Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sejarah singkat Kabupaten Belu (2)

Spirit NTT, 17-23 Maret 2008

* Susunan strafikasi masyarakat Belu
Membahas tentang struktur masyarakat tidak lain dari pada mengulas tentang tingkatan รป tingkatan dalam masyarakat yang ada dalam.yang ada dalam suatu komunitas atau persekutuan tertentu.
Yang tersusun dalam susunan atau lapisan-lapisan dalam masyarakat yang disebut stratifikasi sosial. Pembagian dan pembedaan masyarakat Belu dalam kelas-kelas hirarkis di bawah ini di dasarkan pada turunan/ras yang yang ada sejak penduduk para pendatang sampai dengan kejayaan zaman kerajaan.
Menurut HJ Grijzen seperti dikutip dalam tulisan Romo Florens Maxi Un Bria dalam The Way To Happiness Of Belu People bahwa masyarakat Belu mengenal klasifikasi masyarakatnya atas tiga golongan, yang secara hirarkis terdiri dari:
Pertama, Dasi atau golongan bangsawan yang menempati lapisan terpusat dan dari kelompok inilah terpilih Loro/Liurai/ Na'i yang akan memangku jabatan kepemerintahan secara turun temurun.
Kedua, Renu yang tidak lain adalah rakyat jelata yang merdeka.
Ketiga, Ata atau klason yang merupakan golongan hamba sahaya. Mereka yang masuk dalam golongan ini biasanya merupakan tawanan perang yang dijadikan budak untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan renu atau golongan dasi. Perdagangan budak belian ini sempat menjadi komoditi pada tahun 1892 (pada daerah Jenilu-Atapupu) sampai pada akhirnya di awal abad 20-an Pemerintah Belanda mengeluarkan Pax Nederlandica sehingga perdagangan budak dihapus.
Pembagian masyarakat Belu sendiri ditinjau dari segi ekonomis terdiri dari klasifikasi 'orang berpunya/the haves' (Ema Mak Soin) dan kelompok 'orang miskin/the haves not' (Ema Kmukit). Ukuran untuk menentukan dua macam kelas ini tergantung pada pendapatan yang ia peroleh dan cara atau pola hidupnya setiap hari. Dari sudut politik pemerintahan nasional, kita mengetahui bahwa penggolongan masyarakat Jawa atas tiga golongan/tiga kelompok besar yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Dalam keterkaitannya dengan struktur masyarakat Belu maka kita mengenal beberapa kelompok/golongan masyarakat yang terdiri dari:
Pertama, kelompok teratas atau kelompok raja (Nain Oan) masuk kelompok priyayi.
Kedua, kelompok lain adalah kelompok masyarakat bawah (Hutun Renu) atau marjinal dan orang kecil.
Ketiga, antara dua kelompok itu ada kelompok penengah atau disebut Fukun dato.
Keterkaitan antara ketiga kelompok utama tersebut terwujud dalam realisasi program dan kerja nyata. Dalam hal ini, kelompok Raja berperan mengawasi pelaksanaan pembangunan dan membuat putusan pemerintahan. Kelompok Hutun Renu sebagai mediator antara kedua kelompok tersebut. Perlu dicatat di sini bahwa dalam proses pengambilan keputusan (fui mutu lian-fui mtun ibun) secara adapt dengan korban bakaran.
Perlu ditambahkan disini bahwa dalam jajaran dan tataran kelompok penurutan raja atau kerabatan horizontal yang dinamakan klaken soman ada juga kelompok vertikal yang disebut Tohu Larus Hudi Oan.
Dalam catatan sejarah lokal, menuturkan bahwa di kerajaan Wewiku-Wehali ada empat dato yang sangat berperan dalam fungsinya sebagai mediator yaitu, Dato Leki Nahak Tamiru Usi Hawai Lerek (penguasa daerah pesisir laut) atau yang disebut Meti Ketuik. Dato Klisuk Rae dan Klisuk Lor yang menguasai daerah enclave laut (hasan).
Sedangkan Dato Mota menguasai daerah pesisir kali Benenai (Mota Ninin Here Ninin). Sehingga sesekali dalam kurun waktu tertentu seorang Dato wajib membawahi upeti kepada rajanya. (sumber: Bappeda Belu) (pde@belukab.go.id/habis)

Tidak ada komentar: