Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Stef: Sejarah Bagi NTT


Edisi: 18 - 24 Oktober 2010
No. 239 Tahun V, Hal: 1


SOE, SPIRIT--Pencanangan kampanye campak merupakan hari bersejarah bagi masyarakat NTT. Pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Unicef Perwakilan Indonesia sepakat mendukung pemerintah dalam menurunkan angka kematian bagi anak akibat campak.

"Perlakuan hari ini (Selasa 12/10, Red) bisa dirasakan pada masa mendatang, dimana 15 tahun mendatang anak-anak yang ada bisa terhindar dari cacat fisik dan mental," kata Kadis Kesehatan NTT, Stef Bria Seran, dalam sambutannya pada acara pencanangan kampanye campak di Kantor Camat Amanuban Tengah, Kabupaten TTS, Selasa (12/10/2010).

Stef Bria mengatakan, bidang kesehatan menjadi salah satu pilar pembangunan di NTT umumnya, dan TTS khususnya. Diharapkan pencanangan ini direspons kepala dinas kesehatan dan semua pihak terkait demi masa depan anak di daerah. Kampanye pencanangan campak akan membawa dampak untuk 15 tahun ke depan ketika anak-anak menjelang dewasa dimana mereka tidak lagi mengalami cacat fisik dan mental.

Untuk diketahui, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Unicef Perwakilan Indonesia bersama pemerintah mencanangkan kampanye imunisasi campak dan polio di Kabupaten TTS. Sasaran imunisasi campak adalah bayi berusia 9 - 59 bulan dan imunisai polio untuk bayi berusia 0 - 59 bulan.

Pencanangan kampanye campak dilakukan Sekda TTS, Drs. Salmun Tabun di halaman Kantor Camat Amanuban Tengah, Selasa (12/10/2010). Kegiatan ini dihadiri ratusan anak bersama orangtua, para kepala desa, kader posyandu, paramedis dan dokter se-Kecamatan Amanuban Tengah.

Turut hadir Kepala Perwakilan Unicef Indonesia, Angela Kearney; Perwakilan WHO, dr. Berdan dan dr. Krisna; Kepala Unicef Kupang, drg. Gregorius Mau Bili; Kadis Kesehatan NTT, dr. Stef Bria Seran; Kadis Kesehatan TTS, dr. Yuli Butu, dan anggota DPRD TTS, Gordon Banoet.

Menteri Kesehatan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekda TTS, Salmun Tabun, mengatakan program pembangunan kesehatan di Indonesia telah disusun dalam beberapa strategi, sasaran dan target yang tercantum dalam millenium development goals (MDG's). Salah satu taget adalah menurunkan angka kematian anak yang salah satu indikatornya adalah proporsi anak yang diimunisasi campak sebelum berusia satu tahun.

Menurut Tabun, sesuai Revolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 2003, Indonesia berkomitmen menurunkan kematian anak akibat campak dengan melaksanakan imunisasi rutin campak pada bayi berusia 9 bulan, dan anak baru masuk sekolah dasar serta imunisasi tambahan untuk menghilangkan akumulasi kelompok rentan. "Imunisasi tambahan berupa kegiatan crash program campak pada anak usia 9 - 59 bulan di beberapa propinsi secara bertahap termasuk di NTT hingga tahun 2011," katanya.

Tabun mengatakan, penyakit campak menjadi salah satu penyebab utama kematian anak dibawah umur 1 - 4 tahun dan anak usia sekolah dasar. Diperkirakan lebih dari 30.000 anak/ tahun meninggal akibat komplikasi campak. "Imunisasi adalah cara yang paling muda dan murah untuk mencegah dan menurunkan angka kematian anak akibat campak," kata Tabun.

Angela Kearney mengatakan, campak adalah penyakit menular yang paling mematikan. Sekitar 40 tahun silam kurang lebih 135 kasus campak terjadi dan lebih dari 6 juta kematian yang berhubungan dengan penyakit campak terjadi setiap tahun.
Menurut Angela, angka kematian balita kelompok keluarga termiskin di Indonesia meningkat hingga 77 pesen kematian per 1.000 kelahiran hidup.

"Ketimpangan yang sama juga terjadi di NTT, sekitar 470.000 anak balita membutuhkan imunisasi melawan campak, angka cakupan universal Child Immunization (UCI) juga bervariasi antara wilayah mulai dari 90 persen terjadi di Kabupaten TTS hingga 60 persen terjadi di Kabupaten Rote Ndao," katanya. (mas)

Tidak ada komentar: