- SPIRIT NTT--keindahan laut Labuan Bajo dan pelangi di atas Kota Labuan Bajo membentuk mosaik yang indah.
Spirit NTT, 11-17 Mei 2009
LABUAN Bajo mungkin tak banyak dikenal wisatawan domestik, apalagi bagi kaum hedonist, penikmat kemapanan. To my surprise, mapan dan nyaman rupanya sudah cukup tersaji di kota kecil berpenduduk mayoritas orang Bugis ini.
Ibu kota administratif Kabupaten Manggarai Barat ini bak intan yang mulai diasah. Potensinya, sangat luar biasa. Keindahannya, tak terbantahkan.
Mungkin kamu akan berpikiran sama sepertiku yang mencoba mengaitkan nama kota ini dengan suku Bajo yang menempati perairan Sulawesi. Tak salah memang. Lautnya yang sangat tenang karena dilingkupi oleh pulau-pulau kecil, menjadikan teluk di bagian barat Pulau Flores ini sebagai pilihan Suku Bajo, si manusia perahu, untuk berlindung dari hempasan badai di Selat Sape. Begitulah kisah mula-mula kota, yang kini lebih terekspos sebagai kota pariwisata ketimbang kota nelayan.
Ya, dengan masuknya dolar-dolar ke kantong-kantong di kota ini, Labuan Bajo mulai terlihat menggeliat. "The Power of Scarcity," kata partner trekking. Karena tak satu pulaupun di muka bumi ini selain Pulau Rinca dan Pulau Komodo, yang mampu menyajikan tontonan hewan purba, Komodo, di habitat aslinya. Dan, Labuan Bajo adalah gerbang utama menuju kedua pulau ini.
Lihat bagaimana kota kecil yang tak ubahnya sebuah kecamatan di Pulau Jawa ini telah dipenuhi oleh agen-agen wisata yang siap melayani wisatawan domestik, pun manca negara. Yang sungguh menakjubkan bagiku, tak kurang dari enam bulan, setidaknya ada tiga hotel baru yang mulai beroperasi. Airport Komodo yang berjarak kurang lebih 10 menit dari pusat kota, tertata fairly nice untuk travelers seperti kami, di samping hotel-hotel kecil yang cukup menjamur. Labuan Bajo selayaknya sebuah kota yang sedang mempersilahkan tamu-tamunya untuk singgah dan menikmati keindahannya.
Points of interest? Ada Pulau Rinca, Pulau Komodo dan Pulau Padar yang pada tahun 1990 ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo. Taman Nasional ini oleh UNESCO juga ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfir. Di samping ketiga pulau ini, pulau-pulau kecil lainnya pun tak kalah menarik. Pulau Bidadari, pulau berpasir putih yang letaknya hanya 30 menit dari Pelabuhan Tilong di Labuan Bajo. Pulau Kalong tempat ribuan kalong singgah di sore hari. Pulau Kanawa, tempat pengasingan diri dan lokasi ideal untuk menuliskan sebuah kisah roman. Terlalu banyak tempat persinggahan penawar hati, namun dengan waktu yang sangat terbatas, short visit ke Gua Cermin yang terletak sekitar 20 menit dengan mobil dari pusat kota, perlu dilakukan.
Jadi, tatkala current account BOP (Balance of Payment) Indonesia masih negatif dan posisi rupiah masih dalam tekanan, berwisata domestik menjadi pilihan kami. Di samping ikut berempati atas kondisi perekonomian negara ini, kami ingin ikut menyukseskan Visit Indonesia 2008. Terdengar klise bukan. Tapi sejujurnya inilah alasan kami pada tanggal 29 September hingga tanggal 2 Oktober 2008, memilih Labuhan Bajo sebagai persinggahan, tempat hati dan mata kami dimanjakan. (novi.lv/2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar