Oleh Ansel Open *
Spirit NTT, 26 Mei-1 Juni 2008
Pendahuluan
NIAT manusia akan kebebasan merupakan suatu keinginan yang amat mendasar. Maka tidak dapat kita ingkari lagi bahwa masalah kebebasan sudah banyak disoroti dalam pelbagai bidang. Dalam tulisan ini, saya hanya coba menyoroti sedikit kebebasan itu dari segi filsafat dan realita hidup manusia yang kadang membuat jerah semua pihak yang sedang memperjuangkan kebebasan itu.
Manusia sering keliru memahami tentang kebebasan, karena ia terbawa pada pemikiran bahwa kebebasan itu berarti saya bertindak menurut keinginandan hasrat saya sendiri tanpa suatu norma atau bebas lepas seperti burung yang terbang di udara. Mengenai kebebasan manusia ini terdapat berbagai macam anggapan, pendapat dan pandangan. Masalah yang dihadapai adalah bahwa dalam pemahaman tentang kebebasan, kita langsung dihadapkan pada kenyataan bahwa antara pendapat yang satu dengan yang lain, tidak hanya terdapat perbedaan yang besar tetapi malah ada pertentangan. Perselisihan pendapat hanya akan dapat dimengerti, bila menyadari bahwa kebebasan manusia bukanlah kebebasan mutlak, melainkan kebebasan relatif, karena terbatas pada situasi dan kondisi.
Fakta berbicara bahwa 'sejarah masalah kebebasan' berkembang sejak zaman kuno hingga saat ini. Masalah utama yang dipersoalkan sepanjang sejarah kebebasan manusia adalah suatu norma dan gaya kehidupan yang berkaitan dengan martabat manusia. Ini berarti, kebebasan itu berkaitan dengan etika. Kebebasan yang dimaksudkan sebagai suatu etika itu, berarti adanya kemungkinan-kemungkinan bagi seseorang untuk bertindak tanpa dibatasi oleh suatu paksaan dan ia bebas bertindak untuk suatu tujuan. Secara singkat kebebasan manusia dapat dikatakan sebagai suatu etika dalam arti filosofis berarti 'bebas dari dan bebas untuk'.
Tetapi, mengapa kesadaran akan kebebasan yang bertumbuh sejak zaman kuno itu, masih terus berlangsung hingga saat ini? Mengapa kebebasan itu bertumbuh begitu lamban dan berangsur-angsur? Alasan yang jelas yaitu, bahwa kebebasan itu secara langsung berkaitan dengan eksistensi manusia itu sendiri. Kebebasan itu berhubungan langsung dengan martabat manusia kebebasan itu berkaitan erat dengan kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam kelakuan manusia. Kelakuan manusia itu, baik perorangan maupun kelompok, merupakan pengalaman moral yang menjadi etika bagi manusia untuk membedakan apa yang ada dan apa yang harus ada.
Jadi manusia tidak mungkin menyadari kebebasannya, jika tidak melakukan sesuatu, jika ia tidak menjelmakan kemungkinana kebebasannya ke dalam tindakan ynag nyata. Kebebasan manusia akan terwujud bila manusia itu 'berbuat, menguasai dan menaklukkan' dunia serta kehendaknya demi kepentingan bersama.
Berdasarkan pemikiran dan realita kebebasan inilah, saya coba menyorotinya dengan bertolak dari pandangan dan pemikiran William James, yang terkenal sebagai seorang pemikir yang orisinal karena banyak pengatahuan diperolehnya sendiri lewat membaca dan tak henti-hentinya memperjuangkan kebebasan itu sampai titik darah terakhirnya.
Kebebasan kehendak manusia
James adalah orang yang sangat gigih mewartakan teori kebebasan manusia. Ia berpendapat bahwa kebebasan kehendak itu, seumpama bagian-bagian alam yang mempunyai kemampuan untuk bermain secara bebas. Manusia pun harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dengan kehendak bebas.
Ia mengatakan, jika manusia ingin bebas maka sebaiknya, ia bertindak menurut kehendaknya yang bebas pula. Selanjutnya ia menambahkan bahwa, memang benar kebebasan itu hanya suatu postulat, yakni suatu kaidah yang tak dapat dibuktikan, tetapi kebebasan itu sangat dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya, untuk menentukan sikap dan tindakannya. Berhadapan dengan dua alternatif atau beberapa pilihan itulah yang dapat menentukan, kita harus memilih salah satu dari sekian alternatif yang kita hadapi. Dalam menentukan pilihan, manusia harus berpikir bahwa alternatif yang sudah dipilih, harus dijalankan dan bahwa hanya alternatif itulah, yang dapat menentukan kehendak manusia untuk bertindak secara bebas.
Dalam situasi seperti ini, manusia harus menyadari bahwa, kebebasan itu terbatas pada tindakan-tindakan kehendak dan pilihan sadar yang harus menusia perankan seturut norma yang berlaku, pola kelakuan, kebiasaan dan gaya hidup setiap individu. James berpendapat bahwa, satu-satunya jalan bagi manusia yang menampakan kebebasan kehendak atau dengan istilah yang digunakan James 'Self-Determinism' (menentukan diri sendiri) adalah, ia yang dalam tindakannya, sadar sebagai pelaku utama, bahwa ia sedang dan terus berusaha untuk menambah kebaikan yang lebih tinggi bagi kehidupan manusia pada umumnya. Dalam hal seperti ini, kebebasan itu dilihat seabagai 'suatu etika' karena manusia tidak hanya mengusahakan kebaikan bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi sesamanya.
Kebebasan kehendak, hendaknya berasaskan pada suatu ketentuan dalam mana manusia tidak terkait pada ketentuan aturan yang menghambat perkembangan manusia menuju tujuan yang dikejar yakni, kebaikan bersama. Jadi manusia harus bebas dari suatu paksaan untuk bertindak dan bebas pula untuk menentukan pilihannya dalam bertindak.
Self-determinism yang dianjurkan James dalam kaitan dengan kebebasan kehendak yakni, bahwa manusia harus bertindak sebagai penyebab; manusia harus menjadi pusat kreativitas dan memiliki kebebasan untuk memilih. Manusia yang bertindak sebagai penyebab berarti; bahwa manusia yang menjadi penyebab suatu tindakan karena adanya suatu tindakan yang lain yang tidak memiliki arah dan tujuan yang pasti. Manusia harus men jadi pusat kreativitas itu berarti; manusia menjadi penentu yang pasti tentang arah dan tujuan tindakannya. Manusia memiliki kebebasan memilih berarti; menusia menentukan sikapnya terhadap tindakan yang akan dilaksanakan. Tindakan manusia untuk menjalankan suatu kegiatan, dianggapnya seabagai suatu tindakan yang paling baik, karena tindakan itu dijalankan pada pilihan bebas manusia.
Sikap dan tindakan bebas memilih adalah, cara yang ditempuh oleh manusia untuk menjalankan tugasnya sesuai kaidah dan norma-norma yang berlaku. Pada akhirnya manusia harus insaf bahwa kebebasan kehendak berasal dari diri sendiri dan bukan dari luar.
Keputusan bebas
Manusia dalam perjalanan pengalaman hidup hariannya, selalu dihadapkan pada kenyataan untuk mengambil sebuah keputusan. Misalnya saja kita mengambil keputusan untuk berdiam diri atau berbicara, keputusan untuk berjalan atau menetap dan lain seabagainya. Sehubungan dengan keputusan yang diambil dalam kaitan dengan kebebasan manusia, sikap yang dibutuhkan manusia, tidak boleh mengabaikan keterangan yang bernapaskan kosmologis. Keterangan kosmologis yang dimaksudkan di sini yaitu, bahwa dalam mengambil suatu keputusan, setiap kita harus memperhatikan 'sebab dan motif.'
Sebab yang dimaksudkan di sini adalah sikap dan tindakan dari pihak lain yang tidak menyenangkan, sedangkan motif di sini, adalah kebaikan yang dikejar manusia.
Dari kodratnya, manusia harus sadar bahwa suatu 'sebab', tidak mungkin terjadi tanpa sebab yang lain. Adanya suatu 'sebab' tak mungkin pula tanpa tujuan. Karena ada 'sebab' yang tak memberikan nilai yang memuaskan maka manusia nilai yang lebih menyenangkan, yang dapat menjadi norma bagi kehidupan individu dan kolektif. Demikian juga setiap kuputusan yang diambil, tak mungkin tanpa 'sebab' yang lain dan tujuan tertentu. Keputusan yang diambil hanyalah mungkin karena adanya suatu 'sebab' (sikap dan tindakan yang tidak menyenangkan) dari pihak lain. 'Sebab' dari orang lain sering menggoyahkan martabat manusia. 'Sebab' yang menggoyahkan martabat manusia, memaksa orang untuk mengambil keputusan. Keputusan yang diambil, harus dijalankan secara bebas.
Keputusan bebas berarti, manusia tahu dan sadar akan sikap dan tindakannya yang telah, sementara dan yang akan dilaksanakan. Keputusan bebas manusia harus dilandaskan pada prinsip, bahwa keputusan yang diambil tak mungkin terlepas dari penilaian umum dan tanggung jawab pribadi. Keputusan bebas mendapat penilaian umum dan tanggung jawab pribadi, karena setelah membuat keputusan, orang harus mengungkapkannya dalam sikap dan tindakan yang tepat. Sikap dan tindakan yang dijalankan setelah orang membuat keputusan bebas, hendaknya betul-betul memberikan nilai yang berguna dan bermanfat bagi kepentingan dan kebahagiaan umum.
Hasrat yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan adalah nilai dari sikap dan tindakan dari pihak lain yang tidak menyenangkan. 'Sebab' yang tidak menyenangkan bagi orang lain bertentangan dengan nilai luhur kepribadian manusia. Bila sikap dan tindakan orang lain dapat menggoyahkan martabat manusia, maka dengan sendirinya manusia harus menentukan suatu keputusan yang bebas. Tepai perlu disadari pula bahwa, keputusan bebas yang diambil dengan didasarkan pada sikap emosional dan paksaan, tidak dapat membuat manusia mempertanggungjawabkannya dalam kehidupan kini dan nanti. Oleh karena itu, jalan yang terbaik dan dapat menguntungkan manusia untuk dapat menentukan sikap dan tindakan yang tepat, bukan karena paksaan, melainkan karena keputusan bebas.
Selain dari 'sebab' yang mendesak orang untuk mengambil keputusan bebas, 'motif'
juga turut memainkan peranan penting bagi menusia, dalam menentukan sebuah keputusan bebas. Motif utama yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan, adalah 'kebaikan'. Manusia perlu sadar bahwa, kebaikan hanya akan terwujud, bila manusia menampakan sikap dan tindakan yang baik pula. Manusia, setelah mengambil keputusan bebas, mengerti dan memahami bahwa, sikap dan tindakan itu, akan dijalankan secara pribadi.
Kebebasan manusia mendapat tanggungjawab itu, berarti manusia sadar bahwa sikap dan tindakan manusia yang sementara dan yang akan berjalan dalam era kehidupan, baik bersama maupun pribadi, akan menghasilkan kebaikan bagi orang banyak.
Keputusan bebas yang dipilih manusia untuk dijalankan karena adanya kebaikan tertentu, hendaknya terwujud dalam sikap dan teladan baik manusia yang diwujudkan dalam perbuatan nyata manusia. Jadi manusia dalam keseharian hidupnya, 'harus' sadar dan tahu bahwa ia adalah makluk berakal budi yang bebas. Tetapi kebebasan manusia itu, bukanlah kebebasan yang mutlak, karena manusia terbatas pada situasi dan lingkungan. Kebebasan manusia yang dituntut, hendaknya dipertanggungjawabkan. Kebebasan itu dipertanggungjawabkan karena yang diupayakan manusia dalam menentukan kebebasan adalah kepribadian manusia sendiri.
Dan akhirnya kita harus memahami pula bahwa, kebebasan manusia bukanlah suatu teori yang hanya digunakan, melainkan suatu aktus yang harus diperankan dalam situasi tertentu dan bahkan untuk selanjutnya, harus menjadi norma yang baik, yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain.
Dalam keadaan seperti inilah 'Kebebasan Manusia Menjadi suatu Etika.' Tulisan ini, pasti tidak mengungkapkan seluruh gagasan William James, tentang kebebasan manusia dan mungkin oleh banyak teolog dianggap sebagai sesuatu yang tak mungkin dan belum tentu benar. Tetapi tulisan ini sekadar mengajak kita semua untuk mau mencari kebenaran tentang kebebasan manusia dalam mengungkapkan sikap dan tindakan yang tepat untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia, setelah membuat keputusan bebas. Semoga! *
* Penulis, Staf Protokol Pemkab Sikka,
tinggal di Jalan Don Thomas Maumere
Spirit NTT, 26 Mei-1 Juni 2008
Pendahuluan
NIAT manusia akan kebebasan merupakan suatu keinginan yang amat mendasar. Maka tidak dapat kita ingkari lagi bahwa masalah kebebasan sudah banyak disoroti dalam pelbagai bidang. Dalam tulisan ini, saya hanya coba menyoroti sedikit kebebasan itu dari segi filsafat dan realita hidup manusia yang kadang membuat jerah semua pihak yang sedang memperjuangkan kebebasan itu.
Manusia sering keliru memahami tentang kebebasan, karena ia terbawa pada pemikiran bahwa kebebasan itu berarti saya bertindak menurut keinginandan hasrat saya sendiri tanpa suatu norma atau bebas lepas seperti burung yang terbang di udara. Mengenai kebebasan manusia ini terdapat berbagai macam anggapan, pendapat dan pandangan. Masalah yang dihadapai adalah bahwa dalam pemahaman tentang kebebasan, kita langsung dihadapkan pada kenyataan bahwa antara pendapat yang satu dengan yang lain, tidak hanya terdapat perbedaan yang besar tetapi malah ada pertentangan. Perselisihan pendapat hanya akan dapat dimengerti, bila menyadari bahwa kebebasan manusia bukanlah kebebasan mutlak, melainkan kebebasan relatif, karena terbatas pada situasi dan kondisi.
Fakta berbicara bahwa 'sejarah masalah kebebasan' berkembang sejak zaman kuno hingga saat ini. Masalah utama yang dipersoalkan sepanjang sejarah kebebasan manusia adalah suatu norma dan gaya kehidupan yang berkaitan dengan martabat manusia. Ini berarti, kebebasan itu berkaitan dengan etika. Kebebasan yang dimaksudkan sebagai suatu etika itu, berarti adanya kemungkinan-kemungkinan bagi seseorang untuk bertindak tanpa dibatasi oleh suatu paksaan dan ia bebas bertindak untuk suatu tujuan. Secara singkat kebebasan manusia dapat dikatakan sebagai suatu etika dalam arti filosofis berarti 'bebas dari dan bebas untuk'.
Tetapi, mengapa kesadaran akan kebebasan yang bertumbuh sejak zaman kuno itu, masih terus berlangsung hingga saat ini? Mengapa kebebasan itu bertumbuh begitu lamban dan berangsur-angsur? Alasan yang jelas yaitu, bahwa kebebasan itu secara langsung berkaitan dengan eksistensi manusia itu sendiri. Kebebasan itu berhubungan langsung dengan martabat manusia kebebasan itu berkaitan erat dengan kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam kelakuan manusia. Kelakuan manusia itu, baik perorangan maupun kelompok, merupakan pengalaman moral yang menjadi etika bagi manusia untuk membedakan apa yang ada dan apa yang harus ada.
Jadi manusia tidak mungkin menyadari kebebasannya, jika tidak melakukan sesuatu, jika ia tidak menjelmakan kemungkinana kebebasannya ke dalam tindakan ynag nyata. Kebebasan manusia akan terwujud bila manusia itu 'berbuat, menguasai dan menaklukkan' dunia serta kehendaknya demi kepentingan bersama.
Berdasarkan pemikiran dan realita kebebasan inilah, saya coba menyorotinya dengan bertolak dari pandangan dan pemikiran William James, yang terkenal sebagai seorang pemikir yang orisinal karena banyak pengatahuan diperolehnya sendiri lewat membaca dan tak henti-hentinya memperjuangkan kebebasan itu sampai titik darah terakhirnya.
Kebebasan kehendak manusia
James adalah orang yang sangat gigih mewartakan teori kebebasan manusia. Ia berpendapat bahwa kebebasan kehendak itu, seumpama bagian-bagian alam yang mempunyai kemampuan untuk bermain secara bebas. Manusia pun harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dengan kehendak bebas.
Ia mengatakan, jika manusia ingin bebas maka sebaiknya, ia bertindak menurut kehendaknya yang bebas pula. Selanjutnya ia menambahkan bahwa, memang benar kebebasan itu hanya suatu postulat, yakni suatu kaidah yang tak dapat dibuktikan, tetapi kebebasan itu sangat dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya, untuk menentukan sikap dan tindakannya. Berhadapan dengan dua alternatif atau beberapa pilihan itulah yang dapat menentukan, kita harus memilih salah satu dari sekian alternatif yang kita hadapi. Dalam menentukan pilihan, manusia harus berpikir bahwa alternatif yang sudah dipilih, harus dijalankan dan bahwa hanya alternatif itulah, yang dapat menentukan kehendak manusia untuk bertindak secara bebas.
Dalam situasi seperti ini, manusia harus menyadari bahwa, kebebasan itu terbatas pada tindakan-tindakan kehendak dan pilihan sadar yang harus menusia perankan seturut norma yang berlaku, pola kelakuan, kebiasaan dan gaya hidup setiap individu. James berpendapat bahwa, satu-satunya jalan bagi manusia yang menampakan kebebasan kehendak atau dengan istilah yang digunakan James 'Self-Determinism' (menentukan diri sendiri) adalah, ia yang dalam tindakannya, sadar sebagai pelaku utama, bahwa ia sedang dan terus berusaha untuk menambah kebaikan yang lebih tinggi bagi kehidupan manusia pada umumnya. Dalam hal seperti ini, kebebasan itu dilihat seabagai 'suatu etika' karena manusia tidak hanya mengusahakan kebaikan bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi sesamanya.
Kebebasan kehendak, hendaknya berasaskan pada suatu ketentuan dalam mana manusia tidak terkait pada ketentuan aturan yang menghambat perkembangan manusia menuju tujuan yang dikejar yakni, kebaikan bersama. Jadi manusia harus bebas dari suatu paksaan untuk bertindak dan bebas pula untuk menentukan pilihannya dalam bertindak.
Self-determinism yang dianjurkan James dalam kaitan dengan kebebasan kehendak yakni, bahwa manusia harus bertindak sebagai penyebab; manusia harus menjadi pusat kreativitas dan memiliki kebebasan untuk memilih. Manusia yang bertindak sebagai penyebab berarti; bahwa manusia yang menjadi penyebab suatu tindakan karena adanya suatu tindakan yang lain yang tidak memiliki arah dan tujuan yang pasti. Manusia harus men jadi pusat kreativitas itu berarti; manusia menjadi penentu yang pasti tentang arah dan tujuan tindakannya. Manusia memiliki kebebasan memilih berarti; menusia menentukan sikapnya terhadap tindakan yang akan dilaksanakan. Tindakan manusia untuk menjalankan suatu kegiatan, dianggapnya seabagai suatu tindakan yang paling baik, karena tindakan itu dijalankan pada pilihan bebas manusia.
Sikap dan tindakan bebas memilih adalah, cara yang ditempuh oleh manusia untuk menjalankan tugasnya sesuai kaidah dan norma-norma yang berlaku. Pada akhirnya manusia harus insaf bahwa kebebasan kehendak berasal dari diri sendiri dan bukan dari luar.
Keputusan bebas
Manusia dalam perjalanan pengalaman hidup hariannya, selalu dihadapkan pada kenyataan untuk mengambil sebuah keputusan. Misalnya saja kita mengambil keputusan untuk berdiam diri atau berbicara, keputusan untuk berjalan atau menetap dan lain seabagainya. Sehubungan dengan keputusan yang diambil dalam kaitan dengan kebebasan manusia, sikap yang dibutuhkan manusia, tidak boleh mengabaikan keterangan yang bernapaskan kosmologis. Keterangan kosmologis yang dimaksudkan di sini yaitu, bahwa dalam mengambil suatu keputusan, setiap kita harus memperhatikan 'sebab dan motif.'
Sebab yang dimaksudkan di sini adalah sikap dan tindakan dari pihak lain yang tidak menyenangkan, sedangkan motif di sini, adalah kebaikan yang dikejar manusia.
Dari kodratnya, manusia harus sadar bahwa suatu 'sebab', tidak mungkin terjadi tanpa sebab yang lain. Adanya suatu 'sebab' tak mungkin pula tanpa tujuan. Karena ada 'sebab' yang tak memberikan nilai yang memuaskan maka manusia nilai yang lebih menyenangkan, yang dapat menjadi norma bagi kehidupan individu dan kolektif. Demikian juga setiap kuputusan yang diambil, tak mungkin tanpa 'sebab' yang lain dan tujuan tertentu. Keputusan yang diambil hanyalah mungkin karena adanya suatu 'sebab' (sikap dan tindakan yang tidak menyenangkan) dari pihak lain. 'Sebab' dari orang lain sering menggoyahkan martabat manusia. 'Sebab' yang menggoyahkan martabat manusia, memaksa orang untuk mengambil keputusan. Keputusan yang diambil, harus dijalankan secara bebas.
Keputusan bebas berarti, manusia tahu dan sadar akan sikap dan tindakannya yang telah, sementara dan yang akan dilaksanakan. Keputusan bebas manusia harus dilandaskan pada prinsip, bahwa keputusan yang diambil tak mungkin terlepas dari penilaian umum dan tanggung jawab pribadi. Keputusan bebas mendapat penilaian umum dan tanggung jawab pribadi, karena setelah membuat keputusan, orang harus mengungkapkannya dalam sikap dan tindakan yang tepat. Sikap dan tindakan yang dijalankan setelah orang membuat keputusan bebas, hendaknya betul-betul memberikan nilai yang berguna dan bermanfat bagi kepentingan dan kebahagiaan umum.
Hasrat yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan adalah nilai dari sikap dan tindakan dari pihak lain yang tidak menyenangkan. 'Sebab' yang tidak menyenangkan bagi orang lain bertentangan dengan nilai luhur kepribadian manusia. Bila sikap dan tindakan orang lain dapat menggoyahkan martabat manusia, maka dengan sendirinya manusia harus menentukan suatu keputusan yang bebas. Tepai perlu disadari pula bahwa, keputusan bebas yang diambil dengan didasarkan pada sikap emosional dan paksaan, tidak dapat membuat manusia mempertanggungjawabkannya dalam kehidupan kini dan nanti. Oleh karena itu, jalan yang terbaik dan dapat menguntungkan manusia untuk dapat menentukan sikap dan tindakan yang tepat, bukan karena paksaan, melainkan karena keputusan bebas.
Selain dari 'sebab' yang mendesak orang untuk mengambil keputusan bebas, 'motif'
juga turut memainkan peranan penting bagi menusia, dalam menentukan sebuah keputusan bebas. Motif utama yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan, adalah 'kebaikan'. Manusia perlu sadar bahwa, kebaikan hanya akan terwujud, bila manusia menampakan sikap dan tindakan yang baik pula. Manusia, setelah mengambil keputusan bebas, mengerti dan memahami bahwa, sikap dan tindakan itu, akan dijalankan secara pribadi.
Kebebasan manusia mendapat tanggungjawab itu, berarti manusia sadar bahwa sikap dan tindakan manusia yang sementara dan yang akan berjalan dalam era kehidupan, baik bersama maupun pribadi, akan menghasilkan kebaikan bagi orang banyak.
Keputusan bebas yang dipilih manusia untuk dijalankan karena adanya kebaikan tertentu, hendaknya terwujud dalam sikap dan teladan baik manusia yang diwujudkan dalam perbuatan nyata manusia. Jadi manusia dalam keseharian hidupnya, 'harus' sadar dan tahu bahwa ia adalah makluk berakal budi yang bebas. Tetapi kebebasan manusia itu, bukanlah kebebasan yang mutlak, karena manusia terbatas pada situasi dan lingkungan. Kebebasan manusia yang dituntut, hendaknya dipertanggungjawabkan. Kebebasan itu dipertanggungjawabkan karena yang diupayakan manusia dalam menentukan kebebasan adalah kepribadian manusia sendiri.
Dan akhirnya kita harus memahami pula bahwa, kebebasan manusia bukanlah suatu teori yang hanya digunakan, melainkan suatu aktus yang harus diperankan dalam situasi tertentu dan bahkan untuk selanjutnya, harus menjadi norma yang baik, yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain.
Dalam keadaan seperti inilah 'Kebebasan Manusia Menjadi suatu Etika.' Tulisan ini, pasti tidak mengungkapkan seluruh gagasan William James, tentang kebebasan manusia dan mungkin oleh banyak teolog dianggap sebagai sesuatu yang tak mungkin dan belum tentu benar. Tetapi tulisan ini sekadar mengajak kita semua untuk mau mencari kebenaran tentang kebebasan manusia dalam mengungkapkan sikap dan tindakan yang tepat untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia, setelah membuat keputusan bebas. Semoga! *
* Penulis, Staf Protokol Pemkab Sikka,
tinggal di Jalan Don Thomas Maumere
Tidak ada komentar:
Posting Komentar