Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

SATU KATA


Spirit NTT, 23-29 Maret 2009, Laporan Egi Moa


KABUPATEN Lembata. Sudah sepuluh tahun menjadi daerah otonom. Bagaimana geliat pembangunannya? Di bidang ekonomi, pertumbuhannya belum signifikan. Namun angka pencapaian 4,88 persen masih di bawah pertumbuhan ekonomi Propinsi NTT 5,15 persen pada 2007.

Di bidang sumber daya manusia (SDM)? Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk, mengingatkan satu hal, "Semua aparat pemerintah harus memiliki semangat satu kata dan satu bahasa."



"Tidak ada seorang kepala daerah mengatakan saya tidak setuju begitu dengar presiden omong dunia pemerintahan. Tidak ada istilah. Kalau mau sampaikan ada forumnya di rapat kerja misalnya. Jangan berpendapat ke arah timur dan barat, padahal masyarakat sama yang kita urus," kata Bupati Manuk.

Berbicara pada forum musyawarah rencana kerja pemerintah daerah (Musyawarah RKPD) 2010 yang digelar di Aula Dekenat Lembata, pekan lalu, Bupati Manuk mengatakan, untuk mendorong percepatan ekonomi, kebijakan pembangunan 2010 difokuskan pada pendekatan pertumbuhan dengan memperhatikan pemerataan. Alokasi anggaran harus lebih besar pada kegiatan sektor basis dan pertanian dalam arti luas.

Bupati Manuk mengatakan, musrenbang RKPD dilaksanakan setiap tahun, bukan sebuah formalitas belaka, tetapi menjadi media untuk menjamin agar pembangunan berjalan lebih efektif, efisien, tepat sasaran dengan mempertemukan berbagai pemikiran, gagasan, aspirasi dari semua komponen masyarakat.
Muatan materi rencana kerja pemda dihasilkan, katanya, harus bisa membuat program atau kegiatan yang dapat menjangkau pencapaian sasaran makro pembangunan dalam RPJMD Lembata 2006-2011 yang termuat dalam Perda Lembata No. 2/2007.

Pertama, pertumbuhan ekonomi. Meski terjadi peningkatan setiap tahun, pertumbuhan ekonomi Lembata berada di bawah angka pertumbuhan Propinsi NTT, 4,88 persen pada 2007, sedangkan pertumbuhan ekonomi NTT 5,15 persen.
Kedua, tingkatan pengangguran dan pendapatan perkapita masih rendah. Pada 2007, angka pengangguran Lembata 1,6 dan pendapatan perkapitan Rp 2.226.506 masih setengah dari angka pendapatan perkapita propinsi Rp 4,8 juta/kapita. Kegiatan yang direncanakan harus bisa menyediakan lapangan kerja baru atau minimal memberi ruang keterlibatan masyarakat secara langsung. Hal ini harus menjadi titik perhatian, bagaimana bisa membuka peluang kerja bagi masyarakat.
"Ada banyak peluang kerja tapi orang kita tunggu kerja yang ringan. Kerja proyek jalan, cetak batu bata bukan orang Lembata tapi Alor, Kefamenanu dan Belu. Kita butuh peluang penciptaan lapangan kerja tapi butuh peran swasta. Kita harus dorong ciptakan suasana yang bagus supaya orang dapat berinvestasi di daerah kita," ujar bupati.

Menurutnya, pertumbuhan penduduk di Lembata terus bertambah. Apakah karena ada kelahiran baru atau perantau yang kembali dari rantau karena di sana tak tersedia lagi pekerjaan? "Ini menjadi beban baru masyarakat. Menjadi masalah selama mereka belum mendapatkan lagi pekerjaan," katanya.

Ketiga, tingkat kemiskinan masih tinggi 34,45 persen dari total 50 ribu orang di kabupaten ini. Angka ini masih diatas rata-rata propinis 27,5 persen. Menurutnya, pengentasan kemiskinan masih prioritas dari setiap sektor. Jangan ada kelakuan ego sektor. "Kadang waktu rapat koordinasi baru kita tahu ada dana," tandasnya.
Gubernur NTT, Drs. Fran Lebu Raya dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Simon Mesah, mengharapkan musrenbang mendiskusikan rancangan, kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan dari pemerintah atau mendorong partisipasi masyarakat.

Musrenbang selama tiga hari ini dihadiri staf ahli Gubernur NTT, Simon Mesah; Wabup Lembata, Drs. Andreas Nula Liliweri; pimpinan dewan, pimpinan dinas, para camat, kades dan BPD. (*)

Tidak ada komentar: