Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Dagalais

Oleh Even Edomeko

Spirit NTT, 3-9 Maret 2008

KIBOK sudah siap. Muu Toter juga su ada. Salak. Semangka. Rambutan. Durian. Advokat. Semua-semua sudah. "Apa yang belum?" tanya Ina Pero sambil lihat berbagai buah dan bunga yang digeletakkan di tedang depan rumah. Beberapa mama melihat lagi satu per satu benda-benda yang disebut Ina Pero. Dia terus bertanya, "Kurang apa e?"
Hari itu, semua mama di desa Remin-Reong bahu-membahu mencari berbagai buah dan bunga yang ada di kebun mereka. Mereka diminta oleh Ibu Camat agar mewakili Kecamatan TO POI MORO EON untuk mengikuti Lomba Merangkai Buah dan Bunga yang diselenggarakan oleh Panitia Kabupaten guna merayakan HUT ke-35 PKK di Maumere.
"Yang jadi Panitia di Maumere tu Mama Etty Longginus dan Mama Irma Ansar Rera. Yang minta kita adalah Mama Camat. Jadi, kita semua ini harus periksa lagi, jangan ada yang kurang memang." Begitu kata Ibu Kades sambil tarik-tarik dia pu rambut kribo.
"Kita mungkin kalah dengan mama-mama dari kota, tapi asal jangan sampe kalah bodoh-bodoh to?" sambung Ibu Sekdes.
"Oiii, yang kurang itu buah tomat. Ia to? Dagalais to?" pekik Ina Pero keras.
"Itu sudah dia yang kita pikir dari tadi!" sambut serempak para mama.
"Sssssttttt!!!" Ina Pero sein pake palang dia pu telunjuk di mulut. Semua terdiam! Pero bisik, "Bile-bile.Odi Moat rena."
Tak jauh dari situ, persis di balik dinding halar, Wokowula kaget mati punya waktu dengar dia pu istri ---Ina Pero--- sebut-sebut 'dagalais.' Di desa ini hanya dia satu-satunya petani yang menanam buah tomat-dagalais, dan dia baru saja pulang siram itu benda sampe punggung mau patah. Waktu para mama omong pake bisik, Wokowula langsung curiga keras. "Kalu bayar, saya kasih persen. Kalu Pero ambil saja, saya ngamuk besar."
Besok paginya, Wokowula bagun lat. Ina Pero dan rombongan su pigi Maumere. Wokowula langsung lari ilang ke kebun tomat. Dan dia menganga! Semua tomat Bangkok besar-besar yang dia biarkan masak enak-enak, yang sengaja dia taden, hilang semua! "Mati dia! Mati dia!" Wokowula langsung nae oto, ikut pigi Maumere.
Acara HUT ke-35 PKK itu diselenggarakan di Aula Biara Karmel Wairklau. Ke situlah Wokowula pergi. Pas masuk di gerbang Biara, sebuah suara menegurnya.
"Bega kau Eja Woko!"
"Jose puki-ayam. Kau di sini ka?" Rupanya Wokowula pu teman Jose dari Lio.
"Sa antar maitua ni ka. Kita para suami harus mendukung istri. Jangan hanya istri yang dukung suami. Dema ka iwa?? Eh, Eja, kau ju antar kau pu fai-nggaE ko, Eja?" tanya Jose.
Wokowula senyum-senyum. Mau jujur, dia malu. Mau tipu, dia sakit hati. Eh, pas senyum-senyum tida jelas begitu, dia liat Ina Pero lewat. Langsung dia mendekat.
"Pero! Hoe Peroin! Saya pu dagalais kau ambil ko?"
Ina Pero tidak jawab tapi langsung pasang muka galak, lengkap dengan dia pu mata eber ganu gong matan.
"Pero! Saya yang marah ka, bukan kau. Kau yang salah ko stel marah saya?!"
Persis saat itu, suara di pengeras suara mengumumkan: "Juara I Lomba Merangkai Buah dan Bunga adalah Kecamatan TO POI MORO EON, dengan satu karya cantik yang berjudul: Tomato for Life, Dagalais untuk Kehidupan." Suara gemuruh tepuk-tangan menyambutnya.
Wokowula langsung roba wujud jadi senang. "Oi, kamu juara ka, Pero??? Kamu juara ka??? Itu pasti karena saya punya dagalais kaà. Hahaha, memang sa pu dagalais tu hebatàö
Jose yang berdiri di dekat situ langsung jabat tangan sama Wokowula sambil bilang, "Eja, dagalais kau hebat."
Wokowula jawab, "Teng Yu, eja..."
Jose lagi, "Dagalais kau hebat, Eja."
Wokowula bilang, "Epang gawang, Frend."
Jose omong terus, "Dagalais kau hebat,"
Wokowula terdiam, tampak berpikir.
Jose tetap saja omong, "Dagalais kau hebat. Dagalais kau hebat!"
Wokowula baru sadar, "Puki-ayam! Saya tau kau pu maksud. Kurangajarrrr."
Jose su menghindar jauh.*

Tidak ada komentar: