SPIRIT NTT/TRUBUS.ONLINE.CO.ID
TANAMAN jagung, primadona masyarakat Sumba Tengah
Spirit NTT, 04-10 Mei 2009, Petrus Piter
SUMBA TENGAH terus menatap dan melangkah. Membenahi segala aspek membangun diri. Semua komponen terlibat. Di bidang pertanian, tanaman jagung, menjadi primadona. Tak asing lagi di kuping masyarakat Sumba Tengah. Jagung merupakan bagian dari budaya masyarakat karena telah dibudidayakan secara turun-menurun sebagai bahan makanan lokal.
Budidaya tanaman jagung telah dikuasai oleh masyarakat di wilayah ini dan telah diusahakan dengan tujuan ketahanan pangan. Bahkan jagung merupakan makanan pokok masyarakat di Kabupaten Sumba Tengah. Karena itu, jagung bukan hal baru bagi masyarakat Sumba Tengah. Usaha tani selama ini, yakni pola tanam campuran (mixed cropping system) dengan tanaman pangan lainnya, seperti padi ladang, ubi kayu dan kacang-kacangan.
Metode usaha tani seperti ini tentu belum memberi hasil maksimal. Apalagi hasil yang diperoleh hanya sebatas konsumsi. Namun orientasi usaha tani jagung masih sebatas konsumsi. Para petani di wilayah ini belum memiliki pola pengembangan jagung ke arah bisnis.
Hal ini bisa dilihat dari hasil produksi tanaman jagung setiap tahun yang belum menunjukkan perkembangan maksimal karena luas lahan usaha terbatas dan usaha tani masih bersifat tradisional. Masyarakat Sumba Tengah juga belum mengenal pola usaha tanam secara terencana dan terprogram. Akibatnya, hasil yang diperoleh masih terbatas. Misalnya, produksi jagung di Kabupaten Sumba Tengah tahun 2007 sebanyak 8.061 ton dari total areal usaha seluas 4.440 hektar. Tingkat sebaran produksi jagung yakni di Kecamatan Mamboro seluas 1.653 hektar dengan total produksi 2.572 ton, Kecamatan Katikutana 930 hektar dengan produksi 1.872 ton, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat seluas 1.147 hektar dengan produksi 2.388 ton, dan Kecamatan Umbu Ratu Nggay seluas 709 hektar dengan produksi jagung 1.229 ton.
Berdasarkan data ini, maka boleh dibilang usaha tani di wilayah ini tergolong sangat terbatas. Sementara lahan tidur masih sangat luas yang kalau dikelola secara baik dapat mendatangkan keuntungan besar.
Sayangnya, para petani belum memiliki keinginan mengembangkan jagung sebagai komoditi bisnis. Padahal seluruh wilayah Sumba Tengah potensial untuk usaha pengembangan tanaman jagung.
Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan penguasaan teknologi pertanian. Petani hanya menanam untuk kebutuhan konsumsi, tanpa berpikir bagaimana menjadikannya sebagai sebuah mata pencaharian andalan karena mampu mendatangkan nilai rupiah yang besar pula.
Lahan pertanian di Sumba Tengah masih tergolong sangat luas. Kabupaten ini memiliki luas lahan 24.926 hektar yang terdiri 7.850 ha lahan sawah dan 17.076 lahan kering. Untuk lahan kering dapat dimanfaatkan untuk menanam jagung, terdiri dari kebun/tegalan, ladang/huma dan pekarangan. Bila kita mencermati luas tanam jagung tahun 2007 seluas 4.440 ha, maka potensi pengembangan jagung masih menjanjikan melalui peningkatan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam.
Sesungguhnya pada awal masa pemerintahan Bupati Sumteng, Drs .Umbu Sappi Pateduk dan Wabup Umbu Dondu, BBA, pemerintah berkeinginan kuat mengembangkan tanaman jagung di Kabupaten Sumba Tengah.
Bahkan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, beberapa waktu lalu telah mencanangkan penanaman jagung sebagai salag satu program penguatan ekonomi rakyat di NTT. Namun hal ini masih dalam wacana karena belum aksi nyata dan hasil di lapangan. Pemerintah masih harus mulai menanam jagung sebagai lahan percontohan sehingga rakyat dapat mengikutinya.
Rakyat bisa percaya apa yang disampaikan apartur pemerintah dan tidak sekadar omong kosong, tapi harus sudah dibuktikannya.
Maklum, pengetahuan masyarakat masih rendah, menyebabkan pola penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi rendah. Rakyat lebih mudah meniru apa yang sudah ada ketimbang disuruh memulai sesuatu yang baru tanpa diberikan contoh. Rakyat dilema antara menanam atau tidak, antara percaya atau tidak, apakah hasil jagung bakal dijual dengan harga memuaskan?
Pemerintahan Bupati Drs. Umbu Sappi Pateduk dan Wakil Bupati Umbu Dondu, BBA sebenarnya sudah memulai. Beberapa waktu lalu, pemerintah telah mengudang sejumlah pimpinan bank dan pengusaha ke Sumba Tengah. Hal ini terkandung maksud agar pengusaha dapat melihat langsung dan mendengarkan langsung prospek pengembangan potensi di kabupaten ini dari bupati dan wakil bupati Sumba Tengah.
Dengan pertemuan itu diharapkan para pimpinan bank menaruh kepercayaan penuh hingga pada saatnya dapat menelorkan sejumlah uang bagi pengusaha yang hendak menginvestasikan modal usaha di Sumba Tengah. Pemerintah serius ingin mengembangkan jagung sebagai salah komoditi dagang bagi rakyat Sumba Tengah. Pemerintah juga telah menjajaki pengusaha sebagai mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan usaha tanaman jagung.
Karena itu, masyarakat Sumba Tengah harus tanggap dan proaktif memanfaatkan setiap peluang usaha yang ada sehingga kelak menjadi masyarakat sejahtera, bukan menjadi penonton di tanah sendiri.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumba Tengah, Ir.Martinus Jurumana, M.Si, yang ditemui di ruang kerjanya mengatakan, sesungguhnya pemerintah serius mengembangkan tanaman jagung menjadi tanaman usaha dagang unggulan.
Kabupaten Sumba Tengah memiliki areal lahan sangat luas yang cocok bagi pengembangan jagung. Ke depan, kabupaten ini minimal menjadi salah satu daerah penghasil jagung terbesar di NTT. Para petani tak usah ragu menanam jagung karena pangsa pasar jagung cukup terbuka lebar. Urusan menanam jagung adalah urusan rakyat. Sedangkan urusan pasar merupakan tanggung jawab pemerintah. Karenanya, jangan takut menanam jagung karena pemerintah siap mencarikan pasar jagung.
Lihat saja, Propinsi Gorontalo di Pulau Sulawesi, salah satu penyumbang PAD berasal dari komoditi dagang jagung karena hasil produksinya diekspor ke luar negeri. Harga yang diterima masyarakat cukup besar pula. Dengan demikian, usaha ini memberi dampak bagi masyarakat dan pemerintah. Selain usaha tanam jagung dapat memenuhi kebutuhan konsumsi petani, juga meningkatkan pendapatan petani karena dijual dengan harga menjanjikan dan memberi kontribusi bagi PAD setempat.
Martinus Jurumana juga menegaskan, tanam jagung merupakan sebuah solusi pemerintah mencarikan alternatif komoditi dagang bagi masyarakat Sumba Tengah.
Pemerintah akan terus mendorong pola pengusahaan jagung haruslah dalam skala ekonomi dan bertujuan agribisnis. Selain padi dan jagung, masyarakat bisa menanam tanaman hortikultura seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu.
Produktivitas tanaman hortikultura cukup baik. Misalnya, pada tahun 2007 produksi kacang hijau 498 ton, kacang kedelai 26 ton, kacang tanah 356 ton, ubi jalar 1.268 ton dan ubi kayu sebanyak 13.450 ton. Pemerintah berharap petani di wilayah ini bekerja ekstra keras memajukan ekonominya dengan menanam beranekaragam komoditi pertanian. (*)
TANAMAN jagung, primadona masyarakat Sumba Tengah
Spirit NTT, 04-10 Mei 2009, Petrus Piter
SUMBA TENGAH terus menatap dan melangkah. Membenahi segala aspek membangun diri. Semua komponen terlibat. Di bidang pertanian, tanaman jagung, menjadi primadona. Tak asing lagi di kuping masyarakat Sumba Tengah. Jagung merupakan bagian dari budaya masyarakat karena telah dibudidayakan secara turun-menurun sebagai bahan makanan lokal.
Budidaya tanaman jagung telah dikuasai oleh masyarakat di wilayah ini dan telah diusahakan dengan tujuan ketahanan pangan. Bahkan jagung merupakan makanan pokok masyarakat di Kabupaten Sumba Tengah. Karena itu, jagung bukan hal baru bagi masyarakat Sumba Tengah. Usaha tani selama ini, yakni pola tanam campuran (mixed cropping system) dengan tanaman pangan lainnya, seperti padi ladang, ubi kayu dan kacang-kacangan.
Metode usaha tani seperti ini tentu belum memberi hasil maksimal. Apalagi hasil yang diperoleh hanya sebatas konsumsi. Namun orientasi usaha tani jagung masih sebatas konsumsi. Para petani di wilayah ini belum memiliki pola pengembangan jagung ke arah bisnis.
Hal ini bisa dilihat dari hasil produksi tanaman jagung setiap tahun yang belum menunjukkan perkembangan maksimal karena luas lahan usaha terbatas dan usaha tani masih bersifat tradisional. Masyarakat Sumba Tengah juga belum mengenal pola usaha tanam secara terencana dan terprogram. Akibatnya, hasil yang diperoleh masih terbatas. Misalnya, produksi jagung di Kabupaten Sumba Tengah tahun 2007 sebanyak 8.061 ton dari total areal usaha seluas 4.440 hektar. Tingkat sebaran produksi jagung yakni di Kecamatan Mamboro seluas 1.653 hektar dengan total produksi 2.572 ton, Kecamatan Katikutana 930 hektar dengan produksi 1.872 ton, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat seluas 1.147 hektar dengan produksi 2.388 ton, dan Kecamatan Umbu Ratu Nggay seluas 709 hektar dengan produksi jagung 1.229 ton.
Berdasarkan data ini, maka boleh dibilang usaha tani di wilayah ini tergolong sangat terbatas. Sementara lahan tidur masih sangat luas yang kalau dikelola secara baik dapat mendatangkan keuntungan besar.
Sayangnya, para petani belum memiliki keinginan mengembangkan jagung sebagai komoditi bisnis. Padahal seluruh wilayah Sumba Tengah potensial untuk usaha pengembangan tanaman jagung.
Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan penguasaan teknologi pertanian. Petani hanya menanam untuk kebutuhan konsumsi, tanpa berpikir bagaimana menjadikannya sebagai sebuah mata pencaharian andalan karena mampu mendatangkan nilai rupiah yang besar pula.
Lahan pertanian di Sumba Tengah masih tergolong sangat luas. Kabupaten ini memiliki luas lahan 24.926 hektar yang terdiri 7.850 ha lahan sawah dan 17.076 lahan kering. Untuk lahan kering dapat dimanfaatkan untuk menanam jagung, terdiri dari kebun/tegalan, ladang/huma dan pekarangan. Bila kita mencermati luas tanam jagung tahun 2007 seluas 4.440 ha, maka potensi pengembangan jagung masih menjanjikan melalui peningkatan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam.
Sesungguhnya pada awal masa pemerintahan Bupati Sumteng, Drs .Umbu Sappi Pateduk dan Wabup Umbu Dondu, BBA, pemerintah berkeinginan kuat mengembangkan tanaman jagung di Kabupaten Sumba Tengah.
Bahkan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, beberapa waktu lalu telah mencanangkan penanaman jagung sebagai salag satu program penguatan ekonomi rakyat di NTT. Namun hal ini masih dalam wacana karena belum aksi nyata dan hasil di lapangan. Pemerintah masih harus mulai menanam jagung sebagai lahan percontohan sehingga rakyat dapat mengikutinya.
Rakyat bisa percaya apa yang disampaikan apartur pemerintah dan tidak sekadar omong kosong, tapi harus sudah dibuktikannya.
Maklum, pengetahuan masyarakat masih rendah, menyebabkan pola penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi rendah. Rakyat lebih mudah meniru apa yang sudah ada ketimbang disuruh memulai sesuatu yang baru tanpa diberikan contoh. Rakyat dilema antara menanam atau tidak, antara percaya atau tidak, apakah hasil jagung bakal dijual dengan harga memuaskan?
Pemerintahan Bupati Drs. Umbu Sappi Pateduk dan Wakil Bupati Umbu Dondu, BBA sebenarnya sudah memulai. Beberapa waktu lalu, pemerintah telah mengudang sejumlah pimpinan bank dan pengusaha ke Sumba Tengah. Hal ini terkandung maksud agar pengusaha dapat melihat langsung dan mendengarkan langsung prospek pengembangan potensi di kabupaten ini dari bupati dan wakil bupati Sumba Tengah.
Dengan pertemuan itu diharapkan para pimpinan bank menaruh kepercayaan penuh hingga pada saatnya dapat menelorkan sejumlah uang bagi pengusaha yang hendak menginvestasikan modal usaha di Sumba Tengah. Pemerintah serius ingin mengembangkan jagung sebagai salah komoditi dagang bagi rakyat Sumba Tengah. Pemerintah juga telah menjajaki pengusaha sebagai mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan usaha tanaman jagung.
Karena itu, masyarakat Sumba Tengah harus tanggap dan proaktif memanfaatkan setiap peluang usaha yang ada sehingga kelak menjadi masyarakat sejahtera, bukan menjadi penonton di tanah sendiri.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumba Tengah, Ir.Martinus Jurumana, M.Si, yang ditemui di ruang kerjanya mengatakan, sesungguhnya pemerintah serius mengembangkan tanaman jagung menjadi tanaman usaha dagang unggulan.
Kabupaten Sumba Tengah memiliki areal lahan sangat luas yang cocok bagi pengembangan jagung. Ke depan, kabupaten ini minimal menjadi salah satu daerah penghasil jagung terbesar di NTT. Para petani tak usah ragu menanam jagung karena pangsa pasar jagung cukup terbuka lebar. Urusan menanam jagung adalah urusan rakyat. Sedangkan urusan pasar merupakan tanggung jawab pemerintah. Karenanya, jangan takut menanam jagung karena pemerintah siap mencarikan pasar jagung.
Lihat saja, Propinsi Gorontalo di Pulau Sulawesi, salah satu penyumbang PAD berasal dari komoditi dagang jagung karena hasil produksinya diekspor ke luar negeri. Harga yang diterima masyarakat cukup besar pula. Dengan demikian, usaha ini memberi dampak bagi masyarakat dan pemerintah. Selain usaha tanam jagung dapat memenuhi kebutuhan konsumsi petani, juga meningkatkan pendapatan petani karena dijual dengan harga menjanjikan dan memberi kontribusi bagi PAD setempat.
Martinus Jurumana juga menegaskan, tanam jagung merupakan sebuah solusi pemerintah mencarikan alternatif komoditi dagang bagi masyarakat Sumba Tengah.
Pemerintah akan terus mendorong pola pengusahaan jagung haruslah dalam skala ekonomi dan bertujuan agribisnis. Selain padi dan jagung, masyarakat bisa menanam tanaman hortikultura seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu.
Produktivitas tanaman hortikultura cukup baik. Misalnya, pada tahun 2007 produksi kacang hijau 498 ton, kacang kedelai 26 ton, kacang tanah 356 ton, ubi jalar 1.268 ton dan ubi kayu sebanyak 13.450 ton. Pemerintah berharap petani di wilayah ini bekerja ekstra keras memajukan ekonominya dengan menanam beranekaragam komoditi pertanian. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar