Oleh John Oriwis
Spirit NTT, 10-16 Maret 2008
DEDE Teke duduk sendiri dengan matan weran du bulak. Melamun jauh, tida tau lagi pikir apa. Dasar kepala desa yang suka piker masalah di desa. Seberapa saat kemudian, Dede Poi muncul.
"Beh Teke, ge kau duduk sendiri juga bisa? Piker apa moan desa?" tanya Poi habis bikin Teke kaget bukan main.
"Eehh, kau. Saya kira sapi, ternyata kawanku Poi. Inikah teman lagi piker hari tua. Suda berpulu tahun jadi kepala desa, besok lusa dapat uang pensiun tiap bulan bae," curhat Teke.
"Bega eja, jadi dari tadi kau piker itukah? Aduh, saya kira kau dudu piker bagemana cara ajak masyarakat supaya kerja bhakti kasih bersih saluran got, kasih hijau di sumber mata air, atau buat cara supaya jangan lapar. Kau mala piker dana purna bakti lagi. Itu gampang," jelas Poi.
"Gampang bagemana kawan? Kalo omong dengan kau baa, semua kau bikin gampang. Enak-enak saja," cari tau Teke.
"Supaya tetap dapa doi, kau te harus jadi kepala desa terus. Paling begitu saja suda," jelas Poi.
"Jjadi itu suda ka jalan keluar? Masa jadi kepala desa terus," potong Teke.
"Oiya ka teman, jadi kepala desa sampe mati. Supaya kalo dapat ucapan terima kasih sebagai kado purnabhakti, kau suda ada di lobang kubur ka. Jadi ucapan terimakasih te kau tida dengar lagi," jelas Poi lagi.
"Orang omong purna bakti waktu kita masih hidup, kau omong waktu mati. Kau gila ka apa?" protes Teke. "Kau kalo piker begitu kita tida maju maju. Purna bakti untuk kami kepala desa juga harus ada ko. Apalagi kami kades yang paling dekat dengan masyarakat, paling sukses bikin desa maju. Kalo sekertaris desa bisa jadi PeeNeS, kami kepala desa te paling tida dapat uang pensiunan sebagai mantan kepala desa, paling tida tiap bulan dapat satu juta selama nafas masih berhembus," harap Teke sang Kades Wolololoha.
Yang Teke harap itu benar juga, habis mereka tu juga punya jasa te untuk desa. Justru mereka yang paling dekat dan yang paling kepala sakit hadapi masyarakat. Kalo Sekdes jadi PeeNeS, kenapa Kades tida bisa dapat ucapan terima kasih, dengan uang purna bakti.
Ini ide memang benar-benar gila, tapi ternyata para kepala desa manaruh harap supaya uang pensiunan habis purna bakti itu mereka juga dapat, biar seloo (sedikit) saja juga bae.
Terus Ama Plete bilang, "Itu bagus juga, nanti kami pikirkan sampai sekarang." *
"Beh Teke, ge kau duduk sendiri juga bisa? Piker apa moan desa?" tanya Poi habis bikin Teke kaget bukan main.
"Eehh, kau. Saya kira sapi, ternyata kawanku Poi. Inikah teman lagi piker hari tua. Suda berpulu tahun jadi kepala desa, besok lusa dapat uang pensiun tiap bulan bae," curhat Teke.
"Bega eja, jadi dari tadi kau piker itukah? Aduh, saya kira kau dudu piker bagemana cara ajak masyarakat supaya kerja bhakti kasih bersih saluran got, kasih hijau di sumber mata air, atau buat cara supaya jangan lapar. Kau mala piker dana purna bakti lagi. Itu gampang," jelas Poi.
"Gampang bagemana kawan? Kalo omong dengan kau baa, semua kau bikin gampang. Enak-enak saja," cari tau Teke.
"Supaya tetap dapa doi, kau te harus jadi kepala desa terus. Paling begitu saja suda," jelas Poi.
"Jjadi itu suda ka jalan keluar? Masa jadi kepala desa terus," potong Teke.
"Oiya ka teman, jadi kepala desa sampe mati. Supaya kalo dapat ucapan terima kasih sebagai kado purnabhakti, kau suda ada di lobang kubur ka. Jadi ucapan terimakasih te kau tida dengar lagi," jelas Poi lagi.
"Orang omong purna bakti waktu kita masih hidup, kau omong waktu mati. Kau gila ka apa?" protes Teke. "Kau kalo piker begitu kita tida maju maju. Purna bakti untuk kami kepala desa juga harus ada ko. Apalagi kami kades yang paling dekat dengan masyarakat, paling sukses bikin desa maju. Kalo sekertaris desa bisa jadi PeeNeS, kami kepala desa te paling tida dapat uang pensiunan sebagai mantan kepala desa, paling tida tiap bulan dapat satu juta selama nafas masih berhembus," harap Teke sang Kades Wolololoha.
Yang Teke harap itu benar juga, habis mereka tu juga punya jasa te untuk desa. Justru mereka yang paling dekat dan yang paling kepala sakit hadapi masyarakat. Kalo Sekdes jadi PeeNeS, kenapa Kades tida bisa dapat ucapan terima kasih, dengan uang purna bakti.
Ini ide memang benar-benar gila, tapi ternyata para kepala desa manaruh harap supaya uang pensiunan habis purna bakti itu mereka juga dapat, biar seloo (sedikit) saja juga bae.
Terus Ama Plete bilang, "Itu bagus juga, nanti kami pikirkan sampai sekarang." *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar