Spirit NTT, 27 April-3 Mei 2009, Laporan Edy Hayong
-
ATAMBUA, SPIRIT -- Akibat gagal panen jagung pada musim tanam 2008, gedung Silo Jagung milik Pemerintah Propinsi NTT di Kimbana, Kecamatan Tasifeto Barat, Belu terkesan 'nganggur'. Gedung itu dipakai oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktani) Kimbana untuk menampung sekitar satu ton jagung dari daya tampung yang mencapai 50 ton jagung.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Belu, Drs. Niko Umbu, yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (15/4/2009), membenarkan bahwa gedung milik Pemprop NTT itu belum berfungsi maksimal.
Sampai sekarang, katanya, pengelolaan gedung itu belum diserahkan kepada Pemkab Belu. Gedung tersebut dibangun sekitar tahun 2007 dan mulai dipakai tahun lalu oleh Gapoktani Kimbana.
Di gedung tersebut, ada seperangkat peralatan untuk proses pengeringan jagung pasca panen sehingga kualitas jagung tetap terjamin. Namun selama ini rata-rata pasokan jagung dari petani Gapoktani hanya 1-2 ton, jauh di bawah kapasitas tampung yang mencapai sekitar 50 ton jagung.
"Gedung Silo Jagung selama ini masih dalam pengawasan pemprop karena belum ada penyerahan ke kabupaten sehingga kami tidak bisa intervensi terlalu jauh dalam hal pemeliharaannya," jelasnya.
Umbu mengatakan, pada musim tanam 2008 terjadi gagal panen karena tingkat curah hujan yang tinggi. Padahal, petani pada awalnya sangat berharap curah hujan yang ada berdampak positif pada hasil produksi.
"Kalau hasil panen jagung tahun 2008 bagus maka gedung Silo Jagung bisa berfungsi maksimal. Tapi curah hujan di luar prediksi kita dengan curah sangat tinggi sehingga jagung yang ada di utara Belu gagal panen. Sekarang kami sedang berupaya mendrop bibit jagung hibrida bantuan pemprop sebanyak 75 ton untuk petani di wilayah selatan Belu.
Diharapkan pada musim tanam kedua dan musim tanam ketiga ada hasil," katanya. (*)
Gapoktan Kimbana Manfaatkan Silo Jagung
Label:
Belu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar