Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Ratenggaro dan Wainyapu 'Dihiasi' Jualan Barang Antik

Edisi: 25 - 31 Oktober 2010
No. 240 Tahun V, Hal: 13

TAMBOLAKA, SPIRIT--Warga Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), menggeluti bisnis barang-barang antik. Lokasi pemasaran barang antik itu hanya terfokus di lokasi-lokasi obyek wisata yang ada di wilayah setempat.

Pantauan SPIRIT NTT, Rabu (13/10/2010), penjualan barang antik oleh warga Kodi mendominasi dua obyek wisata, yakni di Pantai Ratenggaro dan Pantai Wainyapu. Mereka umumnya menjual pedang dan keris bermotif antik, benda-benda lain seperti patung-patung yang terbuat dari tanduk kerbau. Ada juga tempat penyimpanan kapur sirih pinang yang juga terbuat dari tanduk kerbau. Taring babi dan juga berbagai bentuk benda yang terbuat dari pohon kayu waru laut.

Penjualan baru dilakukan apabila ada kendaraan yang masuk ke lokasi wisata itu, sehingga warga yang berjualan barang antik itu selalu memantau lokasi obyek wisata tersebut. Jika ada kendaraan yang masuk, mereka yang terutama menjual barang antik langsung menyusul dan memajangkan barang tersebut. Sedangkan warga yang tidak menjual barang antik di lokasi itu ada yang hanya berniat melihat wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata itu.

Kondisi ini membuat warga setiap saat hanya memantau ke arah jalan masuk ke lokasi obyek wisata. Tiga warga penjual barang antik masing-masing, Thomas Tariwunga, Yosep Radakaka dan Samuel, saat ditemui SPIRIT NTT di lokasi itu, mengatakan, mereka sudah menjual barang antik itu sejak akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Sampai saat ini usaha yang mereka geluti sudah mampu untuk membiayai hidup dan makan-minum keluarga.

"Tiap minggu pasti ada orang yang berkunjung ke lokasi ini, meskipun memang masih fluktuatif. Biasanya terjadi peningkatan kalau ada event pasola, sedangkan untuk liburan hari biasa tidak begitu banyak pengunjungnya," kata Tariwunga.
Menurut Tariwunga, pembelian barang antik cukup ramai mulai pada bulan Februari atau Maret karena saat itu warga Sumba sedang menggelar Pasola.

Yosep Radakaka, penjual barang antik lainnya, mengatakan, pembeli barang antik biasanya banyak berasal dari wisatawan mancanegara. "Kalau ada wisatawan mancanegara yang datang ke lokasi wisata, pasti ada barang antik yang mereka beli. Usaha bisnis barang antik yang kami geluti ini merupakan salah satu mata pencaharian untuk menopang usaha produksi pangan dari kebun," kata Radakaka.

Seperti dipantau SPIRIT NTT, barang antik yang mereka jual rata-rata dengan harga Rp 50.000 - Rp 100.000/unit barang. Untuk pedang, biasanya dijual Rp 500.000 - Rp 800.000. Sedangkan keris dijual Rp 250.000 - Rp 300.000.

"Kalau pengunjung obyek wisata ini jumlahnya banyak, maka dalam satu minggu kami bisa dapat uang Rp 500.000 - Rp 1 juta. Jadi kalau obyek wisata ini menarik maka akan banyak kunjungan yang akhirnya juga dapat memberi keuntungan kepada kami dengan cara para pengunjung membeli barang antik ini," katanya. (yel)

Tidak ada komentar: