Spirit NTT, 10-16 Maret 2008
* Bidang kelautan dan pertanian
Di bidang kelautan dan perikanan, masyarakat Tanaduen telah membentuk kelompok nelayan, namun belum dilengkapi fasilitas yang memadai. Di Tanaduen, saat ini baru memiliki satu kapal penangkap ikan dan tiga sampan tanpa mesin motor pendorong. Padahal potensi laut di wilayah utara Desa Tanaduen sangat menjanjikan dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.
Untuk alasan inilah, masyarakat kembali berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian berupa modal usaha. Bayangkan, tanpa dilengkapi fasilitas melaut yang memadai saja, para pelaut dalam setahun bisa memperoleh hasil 3-4 ton ikan ukuran kecil dan 200 kg hingga satu ton ikan besar. Dengan jenis ikan yang beragam dan beraneka jenis, dengan kondisi seperti ini wilayah laut Tanaduen dapat dikategorikan belum dikelola maksimal, apalagi budidaya rumput laut di wilayah ini belum tersentuh masyarakat.
Seperti daerah lainnya di Sikka, untuk menambah sumber perekonomian, ibu-ibu
rumah tangga di Tanaduen membuka usaha kerajinan tangan, menenun kain. Selain usaha kecil menenun, masyarakat setempat juga menggelar usaha produksi minuman keras lokal, moke (arak).
Patut diakui bahwa masih banyak potensi sumber daya alam Desa Tanaduen yang belum dikelola maksimal karena rendahnya SDM dan belum tersedianya modal pinjaman. Untuk itulah masyarakat berharap agar ke depan masyarakat mendapat perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan usaha/industri rumah tangga. Seperti industri makanan ringan dengan bahan dasar dari makanan lokal yang ada, antara lain pembuatan kecap air kelapa, pembuatan minyak kelapa, pembuatan dodol pisang dan berbagai jenis industri rumah tangga yang belum tersentuh.
* Sarana dan prasarana
Untuk melayani kebutuhan kesehatan, di Desa Tanaduen terdapat satu puskesmas pembantu, dilayani dua orang bidan, satu menteri kesehatan dan seorang dukun terlatih. Namun karena kondisi ekonomi rumah tangga yang cukup memrihatinkan, di desa yang terdapat Gereja St. Yoseph Freinademetz Bolawolon ini, juga terdapat sedikitnya 80 bayi gizi kurang, 8 gizi buruk dan 68 bayi gizi baik.
Di bidang pendidikan, Desa Tanaduen baru memiliki dua unit sekolah dasar, yakni SD Blatat dan Sekolah Kaki Bolawolon.
Rata-rata penduduknya sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, karena setelah tamat SD banyak para pelajar yang harus melanjutkan pendidikan di tingkat SMP yang letak sangat jauh dari wilayah Desa Tanaduen, anatara lain sekolah lanjutan tingkat pertama yang ada di Kecamatan Kewapante, SMP Ili maupun melanjutkan pendidikan di Maumere.
Karena jauhnya jarak dan perlunya biaya ekstra transportasi pulang pergi sekolah, membawa dampak pada meningkatnya angka droup out (DO). Ada pula para pelajar yang harus meninggalkan bangku sekolah setelah menerima komuni suci pertama. Ini adalah sesuatu yang patut kita sesalkan.
Untuk itu ke depan, pemerintah perlu mendirikan satu unit SMP di wilayah Desa Tanaduen. Hal ini penting bukan saja untuk melayani anak peserta didik yang ada di Tanaduen tapi juga untuk peserta didik yang ada di desa sekitarnya.
Kebutuhan lain yang juga perlu mendapat perhatian dan penyelesaian dari pemerintah adalah masalah air bersih. Hingga saat ini masyarakat masih mengonsumsi air sumur maupun air hujan yang ditampung di BPAH yang ada. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di musim panas, masyarakat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli satu tengki air dengan harga dari Rp. 75.000.- hingga Rp 100.000.- per 5.000 liter.
Selain masalah air bersih, masalah penerangan, jalan tranpsortasi antar dusun, saluran air (got permanen), penerangan listrik dan bantuan modal untuk usaha kecil sangat dibutuhkan masyarakat.
Selain kebutuhan ini, masyarakat juga membutuhkan peran PPL atau pihak terkait lainnya untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat perihal teknik pengolahan lahan kering dan beternak secara modern. (djo/cipto/*/bersambung)
Di bidang kelautan dan perikanan, masyarakat Tanaduen telah membentuk kelompok nelayan, namun belum dilengkapi fasilitas yang memadai. Di Tanaduen, saat ini baru memiliki satu kapal penangkap ikan dan tiga sampan tanpa mesin motor pendorong. Padahal potensi laut di wilayah utara Desa Tanaduen sangat menjanjikan dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.
Untuk alasan inilah, masyarakat kembali berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian berupa modal usaha. Bayangkan, tanpa dilengkapi fasilitas melaut yang memadai saja, para pelaut dalam setahun bisa memperoleh hasil 3-4 ton ikan ukuran kecil dan 200 kg hingga satu ton ikan besar. Dengan jenis ikan yang beragam dan beraneka jenis, dengan kondisi seperti ini wilayah laut Tanaduen dapat dikategorikan belum dikelola maksimal, apalagi budidaya rumput laut di wilayah ini belum tersentuh masyarakat.
Seperti daerah lainnya di Sikka, untuk menambah sumber perekonomian, ibu-ibu
rumah tangga di Tanaduen membuka usaha kerajinan tangan, menenun kain. Selain usaha kecil menenun, masyarakat setempat juga menggelar usaha produksi minuman keras lokal, moke (arak).
Patut diakui bahwa masih banyak potensi sumber daya alam Desa Tanaduen yang belum dikelola maksimal karena rendahnya SDM dan belum tersedianya modal pinjaman. Untuk itulah masyarakat berharap agar ke depan masyarakat mendapat perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan usaha/industri rumah tangga. Seperti industri makanan ringan dengan bahan dasar dari makanan lokal yang ada, antara lain pembuatan kecap air kelapa, pembuatan minyak kelapa, pembuatan dodol pisang dan berbagai jenis industri rumah tangga yang belum tersentuh.
* Sarana dan prasarana
Untuk melayani kebutuhan kesehatan, di Desa Tanaduen terdapat satu puskesmas pembantu, dilayani dua orang bidan, satu menteri kesehatan dan seorang dukun terlatih. Namun karena kondisi ekonomi rumah tangga yang cukup memrihatinkan, di desa yang terdapat Gereja St. Yoseph Freinademetz Bolawolon ini, juga terdapat sedikitnya 80 bayi gizi kurang, 8 gizi buruk dan 68 bayi gizi baik.
Di bidang pendidikan, Desa Tanaduen baru memiliki dua unit sekolah dasar, yakni SD Blatat dan Sekolah Kaki Bolawolon.
Rata-rata penduduknya sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, karena setelah tamat SD banyak para pelajar yang harus melanjutkan pendidikan di tingkat SMP yang letak sangat jauh dari wilayah Desa Tanaduen, anatara lain sekolah lanjutan tingkat pertama yang ada di Kecamatan Kewapante, SMP Ili maupun melanjutkan pendidikan di Maumere.
Karena jauhnya jarak dan perlunya biaya ekstra transportasi pulang pergi sekolah, membawa dampak pada meningkatnya angka droup out (DO). Ada pula para pelajar yang harus meninggalkan bangku sekolah setelah menerima komuni suci pertama. Ini adalah sesuatu yang patut kita sesalkan.
Untuk itu ke depan, pemerintah perlu mendirikan satu unit SMP di wilayah Desa Tanaduen. Hal ini penting bukan saja untuk melayani anak peserta didik yang ada di Tanaduen tapi juga untuk peserta didik yang ada di desa sekitarnya.
Kebutuhan lain yang juga perlu mendapat perhatian dan penyelesaian dari pemerintah adalah masalah air bersih. Hingga saat ini masyarakat masih mengonsumsi air sumur maupun air hujan yang ditampung di BPAH yang ada. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di musim panas, masyarakat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli satu tengki air dengan harga dari Rp. 75.000.- hingga Rp 100.000.- per 5.000 liter.
Selain masalah air bersih, masalah penerangan, jalan tranpsortasi antar dusun, saluran air (got permanen), penerangan listrik dan bantuan modal untuk usaha kecil sangat dibutuhkan masyarakat.
Selain kebutuhan ini, masyarakat juga membutuhkan peran PPL atau pihak terkait lainnya untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat perihal teknik pengolahan lahan kering dan beternak secara modern. (djo/cipto/*/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar