Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Ibu Menyusui Ikut Pelatihan Penggunaan ASI

Spirit NTT, 18-24 Mei 2009, Laporan Edy Hayong

ATAMBUA, SPIRIT
--Para ibu menyusui diingatkan untuk tidak terjebak dengan iklan tentang susu formula lalu mengabaikan air susu ibu (ASI) eksklusif karena ASI sangat baik diberikan kepada balita dalam kurun waktu enam bulan sejak melahirkan. Para ibu diharapkan tidak terkecoh dengan iklan susu formula yang ramai dikampanyekan karena pemberian susu formula akan berdampak serius pada pertumbuhan bayi.

Peringatan ini disampaikan Staf Yayasan ASI Indonesia, Dr. Dien Sanyoto Besar, SpA, IBCC, saat pelatihan tentang aturan internasional pemasaran pengganti ASI, di Wisma Emaus Keuskupan Atambua, Kamis (14/5/2009). Kegiatan ini dibuka Kepala Dinas Kesehatan Belu, dr. Lau Fabianus, dihadiri stakeholders yang peduli terhadap kesehatan ibu dan bayi.




Dien mengungkapkan, secara pribadi dirinya salut upaya yang dibuat pemerintah Kabupaten Belu melalui Dinas Kesehatan setempat yang menggelar kegiatan terkait penggunaan ASI eksklusif. Selama ini, kegiatan semacam ini jarang digelar karena sebagian orang menilai ASI eksklusif sudah tidak ada gunanya karena 'termakan' iklan susu formula.

Untuk itu, kata Dien, pemerintah dan masyarakat di Belu sudah seharusnya mulai saat ini mengkampanyekan mengenai pentingnya ASI eksklusif. "Sesuai hasil penelitian terungkap prosentase para ibu menyusui bayinya sejak lahir bukan lagi menggunakan ASI eksklusif sangat tinggi. Para ibu kebanyakan menggunakan susu formula yang diiklankan di media televisi, media massa dengan janji yang sangat menggoda. Para ibu ini justru terkecoh. Padahal, untuk menambah daya tahan tubuh bayi semestinya harus diberi ASI eksklusif pada usia nol sampai enam bulan. Setelah itu barulah diberikan makanan tambahan. Tapi justru yang terjadi, para ibu terjebak dengan iklan itu," kata Dien.

Menurutnya, untuk mengembalikan komitmen masyarakat (kaum ibu) untuk menggunakan ASI eksklusif memang membutuhkan waktu dan kerja keras dari setiap stakeholders. Untuk itu, katanya, pemerintah melalui Dinkes Belu seharusnya lebih menggelorakan kampanye kepada kaum ibu untuk memanfaatkan ASI eksklusif agar generasi yang akan datang tumbuh secara sehat dan cerdas.

Kadis Kesehatan Belu, Lau Fabianus mengakui kalau selama ini penggunaan ASI eksklusif oleh para ibu masih terabaikan. Padahal ASI itu memiliki asupan gizi yang sangat baik untuk pertumbuhan bayi. Untuk itu, kata Dien, pertemuan tentant aturan internasional pemasaran pengganti ASI ini mestinya menggugah semua pihak agar jangan lagi menyepelekan ASI eksklusif. (*)


Tidak ada komentar: