Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Palue Dalam Bingkai Budaya...

Spirit NTT, 23-29 Maret 2009

PALUE
demikian nama sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka. Palue juga merupakan nama dari sebuah pulau di antara 17 buah pulau yang ada dalam wilayah Kabupaten Sikka. Pulau terbesar dari 17 buah pulau terebut memiliki gunung berapi Rokatenda yang masih aktif, salah satu gunung berapi dari dua gunung berapi di Sikka.

Untuk mencapai Pulau Palue dari Pelabuhan Sadang Bui Maumere (ibu kota Kabupaten Sikka) membutuhkan waktu sekitar 4-6 jam, menggunakan kapal motor laut yang biasanya disewakan untuk mengangkut penumpang.




Alamnya gersang dengan topografi berbukit. Dulunya dikenal sebagai pulau yang sering kekurangan air minum dan miskin fasilitas. Namun dari pulau ini jugalah melahirkan banyak orang pintar yang kini tersebar di kabupaten dan propinsi, rohaniwan-rohaniwan khatolik dan para pelaut serta perantau yang ulet dan tangguh. Pun kain tenun ikatnya menawan.

Masyarakat Palue terkenal sebagai masyarakat yang memiliki adat budaya dan tradisi turun temurun yang beragam dan unik. Sampai kini masih terus dilestarikan oleh para generasinya. Suku Palue merupakan salah satu suku terbesar dari enam suku besar yang ada di tanah Sikka. Berikut sedikit tentang tradisi dan budaya dalam masyarakat Palue
***
MASYARAKAT di Pulau Palue mengenal dua tarian besar yang sering dipentaskan dalam upacara-upacara adat masyarakat setempat seperti tarian Misa dan tarian Togo. Tarian Misa adalah tarian yang khusus untuk muda-mudi yang dilaksanakan di bulan Juni sampai September dan biasanya berlangsung di pinggir pantai. Para muda-mudi di Palue jika akan memulai masa pacaran, biasanya mementaskan tarian ini. Daerah pinggir pantai menjadi tempat dilaksanakannya tarian Misa.

Sementara tarian Togo dipentaskan pada upacara-upacara khusus atau terbilang istimewa dalam masyarakat Palue. Misalnya, upacara pemotongan kerbau, upacara membuat perahu, upacara tarik perahu ke pantai dan upacara-upacara besar lainnya. Pementasan tarian Togo dalam upacara-upacara tersebut akan menambah kemeriahan pesta adat masyarakat setempat. Misalnya, dalam upacara tarik perahu ke pantai, terlihat meriah dan istimewa karena tarian togo dipentaskan di atas perahu yang sedang ditarik ke pantai

Dalam adat budaya Palue dikenal pula budaya-budaya lain yang sesuai dengan siklus hidup manusia, seperti saat kelahiran, dewasa, perkawinan dan kematian. Pada saat lahir atau berumur masih belia, semua anak-anak di Palue diajarkan untuk bisa berenang. Orang tua akan membawa anak-anak mereka berumur 1-2 tahun ke tengah laut dan dibuang di sana. Dan, anak tersebut akan berusaha berenang, namun jika tidak bisa berenang akan diambil lagi dan dilemparkan kembali ke laut sampai si anak tersebut bisa berenang.

Karena diajarkan demikian sedari kecil, maka jarang sekali menemukan orang Palue yang tenggelam atau meninggal di tengah laut. Sebab orang Palue kalau berlayar dan tenggelam di mana saja akan berusaha semampunya berenang ke tepi pantai meski akhirnya harus meninggal di tepi pantai. Haram bagi orang Palue meninggal karena tenggelam di tengah laut.
***
DALAM budaya masyarakat Palue juga dikenal sebuah upacara adat yang sangat penting dan besar bernama Mula Rate yang biasanya diadakan setiap lima tahun sekali. Orang Palue boleh meninggal di tempat di mana saja di seluruh dunia, tapi jasadnya tidak perlu dibawa ke Palue (boleh dikuburkan di mana saja). Yang perlu dibawa cuma kuku dan rambut dari jenazah tersebut. Mula Rate adalah sebuah upacara adat penanaman batu nisan untuk seluruh orang Palue yang meninggal di mana saja. Satu tahun berikutnya baru akan diadakan upacara pemotongan kerbau. Upacara pemotongan kerbau adalah upacara perayaan untuk mensyukuri keberhasilan setiap orang Palue dan biasanya diadakan setiap lima tahun.

Budaya lainnya yang ada dalam masyarakat Palue adalah upacara adat mengusir tikus dari daratan Pulau Palue yang biasa disebut dengan bahasa setempat sebagai upacara Tung Te'u. Upacara ini diadakan secara besar-besaran dengan menangkap tikus yang berpasangan dan kemudian melayarkan pasangan tikus tersebut ke tengah laut dengan sebuah perahu yang dibuatkan khusus untuk membawa tikus-tikus tersebut. Dalam kepercayaan adat setempat, pada saat itu juga semua tikus yang ada daratan Pulau Palue akan hilang dengan sendirinya.

Demikian sebagian dari adat budaya dalam masyarakat Palue yang unik dan menyimpan nilai-nilai hidup dalam kemasyarakatan yang sampai kini masih terus dilestarikan dan menjadi bagian dari keragaman budaya yang ada di tanah Sikka serta tanah air kita tercinta. (www.inimaumere.com)


Tidak ada komentar: