Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Pantainya Masih Perawan dan Bersih...


BUPATI Sumba Timur mengerahkan upayanya untuk mengembangkan Sumba Timur terutama melalui potensi pariwisatanya. Ada beberapa jenis pariwisata yang ditawarkan, yaitu wisata olahraga air seperti surfing di Pantai Kalala Sumba, wisata sejarah ke sarkofagus di Praiawang, dan wisata alam di pantai-pantai sepanjang Sumba Timur seperti Tarimbang, Purukambera, dan Wula Wajelu dan air terjun di Tabundung.

Ada juga wisata fauna yaitu kakatua Sumba yang konon sudah sangat langka yang kini dipelihara di Taman Nasional Lai Wanggi Wanggameti dan sebagian Tanadaru Manupeu.
Pantai-pantai di Sumba Timur memang masih sangat perawan dan bersih. Saya berkesempatan untuk mengunjungi Londalima dan Purukambera yang cukup dekat dengan Waingapu, hanya setengah jam perjalanan darat. Di sana saya menyaksikan suatu alam yang luar biasa indah dan mengingatkan saya pada foto-foto di National Geographic.

Ketika sedang merenungi keindahannya, saya menyadari bahwa tiba-tiba sekumpulan burung laut sedang berputar-putar di satu titik. Saya buru-buru memfokuskan pandangan ke titik tersebut dan berhasil menangkap kilasan-kilasan berupa ikan-ikan yang sedang melompat-lompat. Hati saya terbang dan berharap di situ ada perahu motor yang dapat dengan segera membawa ke sana untuk melihat pemandangan seumur hidup itu dengan lebih dekat. Sayangnya harapan tinggal harapan karena walaupun potensinya masih besar, namun investasi yang disalurkan masih kecil sampai-sampai perahu wisata pun tak nampak di sana.

Dengan statusnya sebagai pulau, maka orang akan menduga bahwa orang Sumba adalah nelayan, makanan pokoknya ikan, dan berperahu adalah keahliannya. Nyatanya orang Sumba Timur jarang makan ikan, jarang bisa berenang, dan pekerjaan utamanya adalah peternak. Sumba Timur sudah sejak zaman Belanda ditetapkan sebagai kawasan peternakan sapi brahmana (ongole) yang terisolasi. Tidak boleh ada sapi bali yang diternak di Sumba Timur karena dikhawatirkan akan mencemarkan keaslian sapi ongole dan menularkan penyakit khas sapi bali. Akibatnya, demam sapi gila dan penyakit kaki mulut yang memusnahkan banyak sapi-sapi di dunia tidak menyentuh Sumba Timur.

Budaya orang Sumba Timur pun mendukung budaya peternakan. Semua upacara adat di Sumba Timur - kelahiran, pernikahan, dan kematian, serta upacara-upacara lainnya - selalu bersentuhan dengan penyembelihan hewan. Dari pembicaraan saya dan para narasumber, diketahui bahwa pernikahan dan kematian adalah upacara yang cukup mendominasi dalam masyarakat, baik secara sosial maupun finansial.

Mas kawin pada upacara adat pernikahan Sumba Timur disebut dengan "Belis". Belis dapat berupa uang, kain tenun ikat, dan hewan ternak. Hewan ternak yang biasa digunakan adalah babi, kerbau, kuda, dan sapi. Jumlah belis yang dipertukarkan pada adat perkawinan sangat ditentukan oleh strata sosial yang dimiliki pihak-pihak yang menikah. Tambah tinggi seseorang memegang peranan sosial di masyarakat, maka jumlah belis pun harus bertambah tinggi.
(rowenan suryobroto/rowenasuryobroto.multiply.com/bersambung)

Tidak ada komentar: