Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Maumere, Bandar Lama Menuju Bumi Sang Raja


SEBELUM Belanda menginjakkan kakinya di Maumere, tempat ini dikenal dengan nama Sikka Alok atau Sikka Kesik. Berdasar Sikka natar gete, ialah ibu kota kerajaan yang berada di pantai selatan.

Pada masa Raja Don Alessu, hanya dikenal pelabuhan Waidoko (yang terletak di sebelah Barat dari Maumere sekarang). Perlahan-lahan pelabuhan dibuka agak ke timur, di mana Kota Uneng sekarang yang dikenal sebagai daerah pelabuhan yang ramai. Perahu-perahu Bugis Makasar bersilang pergi datang.

Lama-kelamaan tempat ini berkembang jadi sebuah pasar dengan sistem perdagangan barter. Barang-harang ditukar dengan barang-barang pedagang dari Cina, Bugis dan Makasar. Perdagangan begitu berkembang, tidak hanya secara normal tetapi juga secara negatif sebagai tempat huru-hara dan penyelundupan candu dan obat bedil.

Di pinggiran ada gubuk-gubuk orangMakasar, sebelah atasnya berdiam penduduk aseli Sikka. Mereka menyebut diri Sikka Kesik atau Sikka Alok yang lazim disebut `Alok.

Raja Sikka menempatkan Noang Kurangpung dengan jabatan Commandanti, sebagai pengawas, atau Penguasa Pelabuhan dan Kepala Wilayah Utara. Sedang raja Sikka sendiri berdiam di Sikka (pantai Selatan).

Perkembangannya, kemudian Poshouder Belanda mulai mendiami Sikka Alok dengan membuka Kantor Pemerintah Belanda. Dengan demikian, kekuasaan Komandanti perlahan dikurangi dan dibatasi sampai pelabuhan langsung diambil alih posthouder.

Kegiatan ditingkatkan dengan mengukur dalamnya laut, dalamnya pelabuhan, nama¬nama teluk, tanjung, sungai serta kampung-kampung dalam wilayah untuk dimasukkan ke dalam Peta Flores dan peta pelayaran. Banyak teluk diberi nama seperti Maunori, Mautenda, Mauwaru, Maurole, Mauponggo, Mauloo dan terakhir Maumere yang dimaksud Pelabuhan Sikka Alok. Para nakhoda kapal putih berasal dari Ende hanya langsung mengenal nama Maumere.

Setelah daftar nama-nama itu dikirim ke pusat, munculah nama Maumere untuk Sikka Alok. Nama Maumere itulah yang terus dipakai Pemerintah Belanda misalnya untuk sebutan Onderafdeling Maumere, Controleur van Maumere. Begitu juga para pedagang yang hanya mengenal Maumere sementara orang-orang Sikka sendiri masih menggunakan Sikka Natar, Sikka Alok, Wawa Alok atau Lau Alok (sebutan bagi orang-orang Koting, Nelle, dan Ili). Juga administrasi raja Sikka masih menggunakan istilah Sikka seperti de Radja van Sikka bukan Raja van Maumere.

Mengenai bahasa masih disebut Bahasa Sikka atau Bahasa Sikka Krowe dan bukan Bahasa Maumere. Maumere kemudian hanya dipakai untuk nama kota, kota Maumere sampai sekarang. Tetapi tahun 2000 muncul suara-suara dan masyarakat Sikka untuk menggantikan nama Maumere dengan nama lain yang lebih berbau Sikka. (www.inimaumere.com/dari 'Buku Pelangi Sikka')

Tidak ada komentar: