Spirit NTT, 12-18 Mei 2008
MAUMERE, SPIRIT--Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Jumat (2/5/2008), guru-guru di SDK Maumere II menangis setelah mendengarkan pembacaan riwayat hidup dan kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara oleh Ibu Thersia Avila da Cunha.
Pasalnya, Ki Hajar Dewantara dalam pembuangan sekalipun, ia tetap gigih dan tegar memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Kegigihan perjuangan di dunia pendidikan ini, tentunya harus ditiru.
Kesedihan para guru ini makin memucak ketika para pelajar dan para guru menyanyikan lagu hymne guru, yang berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Selain para guru, sejumlah pelajar SD itu juga terlihat haru dan menangis.
Pembina Upacara Apel Hardiknas SDK Maumere II, Linus Mitan, dalam sambutannya mengharapkan agar para guru dapat meneruskan perjuangan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, dengan meneladani jejak langkah perjuangan Raden Mas (baca: Ki Hajar Dewantara).
Dia juga berharap agar dengan mendengarkan riwayat hidup dan kisah perjuangan Dewantara mampu memberikan dorongan dan movtivasi bagi para pelajar Kelas VI di SD tersebut supaya benar-benar menyiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) yang berlangsung 13 Mei 2008.
Kepala SDK Maumere II, Maria Edeltrudis, yang dikonfirmasi SPIRIT NTT menjelaskan menjelang UN pihaknya telah memberlakukan jam tambahan belajar bagi siswa/i kelas VI. Hal ini penting dilakukan guna memperdalam materi pelajaran menjelang UN.
100 Tahun kebangkitan
Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus pada peringatan Hardiknas yang mengambil tema, "HARDIKNAS 2008 SEBAGAI BAGIAN DARI 100 TAHUN KEBANGKITAN BANGSA INDONESIA," di Lapangan Kantor Bupati Sikka, Jalan El Tari Maumere, mengatakan bahwa tema yang diambil ini mengandung makna mendalam dikaitkan dengan kebangkitan bangsa, khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang 1945.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Longginus menjelaskan bahwa tema ini perlu kita jadikan spirit dalam membangun peradaban bangsa, sejalan dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sisitem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab perkembangan zaman yang selalu berubah.
Sebagai upaya meningkatkan pembangunan pendidikan, pemerintah telah mengambil sembilan kebijakan terobosan yang berskala massal selama kurun waktu tahun 2005-2007, yaitu pendanaan pendidikan melalui program bantuan operasional sekolah (BOS), program BOS buku, program bantuan khusus murid (BKM), program bantuan operasional/manajemen mutu (BOMM), dan program beasiswa. Selain itu, peningkatan kualifikasi kompentensi dan sertifikasi pendidik dan tenaga pendidik.
Juga penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara massal dalam proses pembelajaran dan administrasi; pembangunan sarana dan prasarana pendidikan secara massal; rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan secara massal; reformasi perbukuan secara mendasar; peningktan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif.
Terobosan lainnya berupa penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan komprehensif; intensifikasi dan eksistensi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapai layanan pendidikan kepada peserta didik yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal (Reaching The Unreached). Di akhir sambutan tertulisnya, Menteri Pendidikan Nasional mengajak agar peringatan HARDIKNAS Tahun 2008 ini sebagai semangat untuk terus membangun peradaban bangsa Indonesia sehingga menjadi bangsa yang berbudaya, cerdas, bermutu, dan berdaya saing dalam kancah pergaulan dunia internasional.
Hadir dalam upacara hardiknas ini Ketua DPRD Sikka, Drs. AM Keupung, Sekab Sikka, Drs. Sabinus Nabu, pimpinan badan, dinas, satuan unit kerja Pemerintah Kabupaten Sikka, siswa- siswi SLTP dan SLTA, para guru serta undangan. (djo/tjipto/natan)
MAUMERE, SPIRIT--Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Jumat (2/5/2008), guru-guru di SDK Maumere II menangis setelah mendengarkan pembacaan riwayat hidup dan kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara oleh Ibu Thersia Avila da Cunha.
Pasalnya, Ki Hajar Dewantara dalam pembuangan sekalipun, ia tetap gigih dan tegar memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Kegigihan perjuangan di dunia pendidikan ini, tentunya harus ditiru.
Kesedihan para guru ini makin memucak ketika para pelajar dan para guru menyanyikan lagu hymne guru, yang berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Selain para guru, sejumlah pelajar SD itu juga terlihat haru dan menangis.
Pembina Upacara Apel Hardiknas SDK Maumere II, Linus Mitan, dalam sambutannya mengharapkan agar para guru dapat meneruskan perjuangan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, dengan meneladani jejak langkah perjuangan Raden Mas (baca: Ki Hajar Dewantara).
Dia juga berharap agar dengan mendengarkan riwayat hidup dan kisah perjuangan Dewantara mampu memberikan dorongan dan movtivasi bagi para pelajar Kelas VI di SD tersebut supaya benar-benar menyiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) yang berlangsung 13 Mei 2008.
Kepala SDK Maumere II, Maria Edeltrudis, yang dikonfirmasi SPIRIT NTT menjelaskan menjelang UN pihaknya telah memberlakukan jam tambahan belajar bagi siswa/i kelas VI. Hal ini penting dilakukan guna memperdalam materi pelajaran menjelang UN.
100 Tahun kebangkitan
Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus pada peringatan Hardiknas yang mengambil tema, "HARDIKNAS 2008 SEBAGAI BAGIAN DARI 100 TAHUN KEBANGKITAN BANGSA INDONESIA," di Lapangan Kantor Bupati Sikka, Jalan El Tari Maumere, mengatakan bahwa tema yang diambil ini mengandung makna mendalam dikaitkan dengan kebangkitan bangsa, khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang 1945.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Longginus menjelaskan bahwa tema ini perlu kita jadikan spirit dalam membangun peradaban bangsa, sejalan dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sisitem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab perkembangan zaman yang selalu berubah.
Sebagai upaya meningkatkan pembangunan pendidikan, pemerintah telah mengambil sembilan kebijakan terobosan yang berskala massal selama kurun waktu tahun 2005-2007, yaitu pendanaan pendidikan melalui program bantuan operasional sekolah (BOS), program BOS buku, program bantuan khusus murid (BKM), program bantuan operasional/manajemen mutu (BOMM), dan program beasiswa. Selain itu, peningkatan kualifikasi kompentensi dan sertifikasi pendidik dan tenaga pendidik.
Juga penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara massal dalam proses pembelajaran dan administrasi; pembangunan sarana dan prasarana pendidikan secara massal; rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan secara massal; reformasi perbukuan secara mendasar; peningktan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif.
Terobosan lainnya berupa penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan komprehensif; intensifikasi dan eksistensi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapai layanan pendidikan kepada peserta didik yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal (Reaching The Unreached). Di akhir sambutan tertulisnya, Menteri Pendidikan Nasional mengajak agar peringatan HARDIKNAS Tahun 2008 ini sebagai semangat untuk terus membangun peradaban bangsa Indonesia sehingga menjadi bangsa yang berbudaya, cerdas, bermutu, dan berdaya saing dalam kancah pergaulan dunia internasional.
Hadir dalam upacara hardiknas ini Ketua DPRD Sikka, Drs. AM Keupung, Sekab Sikka, Drs. Sabinus Nabu, pimpinan badan, dinas, satuan unit kerja Pemerintah Kabupaten Sikka, siswa- siswi SLTP dan SLTA, para guru serta undangan. (djo/tjipto/natan)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar