Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Hutan bakau Teluk Gurita ludes dibabat

Laporan Julianus Akoit, Spirit NTT, 26 Mei-1 Juni 2008

KEFAMENANU, SPIRIT-- Hasil tangkapan nener para nelayan di Teluk Gurita, Desa Motadik, Pantai Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), akhir-akhir ini mulai menurun karena 23 hektar hutan bakau di pantai setempat ludes dibabat oknum pengusaha untuk membuka tambak ikan.

Sementara 14 kepala keluarga (KK) nelayan di desa setempat sejak tahun 1972 tidak pernah mendapat bantuan alat tangkap ikan dari Pemkab TTU. Mereka tidak punya perahu dan jaring sehingga mereka beralih menjadi penangkap nener di sekitar rawa-rawa pohon bakau untuk dijual kepada pengusaha tambak ikan. Hal ini diungkapkan Nikodemus Ba'i, salah satu nelayan saat ditemui di rawa-rawa bakau ketika sedang menangkap nener bersama istrinya.

"Beginilah nasib kami. Kami ini nelayan, tapi tidak punya perahu dan alat tangkap ikan lainnya. Kondisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1972," jelas Ba'i, di Teluk Gurita, Sabtu (24/5/2008) siang.

Ia mengatakan, para nelayan yang beroperasi di perkampungan nelayan Kakehibot, Teluk Gurita berjumlah 14 KK. "Kami sudah pernah mengajukan proposal ke pemerintah untuk mendapat bantuan perahu dan alat tangkap ikan lainnya. Sudah dua kali proposal kami kirim tapi tidak pernah mendapat tanggapan," keluhnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lanjutnya, para nelayan di Teluk Gurita terpaksa bekerja sebagai penangkap nener ikan bandeng di lokasi rawa-rawa di hutan bakau di muara Teluk Gurita. "Kami menangkap nener menggunakan serok dari potongan kain kelambu," tukasnya seraya memperlihatkan alat serok penangkap nener kepada wartawan.

Satu ekor nener ikan bandeng, kata Ba'i, dihargai Rp 50. Sehari ia dan istrinya bisa mendapat 500 sampai 1.000 ekor nener. "Kami jual kepada pengusaha tambak ikan di Teluk Gurita," ujarnya.

Akhir-akhir ini, pendapatan semakin berkurang karena hasil tangkapan menurun drastis. Pasalnya, pengusaha tambak ikan membabat hutan mangrove (bakau) di Teluk Gurita untuk dijadikan (membuka) lahan tambak baru. "Pak lihat sendiri hutan bakau itu. Ada 23 hektar hutan bakau yang sudah habis dibabat pengusaha tambak ikan dari Atambua," jelasnya.


Di sebelah timur, perkampungan nelayan Kakehibot sekitar 23 hektar lahan hancur dibabat. Tinggal batang bakau yang berserakan di muara tersebut. *

Tidak ada komentar: