Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Profil Desa Tanaduen Sikka

Spirit NTT, 3-9 Maret 2008

* Keadaan umum
Desa Tanaduen, Kecamatan Kangae, merupakan wilayah desa yang terletak di sebelah timur Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka. Tanaduen meliputi tiga dusun, yakni Dusun Habigete, Dusun Blatat dan Dusun Bolawolon, dengan 09 RW dan 19 RT.
Luas permukiman umum Desa Tanaduen adalah 244.15 hektar (ha) yang dihuni 2.002 jiwa, terdiri dari 945 laki-laki dan 1.057 perempuan serta terdiri atas 390 KK laki-laki dan 73 KK perempuan. Penghuni tiap dusunnya, Dusun Habigete (410 jiwa), Dusun Blatat (701 jiwa) dan Dusun Bolawolon (891 jiwa).
Jarak tempuh masyarakat ke Ibu kota Kecamatan Kangae, sejauh empat kilometer dengan lama perjalanan mencapai 20 menit. Sementara ke Ibu kota Kabupaten berjarak 10 kilometer dengan menghabiskan waktu perjalanan sedikitnya 45 menit hingga 60 menit.
Desa Tanaduen yang berstatus hukum SK Gubernur KDH TK I NTT Nomor 20 Tahun 1999 ini, memiliki batas-batas wilayah desa sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Laut Flores, Selatan berbatasan dengan Desa Mekendetung, Barat berbatasan dengan Desa Watuliwung dan Timur berbatasan dengan Desa Kokowahor Watumilok.
Mayoritas penduduk Desa Tanaduen adalah pemeluk agama Katolik Roma (1.950 orang). Selain itu, juga terdapat pemeluk agama Islam (6 orang) dan Kristen (4 orang). Pada umumnya masyarakat Tanaduen berprofesi sebagai petani yang mengolah lahan kering. Selain sebagai petani lahan kering, sumber ekonomi juga diperoleh dari menangkap ikan (nelayan), beternak dan membuka usaha kecil lainnya.
Wilayah desa yang terletak nol hingga 450 meter di atas permukaan, ini memiliki curah hujan rata- rata pertahunnya berada di antara 1.000 sampai 1.500 mm/tahun dengan keadaan suhu rata-rata 210c hingga 230c.
* Potensi alam
Sebagai wilayah yang memiliki keadaan suhu rata-rata 210c hingga 230c, masyarakat cenderung menggantungkan diri pada hujan dalam mengolah lahan pertaniannya. Dengan demikian dapatlah diukur seberapa banyak tanaman perkebunan yang diolah masyarakat, tentunya tidak seperti yang dimiliki daerah lain baik yang ada di Kabupaten Sikka maupun daerah lain di NTT.
Hingga kini hanya beberapa tanaman perkebunan seperti kelapa (7.75 ha) dan jambu mente (18.81 ha) yang dibudidayakan, sementara tanaman perkebunan lainnya yakni kopi, cengkeh, vanili, kakao, lada, pala sudah pernah diupayakan oleh masyarakat untuk dibudidayakan, namun tanaman perkebunan jenis ini tidak dapat tumbuh dan bertahan hidup karena kondisi dan suhu iklim yang tidak begitu mendukung dan cenderung panas.
Walau demikian, tanaman perkebunan seperti kelapa dan jambu mente bukan menjadi jenis tanaman andalan. Karenanya para petani di wilayah ini juga mengembangkan beragam tanaman palawija, sayur dan buah-buahan. Dalam satu kali panen, tanaman kelapa bisa memberi hasil sedikitnya 2,09 ton/ha dan jambu mente 18.81 ton/ha.
Adapun tanaman palawija yang dikembangkan, di antaranya adalah kacang tanah, kacang hijau, jagung, singkong dan jenis kacang-kacangan lainnya. Dengan perolehan hasil tanaman pertanian ini pun masih bergantung pada alam dan curah hujan, namun berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Tanaduen, kacang tanah dalam satu musim tanam bisa menghasilkan 6 ton/lima hektar, sedangkan kacang hijau 8 ton/10-ha, sementara jagung dan jenis kacang-kacang lainnya bisa mencapai sedikitnya 100 ton/ha dan ubi singkong 0.50 hingga 2 ton/ha.
Selain mengembangkan lahan pertanian, masyarakat juga melakukan aktivitas beternak. Adapun hewan ternak yang dibudidayakan adalah sapi (15 ekor/5 KK), kuda (16 ekor/6 KK), babi (783 ekor/463 KK), kambing (420 ekor/230 KK), ayam (1.500 ekor/463 KK), itik (25 ekor/4 KK) dan anjing (25 ekor/15 KK).
Hingga saat teknologi pengolahan lahan pertanian dan sistem beternak, oleh masyarakat masih menggunakan cara lama yang masih tradisional. Untuk itu, kepada pemerintah masyarakat berharap agar ke depan mendapat pendidikan akan pengolahan dan beternak dengan cara modern. Terutama teknologi modern dalam mengolah pertanian pada lahan kering. (djo/cipto/nn/bersambung)

Tidak ada komentar: