Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Mustahil Produksi Jagung NTT Capai 933.000 Ton


* Jaksa agar Periksa Dugaan KKN
Spirit NTT, 22-28 Juni 2009

KUPANG, SPIRIT
--Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meragukan hasil produksi jagung yang dilaporkan Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT tahun 2009 yang mencapai 933.000 ton.
"Saya ragukan laporan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan bahwa produksi jagung di NTT capai 933.000 ton. Saya rasa laporan itu hanya asal bapak senang (ABS)," kata anggota DPRD NTT, Karel Yani Mboeik, di Kupang, Rabu (10/6/2009).

Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, kata Yani, dari total dana sebesar Rp 1,2 miliar yang dialokasikan pada tahun anggaran 2009 baru disalurkan sebesar 30 persen, sisa 70 persen untuk pengembangan jagung pada lahan seluas 670 hektar di 10 kabupaten.




Menurut Yani, tidak mungkin dana baru cair 30 persen dari Rp 1,2 miliar, tetapi produksi jagung mencapai 933.000 ton. Ini, aneh dan tidak rasional. Yani mengatakan, persoalan untuk menjadikan NTT sebagai propinsi jagung sudah terjadi sejak penetapan anggaran 2009, karena penetapan dana Rp 1,2 miliar untuk pengembangan jagung di NTT tidak sesuai mekanisme, karena dilakukan secara sepihak oleh eksekutif dan sebagian anggota DPRD. "Anggaran itu ditetapkan tanpa melalui pembahasan oleh panitia anggaran," katanya.

Karena itu, Yani meminta aparat Kepolisian dan Kejaksaan NTT untuk segera melakukan pemeriksaan terhadap pemanfaatan anggaran itu, karena diduga terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam program NTT sebagai propinsi jagung.
Menjawab sorotan tersebut, Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, Gabriel Dawa, mengatakan, produksi jagung pada 2009 ini mencapai 933 ton dari lahan seluas 670 hektar yang tersebar di 10 kabupaten di NTT dari alokasi anggaran oleh pemerintah sebesar Rp 1,2 miliar.

Peningkatan hasil produksi ini, menurut Dawa, atas bantuan pemerintah kepada petani, berupa "traktor tangan" dan bantuan bibit unggul kepada petani. "Jika petani mengelola lahan secara tradisional, maka hasilnya tidak terlalu tinggi," katanya.
Jika menggunakan bibit lokal, jelas Dawa, maka hasil yang dicapai untuk satu hektar hanya 2,5 ton, sementara jika menggunakan bibit komposit mencapai empat ton per hektar, serta bibit jagung hibrida mencapai tujuh sampai delapan ton per hektar.

Karena itu, pihaknya mengusulkan kepada petani agar menggunakan bibit komposit untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, terutama jagung. Dengan demikian, target untuk menjadikan NTT sebagai propinsi jagung dapat terwujud. (ant)

Tidak ada komentar: