Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Persona Wisata dari Timur Alor

Spirit NTT, 31 Maret - 6 April 2008

KAPAL motor penyeberangan, yang bertolak dari Pelabuhan Bolok Kupang pada pukul 13.00 sehari sebelumnya, mulai menyusuri perairan Alor, Kabupaten Alor. Jam di tangan baru menunjukkan pukul 05.00 wita, namun hari sudah terang.
Sebuah panorama indah terhampar di depan mata. Sungguh memesona. Kapal terus melaju dalam kelambanannya melintasi Pulau Tereweng, sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang tampak tenang di sisi kanan kapal.
Di sebelah kirinya ada Pulau Pantar, pulau terbesar kedua di Alor dan masih lelap tertidur dibungkus dingin pagi itu. Pulau Tereweng terlewati, kemudian bertemulah Pulau Pura.
Di hari sepagi itu, pulau kecil yang terletak di depan Selat Kalabahi tersebut sudah menantang setiap mata yang memandang. Puncak Gunung Pura dengan kemiringan medan mendekati 90 derajat nan gersang itu tampak angkuh.
Di depan Pulau Pura ada sebuah pulau kecil, Kepa, demikian pulau ini biasa disebut. Di selat antara Pulau Kepa dan Pulau Alor, ada sebuah fenomena alam yang sangat unik. Pada waktu tertentu, muncul arus dingin. Saat muncul arus dingin ini, ikan-ikan akan melarikan diri ke darat. Munculnya arus dingin ini biasanya pada bulan Februari dan Oktober. Setiap kali peristiwa ini muncul, masyarakat bersama wisatawan menunggu di pinggir pantai untuk mengambil ikan-ikan segar. Dan, dari tepi Pantai Alor, mereka menikmati panorama alam sambil menyantap ikan panggang.
Dari ujung Pulau Kepa, Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor, tampak ramah menyapa. Beberapa saat setelah melewati Pulau Kepa, kapal merapat ke Pelabuhan Kalabahi. Aktivitas pagi baru dimulai di kota berpenghuni sekitar 30 ribuan jiwa itu. Bukan pemandangan unik di kota kecil itu jika angkutan umum hanya sampai pukul 19.00. Pilihan angkutan setelah jam itu hanyalah panser.
Panser bukanlah kendaraan milik tentara dengan senjata perang. Panser ala Kalabahi adalah mobil jip yang dimodifikasi menjadi kendaraan bak terbuka. Hanya dengan kendaraan ini orang bisa mencapai pelosok-pelosok kabupaten paling timur Propinsi NTT tersebut. Jangan heran kalau Anda bersama-sama dengan kambing dan ayam dalam perjalanan dengan angkutan unik ini.
Meski sarana dan prasarana terbatas, Kalabahi bisa membuat orang betah berlama lama. Terutama bagi mereka yang mencintai keindahan pantai berikut makanan laut, teristimewa ikan. Kota ini terletak di kedalaman sebuah teluk. Di negeri ini, emmang banyak kota teluk, seperti Kendari, Jayapura dan Palu, namun Teluk Kalabahi sungguh memesona.
Pesona Teluk Kalabahi dapat dipandang utuh dari Moro, sebuah desa di timur laut kota itu. Hanya beberapa kilometer perjalanan, batas kota terlampaui sudah. Bau tanah di awal musim hujan menyapa indra penciuman. Tanah merah yang basah, daun kening sisa kemarau yang terkulai diguyur hujan seharian, rerumputan kering yang berbaur dengan tunas rumput baru, serta pohon jati yang tampak mulai menghijau menjadi pemandangan yang selalu hinggap di mata, sepanjang jalan menuju Moro.
Ketika gerimis perlahan mulai menghilang, kabut tipis tampak berkejaran di langit yang mulai cerah. Dari balik sebuah bukit kecil di batas mata memandang, ada warna-warni yang bersatu membentuk pelangi yang memanjang menggapai langit. Sementara dari lereng sampai puncak bukit yang tampak dari kejauhan, hutan kemiri membentang. Warna putih bunga kemiri yang tampak merata itu adalah panorama tersendiri yang indah menyapa mata.
Beberapa kilometer berselang tampak laut biru membentang di Selat Kalabahi. Permukaan laut bening dan tenang laksana sebuah cermin raksasa. Pada pagi dan senja hari kita bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan yang terapung tenang di atas laut atau perahu motor yang melintas mengangkut penumpang serta barang dari dan ke Kalabahi.
Lautnya selalu teduh, tanpa gelombang. Berada di pinggiran pantai Teluk Kalabahi, bagaikan berada di pinggiran sebuah danau yang luas. Sinar mentari senja yang memantul di permukaannya memberikan nuansa indah nan romantis. Beberapa mil di depan, tampak Kota Kalabahi pasrah menyambut senja.
Perjalanan ke Alor rasanya belum lengkap kalau tidak berusaha mengunjungi dan mengenal budaya khas masyarakat setempat. Masyarakat Alor adalah kumpulan komunitas yang memiliki keragaman etnolinguistik (bahasa dan etnik) dengan pola interaksi yang khas.
"Di Alor, ada belasan bahasa dan puluhan etnik. Satu kecamatan, bahkan desa, memunyai bahasa sendiri. Saya sendiri hanya bisa menguasai dua bahasa, yakni bahasa dari daerah Ayah clan Ibu," kata Udin Djawa, seorang jurnalis di Alor.
Budaya Alor juga unik. Dalam ritual-ritual tertentu, budaya Alor di daerah pedalaman seolah lepas sama sekali dengan budaya masyarakat NTT lainnya. Namun, budaya masyarakat pantai umumnya masih memiliki benang merah dengan budaya Lamaholot, di Kabupaten Flores Timur dan Lembata (dua kabupaten terdekat).
Untuk mengenal lebih dekat budaya Alor, maka datanglah ke perkampungan tradisional yang terletak di sekitar Kota Kalabahi. Misalnya, perkampungan tradisional Takpala, Mombang, clan Bampala.
Pulau Alor sering pula disebut Pulau Moko. Pasalnya, di pulau ini terdapat ribuan jenis moko atau nekara, sejenis bejana perunggu peninggalan kebudayaan Dongson, Vietnam, dari 300 tahun sebelum Masehi sampai tahun 200-an Masehi. Di seluruh Indonesia, peninggalan sejarah serupa moko ini mungkin hanya ada di Alor.
Entah mengapa benda ini bisa sampai di Alor dan menjadi benda yang dikeramatkan. Yang jelas, bagi warga Alor, moko memunyai nilai sosial, ekonomis, dan mistis religius yang tinggi. Moko menjadi benda ekonomi yang dipertukarkan dengan makanan, pakaian, atau hewan. Ketika dijadikan mas kawin, maka moko sudah menjadi penentu status sosial dan martabat suku, baik di pihak laki-laki maupun perempuan.
Namun, fungsi moko tidak sebatas itu. Moko menjadi benda sakral yang memiliki kekuatan mistis religius ketika dihadirkan dalam sebuah upacara adat. Moko bisa dijadikan alat musik pukul semacam fungsi gong dalam ritual adat yang sakral.
Bebunyian yang dihasilkan media moko akan menghadirkan rasa bersatu antara orang-orang Alor dan para leluhurnya. Sebuah pesona wisata budaya yang sayang jika dilewatkan ketika menginjakkan kaki di Nusa Kenari ini.
"VERY VERY EXELENT" itulah ucapan yang meluncur begitu saja dari mulut Prof. John Steward, seorang pakar kelautan dan satelit dari Kanada, ketika menyaksikan pesona alam bawah laut Alor. Di Selat Pantar ada 24 titik diving, dengan tiga palung yang memukau.
Wisata bahari
Alor memang indah. Pesona wisata bahari yang ditawarkannya sungguh luar biasa. Namun sayang, pengelolaan yang belum optimal menyebabkan nama Taman Laut Alor belum terlalu dikenal. Salah satu keunggulan taman Laut ini, selain dengan tiga palung laut yang indah, adalah jumlah spesies ikan yang sangat banyak.
Pesona lain adalah arus laut yang sering berganti arah tak menentu. Bagi banyak pecinta diving, bermain-main dengan arus adalah sebuah keasyikan tersendiri.
Meski belum banyak dikenal di dalam negeri, Taman Laut Alor telah menarik minat Karl Muller, seorang master diving asal Australia.
Menurutnya, kondisi diving di Alor masih lebih indah dari Taman Laut Maldavic di Laut Karibia dan Great Barrier Rief di Australia.
Pendapat Muller itu kembali diperkuat oleh John Steward, yang membuat kategorisasi diving. Untuk tingkat nasional, ia mengklasifikasikan diving di Kupang berbintang dua, di Bali dan Maumere berbintang tiga, di Bunaken berbintang empat, sedangkan Alor mendapat bintang lima.
Meski mendapatkan pengakuan seperti itu, seorang aktivis LSM pariwisata di Alor, Ramly Makau, bercerita kalau selama ini yang lebih sering menikmati keindahan taman laut itu adalah para master diving dari luar negeri. Akses yang belum terlalu terbuka memang menjadi kendala serius bagi Alor.
Selain itu, pengelolaan yang belum optimal selama ini pun memang menjadi kendala bagi kabupaten paling timur NTT ini.
Sebuah kegembiraan ketika hari-hari ini banyak pecinta diving dalam negeri yang menjajal keindahan Taman Laut Alor.
Tapi menjadi sebuah ironi ketika keindahan taman laut di salah satu sudut negeri ini hanya dinikmati oleh pecinta diving mancanegara.
Perjalanan ke Alor
Alor dapat dijangkau dengan angkutan udara maupun Laut. Dengan angkutan udara, penerbangan harus melalui Kupang, lbukota Propinsi NTT. Saat ini, penerbangan Jakarta-Surabaya-Kupang dan Jakarta-Denpasar-Kupang bisa dilakukan setiap hari. Sementara itu, penerbangan dari Kupang ke Kalabahi sebanyak enam kali seminggu, dilayani oleh Merpati dengan pesawat Cassa dan Transnusa, sebuah maskapai penerbangan lokal dengan menggunakan pesawat Turbopropeller ATR 42.
Selain itu, Alor dapat juga dijangkau dengan kapal laut. Ada dua kapal Pelni yang menyinggahi Kalabahi, yakni KM Awu (dari Jawa, Bali, dan Makassar) serta KM Sirimau (dari Jawa, Kalimantan, Makassar). Selain itu, seminggu sekali, ada juga feri dari Kupang ke Kalabahi. (suara merdeka)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ternyata kita sangat kaya. pertanyaannya adalah kenapa NTT diidentifikasikan sebagai suatu wilayah dan ranah kemiskinan di indonesia? sangat menyedihkan, padahal potensi dan sumber daya yang ada sangat bisa membantu masyarakat. yang saya tahu, NTT adalah lord land, tanah yang diberkati oleh Tuhan. apakah tidak ada lagi orang NTT yang peduli dengan NTT? mari kita galang kekuatan dan semangat untuk merubah NTT yang miskin menjadi NTT yang tidak miskin. saatnya mentransformasi segala macam pengetahuan untuk kemajuan NTT dan tahun 2010 NTT tidak lagi seperti yang dulu. Untuk berubah ternyata tidak membutuhkan banyak orang. maju terus spirit NTT.

Anonim mengatakan...

ternyata kita sangat kaya. pertanyaannya adalah kenapa NTT diidentifikasikan sebagai suatu wilayah dan ranah kemiskinan di indonesia? sangat menyedihkan, padahal potensi dan sumber daya yang ada sangat bisa membantu masyarakat. yang saya tahu, NTT adalah lord land, apakah tidak ada lagi orang NTT yang peduli dengan NTT? mari kita galang kekuatan dan semangat untuk merubah NTTyang miskin menjadi NTT yang tidak miskin. saatnya mentransformasi segala macam pengetahuan untuk kemajuan NTT dan 2010 NTT tidak lagi seperti yang dulu. Untuk berubah ternyata tidak membutuhkan banyak orang. maju terus spirit NTT.

Anonim mengatakan...

Ya, kita harus galang kekuatan dan maju dalam kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Flobamora.