Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Museum itu tak sekadar nama...


Spirit NTT, 15-21 September 2008, Laporan Ferry Ndoen

MELIHAT gedung Museum 1000 Moko Alor yang terletak di Jalan Diponegoro, Kota Kalabahi, 6 Agustus 2008, rasa keingintahuanku semakin menjadi-jadi. Selagi ada kesempatan, saya pun tak menyia-nyiakan waktu masuk ke dalamnya untuk mengetahui apa isi gedung museum yang menjadi salah satu kebanggaan masyarakat dan Pemkab Alor itu.

Museum ini, bagi masyarakat di Kota Kalabahi, Ibukota Kabupaten Alor, dan warga Kabupaten Alor umumnya, mungkin sudah mengetahui isinya karena museum ini tepat berada di jantung kota. Namun belum tentu semua isi koleksi benda/barang yang ada di dalam bangunan Gedung Meseum 1.000 Moko yang diresmikan Gubernur NTT, Piet A Tallo, pada tanggal 4 Mei 2004 lalu tersebut sudah diketahui masyarakat secara luas.

Padahal museum yang berada di lintasan jalan utama di Kota Kalabahi tersebut menyimpan aneka benda bersejarah hasil peninggalan zaman sejarah, dan juga zaman pra sejarah yang diwarisi leluhur masyarakat di kabupaten ini.

Aneka benda bersejarah termasuk aneka barang dan benda koleksi yang ada di museum ini merupakan hasil peninggalan dari zaman pra sejarah, dan juga aneka benda hasil peninggalan zaman purbakala yang diwarisi sejak nenek moyang orang Alor, termasuk koleksi benda orang Alor yang saat itu hidup di zaman batu, dan masih hidup di gua- gua di daerah itu.

Filosofi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Alor mendirikan Museum 1.000 Moko Alor dengan tujuan menyelamatkan warisan benda budaya dan barang bersejarah yang ada di daerah ini.

Benda-benda tersebut memang perlu diamankan dan dilestarikan untuk agar nanti bisa diketahui, dan bisa menjadi ilmu bagi anak cucu kita. Hal ini penting karena dikhawatirkkan sudah banyak benda dan barang-barang budaya koleksi zaman purbakala yang dibawa ke luar orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini akan membuat bukti sejarah dan bukti pra sejarah peradaban orang Alor zaman dulu akan hilang.

Kehadiran Museum 1.000 Moko ini juga dimaksud agar masyarakat di Kabupaten Alor dan masyarakat lainnya bisa mengetahui, dan bisa menyaksikan, menganggumi juga mempelajari kebudayaan yang ada di Bumi Kenari-Alor yang sudah ada dan menjadi bagian hidup sejak nenek moyang/suku bangsa di daerah ini yang bersifat turun- temurun.

Pemkab Alor memilih nama Museum 1.000 Moko bukan tanpa makna karena simbol Moko sendiri mewakili kebudayaan orang Alor dimana alat ini sebagai benda adat yang bernilai budaya sangat tinggi. Angka 1.000 menunjukkan keanekaragaman suku, adat istiadat, budaya dan sub etnik yang sangat pluralis ada di Bumi Kenari.

Rasyd Sina, Kepala Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Daerah 1.000 Moko Alor, kepada SPIRIT NTT di sela-sela kesibukannya melayani pertanyaan yang dilontarkan para pengunjung yang datang melihat hasil koleksi benda-benda bersejarah yang ada di museum ini menjelaskan, koleksi benda-benda bersejarah yang ada di museum ini memang perlu dilestarikan. Ini dimaksud agar bisa dipelajari oleh anak cucu kita.

Benda yang ada di museum ini mulai dari benda arkeologi peninggalan budaya yang dipengaruhi unsur kebudayaan Hindu termasuk moko (nekara) dengan aneka tipe dari berbagai etnis yang tersimpan di museum ini.

Yang perlu diingat, yang namanya sejarah sekali-kali jangan dilupakan oleh generasi kita, bahkan oleh anak cucu kita karena sejarah merupakan sebuah fakta yang menjadi bagian dari perjalanan kehidupan anak manusia.


Tidak ada komentar: