurut kemauannya atau apa adanya dengan alasan sibuk. Hal itu justru menjadi malapetaka bagi perkembangan anak di masa mendatang.

"Bimbing dan tuntunlah anak-anak sejak dini agar mereka yang polos sejak awal kehidupan terekam pola kehidupan yang positif dan ketika tumbuh besar memiliki perilaku hidup yang baik," imbuh Umbu Dondu ketika membuka lomba mewarnai anak Taman Kanak-kanak (TK) se-Kabupaten Sumba Tengah di Lapangan Ratiwoya, Waibakul, belum lama ini.

Wabup Umbu Dondu juga berpesan kepada para orangtua agar wajib memberikan perhatian lebih terhadap anak-anaknya sejak usia dini agar mereka dapat tumbuh kembang lebih baik dan cerdas. Orangtua wajib menuntun anaknya sejak dini dengan mengenalkan berbagai kegiatan kreatif seperti mewarnai gambar dan pendidikan lainnya agar anak-anak memiliki basis pengetahuan yang dapat ditumbuhkembangkan saat bertumbuh besar.

Menurut Umbu Dondu, anak-anak merupakan generasi muda penerus pembangunan di daerah ini. Karena itu, setiap orangtua wajib memberikan perhatian serius terhadap perkembangan anak-anaknya.

"Orangtua jangan membiarkan anak-anak berkembang apa adanya, tapi harus menuntun dan mengarahkan perkembangan anak ke hal positif agar mereka memiliki dasar pendidikan yang baik dan kuat sehingga anak-anak memiliki kualitas kepribadian yang baik bagi kelangsungan kepemimpinan dan pembangunan daerah ini di masa mendatang," tegasnya.

Dikatakannya, dalam era globalisasi saat ini anak-anak cepat terpengaruh perkembangan dunia luar sehingga orangtua harus mampu mengendalikan anaknya agar tidak terjerumus ke hal negatif yang tidak sesuai budaya bangsa.

"Anak-anak perlu diarahkan agar hidup teratur dan belajar hal yang positif agar ke depan memiliki kemampuan pribadi yang baik, jujur, cerdas dan tangguh bagi kelangsungan pembangunan daerah ini," pintanya. (pet)
Read More...

Pantainya Masih Perawan dan Bersih...


BUPATI Sumba Timur mengerahkan upayanya untuk mengembangkan Sumba Timur terutama melalui potensi pariwisatanya. Ada beberapa jenis pariwisata yang ditawarkan, yaitu wisata olahraga air seperti surfing di Pantai Kalala Sumba, wisata sejarah ke sarkofagus di Praiawang, dan wisata alam di pantai-pantai sepanjang Sumba Timur seperti Tarimbang, Purukambera, dan Wula Wajelu dan air terjun di Tabundung.

Ada juga wisata fauna yaitu kakatua Sumba yang konon sudah sangat langka yang kini dipelihara di Taman Nasional Lai Wanggi Wanggameti dan sebagian Tanadaru Manupeu.
Pantai-pantai di Sumba Timur memang masih sangat perawan dan bersih. Saya berkesempatan untuk mengunjungi Londalima dan Purukambera yang cukup dekat dengan Waingapu, hanya setengah jam perjalanan darat. Di sana saya menyaksikan suatu alam yang luar biasa indah dan mengingatkan saya pada foto-foto di National Geographic.

Ketika sedang merenungi keindahannya, saya menyadari bahwa tiba-tiba sekumpulan burung laut sedang berputar-putar di satu titik. Saya buru-buru memfokuskan pandangan ke titik tersebut dan berhasil menangkap kilasan-kilasan berupa ikan-ikan yang sedang melompat-lompat. Hati saya terbang dan berharap di situ ada perahu motor yang dapat dengan segera membawa ke sana untuk melihat pemandangan seumur hidup itu dengan lebih dekat. Sayangnya harapan tinggal harapan karena walaupun potensinya masih besar, namun investasi yang disalurkan masih kecil sampai-sampai perahu wisata pun tak nampak di sana.

Dengan statusnya sebagai pulau, maka orang akan menduga bahwa orang Sumba adalah nelayan, makanan pokoknya ikan, dan berperahu adalah keahliannya. Nyatanya orang Sumba Timur jarang makan ikan, jarang bisa berenang, dan pekerjaan utamanya adalah peternak. Sumba Timur sudah sejak zaman Belanda ditetapkan sebagai kawasan peternakan sapi brahmana (ongole) yang terisolasi. Tidak boleh ada sapi bali yang diternak di Sumba Timur karena dikhawatirkan akan mencemarkan keaslian sapi ongole dan menularkan penyakit khas sapi bali. Akibatnya, demam sapi gila dan penyakit kaki mulut yang memusnahkan banyak sapi-sapi di dunia tidak menyentuh Sumba Timur.

Budaya orang Sumba Timur pun mendukung budaya peternakan. Semua upacara adat di Sumba Timur - kelahiran, pernikahan, dan kematian, serta upacara-upacara lainnya - selalu bersentuhan dengan penyembelihan hewan. Dari pembicaraan saya dan para narasumber, diketahui bahwa pernikahan dan kematian adalah upacara yang cukup mendominasi dalam masyarakat, baik secara sosial maupun finansial.

Mas kawin pada upacara adat pernikahan Sumba Timur disebut dengan "Belis". Belis dapat berupa uang, kain tenun ikat, dan hewan ternak. Hewan ternak yang biasa digunakan adalah babi, kerbau, kuda, dan sapi. Jumlah belis yang dipertukarkan pada adat perkawinan sangat ditentukan oleh strata sosial yang dimiliki pihak-pihak yang menikah. Tambah tinggi seseorang memegang peranan sosial di masyarakat, maka jumlah belis pun harus bertambah tinggi.
(rowenan suryobroto/rowenasuryobroto.multiply.com/bersambung)

Read More...