Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Fobia Sekolah

Oleh Didi Darsono, MA *

Spirit NTT, 12-18 Mei 2008

HARI pertama mengantar anak balita pergi ke sekolah untuk masuk taman kanak-kanak (TK) merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi banyak orangtua.

Banyak orangtua yang merasa terharu bercampur bangga menyaksikan putra-putri mereka menggendong tas berisi buku pelajaran dan mengenakan seragam sekolah.

Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Sang buah hati yang baru beberapa hari masuk sekolah itu tiba-tiba mogok sekolah. Walaupun sudah dibujuk, dirayu, dan diiming-imingi dengan hadiah yang menarik, dia tetap tidak mau ke sekolah.
Berbagai alasan dikemukakan oleh anak-anak agar mereka diizinkan untuk tidak masuk sekolah, mulai dari merasa tidak enak badan, sakit perut, sakit kepala, sakit kaki kalau pakai sepatu, takut dimarahi ibu guru, tidak suka sekolah itu, dan lain-lain.
Kalaupun dipaksakan juga, setibanya di sekolah, anak-anak tetap tidak mau masuk kelas. Tangisan dan pelukan erat pada ibunya atau pengasuhnya dijadikan senjata agar terhindar dari paksaan masuk kelas.
Banyak orangtua yang menjadi bingung menyaksikan perubahan sikap anak-anaknya yang tiba-tiba tidak mau sekolah. Padahal, sebelumnya anak-anaknya tidak demikian. Mereka sangat antusias untuk pergi ke sekolah. Beberapa bulan sebelum hari pertama masuk sekolah, orangtua sudah mempersiapkan anak-anak agar siap masuk sekolah dengan cara membicarakannya atau mengajaknya melihat sekolah yang ingin dimasukinya.
Orangtua biasanya tidak hanya bingung dengan perubahan sikap saja, tetapi juga kuatir dengan alasan-alasan yang dikemukakan si anak.

Gangguan psikologis
Dalam kebingungan seperti ini, 1001 macam pertanyaan muncul dalam benak banyak orangtua. Memperhatikan fenomena yang sudah diuraikan di atas, maka penulis berpendapat bahwa kemungkinan besar anak-anak yang mogok sekolah itu sedang mengalami gangguan psikologis yang disebut dengan fobia sekolah.
Kata "fobia" menurut Baker Encyclopedia of Psychology and Counseling adalah suatu gangguan, yaitu gangguan ketakutan yang tidak rasional atau irrational fear dari obyek-obyek atau situasi-situasi yang tidak berbahaya.
Secara singkat Ivan Ward dalam buku yang berjudul Phobia mendefinisikan bahwa fobia adalah sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.
Jadi fobia sekolah adalah bentuk ketakutan yang tidak masuk akal terhadap sekolah. Gangguan ini biasanya muncul ketika "jam berangkat sekolah" tiba dan segera hilang setelah "jam berangkat sekolah" berlalu atau hari libur.
Fobia sekolah itu biasanya ditandai dengan perilaku menolak masuk sekolah. Dalam keadaan terpaksa, dia mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian akan menangis dan minta pulang.
Bagi orangtua, keluhan-keluhan seperti sakit perut atau sakit kepala memang tidak masuk akal, karena setelah dibawa ke dokter ternyata tidak ada gangguan fisik sama sekali. Tetapi bagi anak-anak yang mengalami fobia sekolah, keluhan-keluhan di atas begitu begitu nyata.
Waktu berlangsungnya fobia sekolah sangat tergantung pada penanganan yang dilakukan dan tingkat keparahan dari fobia tersebut. Makin lambat penanganan dapat menyebabkan fobia anak terhadap sekolah akan semakin parah.

Jenis fobia
Menurut tingkatannya, terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
Pertama, fobia sekolah tahap awal atau disebut dengan istilah initial school refusal behavior. Ini adalak perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orangtua dapat yang segera menyembuhkan ketakutannya.
Kedua, fobia sekolah yang lebih besar atau disebut dengan istilah substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orangtua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak, atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
Ketiga, fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
Keempat, tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Yang dimaksud adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
Fobia sekolah selalu diawali dari tahap awal. Semakin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah, maka masalah fobianya akan semakin meningkat. Oleh sebab itu, dibutuhkan perhatian serius dan sikap hati-hati dari para orangtua terhadap perilaku aneh anak-anak mereka.

Penyabab fobia
Fobia sekolah bukanlah bawaan anak sejak lahir, juga bukanlah penyakit keturunan. Menurut Ivan Ward, fobia biasanya disebabkan oleh adanya pengalaman traumatik. Fobia merupakan tanggapan terkondisi terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Selain itu fobia juga merupakan produk dari pola pengasuhan orangtua terhadap anak.
Berikut ini beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya fobia sekolah. Pertama, pola hubungan orangtua dan anak yang tidak sehat. Yang dimaksud adalah sikap orangtua yang tidak dapat memperlakukan anak-anak sebagai pribadi yang seutuhnya.
Orangtua cenderung overprotective, selalu mengatur, pilih kasih dan lain-lain. Atau sebaliknya, orangtua kurang peduli, terlalu sibuk dengan pekerjaan sendiri dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Akibatnya, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak sehat.
Kedua, sistem keluarga yang sering bertengkar. Tanpa orangtua sadari, anak-anak sangat mencemaskan keadaan orangtuanya.
Anak-anak pada usia tiga sampai enam tahun sebenarnya merasa sangat terganggu dengan pertengkaran-pertengkaran kedua orangtuanya.
Perselisihan kedua orangtuanya merupakan krisis yang dapat menimbulkan kecemasan. Lebih-lebih kalau pertengkaran itu semakin hari semakin besar hingga "saling mendiamkan" selama beberapa hari serta muncul ide untuk bercerai. Di sekolah anak-anak terus memikirkan apa yang terjadi dengan orang tuanya.
Ketiga, pengalaman negatif di sekolah. Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa fobia dapat disebabkan oleh pengalaman traumatik, maka pengalaman negatif selama di sekolah, seperti ejekan atau cemoohan teman dapat menjadi pemicu anak mogok sekolah.
Di samping itu, persepsi terhadap figur guru yang galak, suka menghukum dengan pukulan membuat anak menjadi takut bertemu gurunya.
Keempat, pengalaman abusive. Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai tindakan kekerasan/abuse yang dilakukan oleh orangtua, pengasuh, atau orangtua angkat.
Berbagai tindakan kekerasan itu antara lain adalah kekerasan fisik berupa pemukulan, kekerasan emosi berupa pengabaian, kekerasan verbal berupa kata-kata yang menyakitkan, kekerasaan seksual mulai dari yang halus sampai dengan yang kasar dan tindakan-tindakan sengaja menelantarkan.
Semua tindakan itu dapat menimbulkan luka batin yang mendalam dan tidak mudah terhapuskan. Anak-anak yang tumbuh dengan luka batin yang tidak terselesaikan akan cenderung bermasalah di sekolah dan berperilaku aneh serta menolak ke sekolah. *

* Penulis, konselor anak (tribun timur)

Tidak ada komentar: