Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Genangan air Kapuaratu belum diatasi

Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT, 19-25 Mei 2008

WAINGAPU, SPIRIT--Kepala Dinas Kimpraswil Sumba Timur, Ir. Komang Adyana, mengaku instansinya belum menuntaskan genangan air di Kapuaratu, Kelurahan Lambanapu karena keterbatasan dana.

Komang mengatakan itu saat ditemui di Waingapu, Senin (12/5/2008). Menurut Komang, untuk menangani genangan air di Kapuaratu hingga tuntas membutuhkan biaya yang cukup besar. "Kalau ditimbun secara keseluruhan lahan yang mencapai 30-an hektar cukup mahal, karena timbunan pasti dari tanah karena untuk lahan. Kalau kita turunkan elevasi pembuangan, maka bangunan di atasnya termasuk deker dan saluran irigasi harus dibongkar kembali," kata Komang.

Menurut Komang, tahun 2006 pihaknya mencoba mengeluarkan genangan dengan cara membuat saluran pembuangan. Namun karena elevasi genangan dengan ujung pembuangan terjadi perbedaan 10 cm (lebih tinggi ujung pembuangan), maka genangan tidak bisa keluar.

"Awalnya kita pikir aliran air dari lokasi genangan deras sehingga bisa melewati permukaan saluran pembuangan, ternyata tidak. Jika kita turunkan lagi elevasi pembuangan berarti deker yang ada harus dibongkar. Kita khawatir ketika saluran kita bongkar dan kita turunkan lagi elevasinya ternyata tidak sesuai dengan kedalaman genangan. Cara ini juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah genangan tersebut. Kalau kita turunkan lagi elevasi, dikhawatirkan lebih rendah dari sungai. Ini juga tidak bisa menyelesaikan masalah," katanya.

Dia mengatakan, genangan tersebut bisa dikeringkan jika ada perencanaan penanganan secara tuntas. "Kita ukur dulu kedalaman genangan dan luas lahan, baru buat perencanaan," terang Komang.

Untuk melakukan tiga hal tersebut, katanya, diperlukan SID (survai investigasi desain). "Itu yang belum pernah kita lakukan selama ini. Penanganan genangan tersebut baik dari pemerintah pusat maupun daerah belum tuntas. Mungkin kita akan turunkan staf untuk melakukan SID mengenai kedalaman genangan, luas lahan dan juga besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk penanganan genangan tersebut sampai tuntas," katanya.

Sebelumnya, warga RT 13, Kelurahan Lambanapu dan sebagian warga Kelurahan Kalembi mengeluhkan lambannya penanganan masalah genangan pada lahan mereka selama belasan tahun. Akibat genangan tersebut, sekitar 45 ha lahan sawah petani di daerah itu terendam dan sekitar 30 KK kehilangan mata pencaharian. *

Tidak ada komentar: