Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Mimpi Hangus

Spirit NTT, 27 April-3 Mei 2009

USAI
melakukan studi sarjana di Jawa, Dede Teke berniat membuka lapangan kerja. Usaha membuka kios kecil-kecilan pun dilakoni. Setelah usaha ini berjalan setahun mule tampak perubahan. Itu berarti usaha membuka kios sudah berjalan mantap.

Namun memang, dasar manusia yang selalu tida puas dengan apa yang ada. Selalu ingin lebi baik dari yang ada sekarang, selalu ingin kaya, beruang banyak dan tenar. Waktu ada tawaran untuk jadi seles, Teke pu manggut ikut dari Perusahaan Maget.
Tapi tida gampang untuk jadi seles, harus punya pelanggan banyak. Paling tida harus punya massa tiga ribuan ke atas, baru bisa dapat kursi empuk di perusahan seles. Dengan gaji yang sangat menggiurkan.



Persyaratan mule dimasukan. Abis kase masok berkas, Teke mulai bermimpi kalo jadi seles kelak ia akan membangun ruma mewa, lengkap dengan kolam. Punya mobil limo lengkap dengan super mini caf di dalamnya. Tapi ini baru mimpi awal.
Masa untuk menyampaikan rencana suda tiba, saatnya pemaparan visi misi alias kampenye. Uang anggaran untuk ini cukup besar, terpaksa tanah dengan kios di atasnya digadai sementara dengan nilai Rp 150.000.000, jumlah yang terbilang tidak sedikit untuk saat sekarang. Ketika pemerintah menganggarkan BLT, PKH atau subsidi lain, Dede Teke mala menghambur-hamburkan uang.

"Kalo saya jadi seles, harga barang turun. Rakyat hidup sejahtera aman santosa, apa saja kehendak rakyat saya siap tindak lanjutkan. Asal saya terpilih jadi seles," teriaknya ketika kampanye. "Teke ini benar tida. Sejak merdeka dari tahun 45 sampai 2009, pemerintah saja mengelu anggaran kurang. Ge dia enak-enak omong bikin kita aman dan sentausa," komentar Dede Poi. "Poi ini kau dengar dulu, pilih dulu dia jadi seles baru kita liat terbukti ko tida," sambung Ama Plete.

"Beh, kau macam tida tau saja. Dari dulu juga yang namanya seles itu mulut manis, biar supaya mereka punya barang itu laku. Mereka dapat untung tunjangan dapat lagi gaji, kita dapat apa? Dapat janji," komen Poi lagi.

Beginilah kalo jadi seles aspirasi, selalu mulut manis. Omong yang enak-enak biar barang laku, padahal rakyat ada susa setenga mati. Rp 50 sekarang punya arti yang luar biasa, makanya banyak yang mo jadi seles tapi gagal. Demikian juga Dede Teke sekarang hanya punya utang dan mipi manis. (john oriwis)



Tidak ada komentar: