Spirit NTT, 10-16 Maret 2008
MAUMERE, SPIRIT-- Sejak Juli 2007, Camat Doreng, Hilarius Heling, B.A, bersama sepuluh orang stafnya, menggunakan ruang tamu rumah seorang warga sebagai kantor untuk melayani masyarakat.
Hal ini disaksikan SPIRIT NTT ketika mengikuti kunjungan kerja Tim V DPRD Sikka ke Kecamatan Doreng, Rabu (20/2/2008). Kunjungan Dewan dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat Doreng terkait Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Sikka periode 2003-2008 dan Laporan Pertanggung Jawaban (LKPj) Bupati Sikka Tahun Anggaran 2007.
Untuk bertatap muka dan berdialog dengan Tim V DPRD Sikka yang terdiri dari Petrus Djelalu, Arnoldus Donde Conterius, Gabriela Mako dan Patric da Silva, pihak kecamatan terpaksa menggunakan teras kantor yang adalah rumah milik Elias Lusi.
Luas teras ini pun tidak sanggup menampung jumlah peserta pertemuan yang terdiri dari para kepala desa, pengurus BPD, tokoh masyarakat, tokoh adat dan para guru di Kecamatan Doreng.
"Saya berharap agar pada tahun anggran 2008, Kecamatan Doreng dan beberapa kecamatan pemekaran lainnya sudah dapat menikmati fasilitas yang lebih baik dan lebih memadai dari yang ada saat ini," kata Heling kepada Tim V DPRD Sikka.
Saat ini, kata Heling, pihak Kecamatan Doreng berkoordinasi dengan warga setempat sedang membangun kantor darurat. Kantor ini menggunakan bahan bangunan lokal, seperti bambu dan kayu seadanya.
Di ruang tamu yang berukuran 3x7 meter itu, aparat kecamatan beraktivitas melayani masyarakat. Menurut Heling, penggunaan ruang tamu pada rumah milik Elias Lusi tersebut sudah dilakukan sejak Kecamatan Doreng diresmikan Juli 2007 sebagai kecamatan sendiri, lepas dari Kecamatan Induk, Bola.
Di ruang kantor itu baru tersedia lima meja kerja, kursi dan dua mesin ketik. Sementara jendela yang ada baru terpasang jeruji pengaman, kaca jendela belum dipasang. Tidaklah mengherankan jika sesewaktu berkas-berkas surat berhamburan ke lantai tanah akibat ditiup angin.
Karena belum tersedianya rumah dinas, aparat kecamatan terpaksa harus pulang pergi Doreng Maumere yang jaraknya mencapai 40-an kilometer dengan lama waktu perjalanan menggunakan sepeda motor sekitar satu setengah jam.
Masalah lain yang dihadapi selama memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah penggandaan surat, penerangan dan kondisi jalan antar desa dan ibu kota kecamatan yang sangat memrihatinkan.
"Selain kondisi jalan yang rusak, yang juga menghambat kelancaran pelayanan adalah masalah penerangan dan penggandaan surat," jelas Heling.
"Kami harapkan tahun ini dan tahun yang akan datang, Pemerintah Kabupaten Sikka harus memberikan perhatian terhadap wilayah kecamatan yang baru dimekarkan," ujar Heling.
Untuk diketahui, selain Kecamatan Doreng, kecamatan lain yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah kabupaten adalah Kecamatan Mapitara, Tanawawo, Waiblama, Hewokloang, Koting, Kangae, Alok Barat dan Alok Timur.
Kepada TIM V DPRD Sikka, Hilarius Heling juga menginformasikan berbagai kebutuhan masyarakat yang harus diprioritaskan. Antara lain masalah jalan yang mengalami rusak berat dan butuh perbaikan segera serta masalah penerangan dan berbagai hal lainya. (djo/humas Sikka)
Hal ini disaksikan SPIRIT NTT ketika mengikuti kunjungan kerja Tim V DPRD Sikka ke Kecamatan Doreng, Rabu (20/2/2008). Kunjungan Dewan dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat Doreng terkait Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Sikka periode 2003-2008 dan Laporan Pertanggung Jawaban (LKPj) Bupati Sikka Tahun Anggaran 2007.
Untuk bertatap muka dan berdialog dengan Tim V DPRD Sikka yang terdiri dari Petrus Djelalu, Arnoldus Donde Conterius, Gabriela Mako dan Patric da Silva, pihak kecamatan terpaksa menggunakan teras kantor yang adalah rumah milik Elias Lusi.
Luas teras ini pun tidak sanggup menampung jumlah peserta pertemuan yang terdiri dari para kepala desa, pengurus BPD, tokoh masyarakat, tokoh adat dan para guru di Kecamatan Doreng.
"Saya berharap agar pada tahun anggran 2008, Kecamatan Doreng dan beberapa kecamatan pemekaran lainnya sudah dapat menikmati fasilitas yang lebih baik dan lebih memadai dari yang ada saat ini," kata Heling kepada Tim V DPRD Sikka.
Saat ini, kata Heling, pihak Kecamatan Doreng berkoordinasi dengan warga setempat sedang membangun kantor darurat. Kantor ini menggunakan bahan bangunan lokal, seperti bambu dan kayu seadanya.
Di ruang tamu yang berukuran 3x7 meter itu, aparat kecamatan beraktivitas melayani masyarakat. Menurut Heling, penggunaan ruang tamu pada rumah milik Elias Lusi tersebut sudah dilakukan sejak Kecamatan Doreng diresmikan Juli 2007 sebagai kecamatan sendiri, lepas dari Kecamatan Induk, Bola.
Di ruang kantor itu baru tersedia lima meja kerja, kursi dan dua mesin ketik. Sementara jendela yang ada baru terpasang jeruji pengaman, kaca jendela belum dipasang. Tidaklah mengherankan jika sesewaktu berkas-berkas surat berhamburan ke lantai tanah akibat ditiup angin.
Karena belum tersedianya rumah dinas, aparat kecamatan terpaksa harus pulang pergi Doreng Maumere yang jaraknya mencapai 40-an kilometer dengan lama waktu perjalanan menggunakan sepeda motor sekitar satu setengah jam.
Masalah lain yang dihadapi selama memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah penggandaan surat, penerangan dan kondisi jalan antar desa dan ibu kota kecamatan yang sangat memrihatinkan.
"Selain kondisi jalan yang rusak, yang juga menghambat kelancaran pelayanan adalah masalah penerangan dan penggandaan surat," jelas Heling.
"Kami harapkan tahun ini dan tahun yang akan datang, Pemerintah Kabupaten Sikka harus memberikan perhatian terhadap wilayah kecamatan yang baru dimekarkan," ujar Heling.
Untuk diketahui, selain Kecamatan Doreng, kecamatan lain yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah kabupaten adalah Kecamatan Mapitara, Tanawawo, Waiblama, Hewokloang, Koting, Kangae, Alok Barat dan Alok Timur.
Kepada TIM V DPRD Sikka, Hilarius Heling juga menginformasikan berbagai kebutuhan masyarakat yang harus diprioritaskan. Antara lain masalah jalan yang mengalami rusak berat dan butuh perbaikan segera serta masalah penerangan dan berbagai hal lainya. (djo/humas Sikka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar