Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Advoksi Cegah Wabah Lintas Kabupaten/Kota


KUPANG, SPIRIT--Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menggencarkan advokasi pencegahan wabah diare dan demam berdarah dengue lintas kabupaten/kota yang biasa muncul pada setiap peralihan musim.

"Advokasi ini sudah kami lakukan sejak Agustus lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan NTT, dr. Bobby Koamesah, MMR, MMPK, di Kupang, Selasa (21/9/2010).

Bobby menambahkan advokasi yang dilakukan itu untuk mendorong para bupati dan wali kota serta DPRD setempat agar dapat mengalokasikan anggarannya untuk urusan pencegahan dan penanggulangan penyakit, seperti diare dan demam berdarah dengue (DBD).

"Kami memandang hal ini sangat penting, karena Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagian besar sulit untuk berterus terang kepada kepala daerah terkait alokasi anggaran untuk kepentingan kesehatan.

Sebagai pihak yang netral dari provinsi, kata dia, mungkin akan lebih baik melakukan pendekatan kepada kepala daerah agar mengalokasikan anggaran yang cukup untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan.
Ia mengatakan alokasi anggaran tersebut bukan proyek, tetapi semata-mata untuk kepentingan pelaksanan kegiatan pencegahan dan penanggulangan atau bahkan pengobatan bagi penderita.

Langkah lain yang dilakukan Dinkes Provinsi NTT ada gerakan pola hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan dan gerakan nyata pembasmian dan pencegahan jentik nyamuk dengan pembagian abate serta aksi lainnya.

Dalam penyeluhan masyarakat diimbau untuk mewaspadai wabah penyakit yang muncul sebelum dan saat peralihan musim yang biasanya rawan dengan menular seperti diare, DBD, Tubercholosis (TBC) dan penyakit menular seksual lainnya.

"Pola hidup sehat dan bersih harus mendapat perhatian serius seluruh masyarakat karena menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya diare yang saat ini mulai mewabah di sejumlah daerah di NTT, seperti Belu, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang," katanya.

Bobby mengatakan tingkat kesadaran warga masyarakat dan krisis air bersih akibat kekeringan di NTT saat ini serta fasilitas penunjang lainnya, telah ikut menyebabkan wabah diare pada setiap tahun di NTT. "Pada bulan-bulan seperti ini dimana kekeringan melanda NTT dan peralihan musim seperti saat ini sudah dipastikan akan berdampak pada penyakit menular ini," katanya.

Untuk mengatasi wabah ini, tidak sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah daerah, tetapi masyarakat juga perlu proaktif mencegah dengan berbagai cara seperti mengonsumsi air yang sudah dimasak, mencuci tangan sebelum makan, ciptakan lingkungan hidup yang bersih.

"Setia tahun ada wabah, pandangan atau selalu mengharapkan pemerintah yang akan menangani kasus ini. Padahal seperti diketahui pemerintah memiliki keterbatasan-keterbatasan," katanya.

Bobby mencontohkan masalah air bersih tidak semata harus menjadi tanggungjawab dinas kesehatan. Tetapi PDAM dan Kimpraswil atau sektor lain pun diminta untuk ikut berpartisipasi. Karena Dinas Kesehatan hanya memeriksa dan menguji, apakah air minum ini layak dikonsumsi. "Setiap tahun wabah ini pasti ada, karena itu semua pihak semestinya sudah siaga, sebelum ada kejadian," katanya.

Selain itu ada juga langkah membuat regulasi, pedoman atau prosedur tetap untuk mencegah dan menanggulangi masalah penyakit seperti ketika terjadi wabah yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau kejadiannya periodik bagaimana para medis dan pihak terkait lainnya mengatasi masalah wabah tersebut. (spirit ntt/ant)

Tidak ada komentar: