Spirit NTT, 20-26 April 2009, Laporan Petrus Piter
WAIBAKUL, SPIRIT--Curah hujan yang tidak normal di Kabupaten Sumba Tengah, khususnya di Anakalang, Kecamatan Katikutana tahun 2009 ini menyebabkan petani di Katikutana terancam gagal panen. Penurunan produksi diperkirakan bisa mencapai 40 persen.
Pemerintah telah mengambil kebijakan menggerakkan masyarakat menanam tanaman holtikultura seperti kacang-kacangan, umbi-umbian dan tanaman holtikultura lainnya sebagai bahan makanan alternatif.
Camat Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Umbu Windi, mengatakan hal itu saat ditemui di kantornya di Waibakul, Kamis (9/4/2009).
Umbu Windi menjelaskan, curah hujan kali ini sangat minim dan tidak normal menyebabkan petani terpaksa menanam mengggunakan bibit padi yang sudah tua. Kalau saja hujan normal, awal Januari 2009 semua petani sudah menanam.
Pemerintah menyadari kondisi yang tengah menimpa petani dimana sekitar 4.000 hektar (ha) lahan yang ditanami padi akan menurun produktivitasnya dari total lahan sawah tadah hujan dan sawah setengah irigasi teknis sekitar 8.000 ha. Hamparan lahan sawah tadah hujan sebagian besar terdapat di Anakalang, Kecamatan Katikutana.
Mengantisipasi kondisi yang tengah melanda petani Sumba Tengah, pihaknya telah menempuh kebijakan meminta seluruh petani menanam kacang-kacangan pasca panen padi. Bibit kacang-kacangan akan didroping pemerintah melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Sumba Tengah. Saat ini, pihaknya telah meminta seluruh petugas penyuluh lapangan (PPL) siaga dilokasi petani untuk memantau perkembangan tanaman padi milik masyarakat.
Selanjutnya, jelas Umbu Windi, petugas PPL memberikan laporan kepada pemerintah tentang perkembangan tanaman padi milik petani, dan tanaman holtikultura yang cocok ditanam di daerah itu. Karena itu, lanjutnya, kehadiran petugas PPL memberi dampak sangat positip bagi perkembangan petani di wilayahnya.
Dia mengatakan, umumnya petani Sumba Tengah merupakan petani sawah tadah hujan. Karenanya, faktor hujan menjadi sangat vital menentukan berhasil tidaknya tanaman padi milik petani. Sebab Sumba Tengah hanya memiliki satu lokasi irigasi setengah teknis, yakni di Bewi, Kecamatan Mamboro dengan lahan sekitar 200 hektar. Selebihnya merupakan sawah tadah hujan dan terbesar terdapat di Katikutana.
Dikatakannya, sebenarnya ribuan hektar lahan tidur sekitar Embung Lokujangi, namun mengingat debit air terbatas sehingga belum dapat difungsikan mengairi areal sekitar. Bila debit air cukup, demikian Umbu Windi, maka lahan tidur sekitar dapat diolah menjadi sawah irigasi. Dengan demikian, produkitivitas petani akan meningkatkan sekaligus kesejahteraan rakyat akan bertambah baik. (*)
Petani Katikutana Diminta Tanam Kacang-kacangan
Label:
Sumba Tengah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar