Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Mati Ketawa ala Maumere (1)

Oleh Even Edomeko

Spirit NTT, 3-9 Maret 2008

SEMALAM di Sadangbui
SEKELOMPOK pemuda bersama dua turis asing menikmati malam minggu di Pelabuhan Sadangbui Maumere. Di tengah mereka ada moke, ada lurun magewair, ada rumpu-rampe. Makin malam, mereka makin mabuk. Saat hendak kencing, seorang turis terpeleset dan tercebur ke air. Sialnya, dia tak bisa berenang. Dia kebe-lemer setengah mati.
Turis: Help me! Help me!
Lukat: Hoi bodoh-Ngangan, belajar berenang sudah! Jangan lagi belajar omong Inggris!


Pemimpin tradisional
GURU: Di Flores ini setiap kampung punya pemimpin tradisional. Di Ende dan di Lio ada Mosalaki-Riabewa, di PaluE ada Lakimosa, di Maumere ada Moan Tana Puan. Siapakah contoh Moan Tana Puan di Sikka??? Coba kau Jose.
Jose: Sentus Botha. *

Barata MALL
DUA sahabat karib, yang sudah lama berpisah karena tinggal di kampung yang berbeda, baku ketemu di Barata Mall Maumere, di suatu hari Minggu yang ramai. Mereka sama-sama tercengang akan keramaian mall, tapi sama-sama tidak mau omong duluan, takut diejek. Tapi akhirnya seorang dari mereka tak tahan.
Wokowula: Eja, mall itu artinya apa?
Jose: Mall itu pasar.
Wokowula: Iya ka? Tapi kenapa mereka tidak kasih nama 'Pasar Barata'?
Jose: Mereka takut.
Wokowula: Takut apa na? Takut sama siapa na?
Jose: Takut kau pikul kau pu ubi, pisang, kambing, babi, datang jual juga di sini.

MARI Pak, Mari
HARI sudah hampir jam satu siang, tapi kambing yang dijual Bapak Wokowula belum laku. Saat memutuskan hendak pulang, datanglah seorang Jawa menawar kambing itu. Sayangnya mereka belum ketemu harga yang cocok. Mas Jawa itu lalu pamit.
Mas Jawa: Mari, pak. Mari
Wokowula: (Melongo sejenak lalu menyeret kambingnya mengikuti Mas Jawa dari belakang)
Tak lama berjalan, Mas Jawa masuk di sebuah warung dan makan. Wokowula ikut masuk dan juga makan. Usai makan, sebelum pergi, Wokowula mendekati pemilik warung.
Wokowula: Soto satu, sate satu, uang minta sama dia (ditunjuknya Mas Jawa).
Mas Jawa : Lho, emangnya siapa yang nraktir Bapak?
Wokowula: Aduh, kau to yang ajak saya 'mari, mari, mari' tadi?
Mas Jawa: Astaga. Itu saya pamit sama Bapak.
Wokowula: Astaga kau pu telor. Nama saya Wokowula, bukan Astaga! Saya ni rambut su putih. Jangan main gila dengan saya e?!

Kecuali SAYA
PULANG dari kunjungan ke desa bersama rombongan bupati, Niko cerita ke Niki:
Niko: Oi, tadi, pas naik jalan kaki di tanjakan, tiba-tiba ada yang jatuh terguling. Semua orang tertawa ngeri-ngeri, kecuali saya.
Niki: Kenapa? Kau kasian dengan yang jatuh ko?
Niko: Tida, teman... Yang jatuh tu saya.

Moan jaga UWOK
SAAT diketahui ada aktivitas vulkanologis di Gunung Api Egon dan Gunung Api Rokatenda, Pemda memanggil dua orang penjaga gunung atau moan jaga uwok (= uap/asap) dari masing-masing gunung dan Moan Wokowula sebagai tokoh masyarakat untuk diskusi bersama vulkanolog dari ITB Bandung. Usai diskusi, ketiganya minum moke sampai mabuk di sebuah warung RW.
Moan Egon: Supaya kamu tahu, saya ini Moan Jaga Uwok di Egon. Egon meletus tapi manusia selamat, karena sudah saya pagar.
Moan Rokatenda: Supaya kamu tahu, saya juga Moan Jaga Uwok di Rokatenda. Tapi dia tidak akan meletus karena sudah saya jampi-jampi.
Moan Wokowula: Supaya kamu dua tahu, sayalah tukang buat uwok itu. Kamu enak, karena saya lagi malas.

DUDUK di aspal
NAIK oto sore-sore dari desa ke kota, Si Kecil Lado terheran-heran lihat di sepanjang jalan ada orang-orang duduk rame-rame di badan jalan aspal. Terdorong rasa ingin tahu, dia tanya ke bapaknya Jose.
Lado: Baba we, kenapa orang senang duduk di aspal?
Jose: Sore begini udara dingin.
Lado: Pake jeket to? Kenapa harus duduk di aspal macam mereka punya bale-bale?
Jose: Anak, kalau sore aspalnya panas. Mereka kasi hangat mereka punya 'barang.'

BULOK (bule lokal)
SAMBIL menyusuri trotoar dari Patung Tekaiku ke Stasiun Radio Suara Sikka, Moat Wokowula dan Moalaki Jose ngobrol asyik matipunya. Tiba depan Kantor Pos, Jose diam menganga heran sambil liat seseorang sedang isi surat di kotak pos.
Jose: Teman, kau bisa Inggris sedikit to, coba kau ajak itu turis omong ka...
Wokowula : (memandang heran ke Jose) 'Mana turisnya?'
Jose: Itu tu, yang putih tinggi gaga-gaga tu... Nah itu pas dia ketawa tu...
Wokowula : 'Gila kau Jose, itu tu bura wulan dari Wolomude. Albino, tau?'


Ayam dari MAMA
NIKO diam-diam telan air liur waktu dengar teman-temannya cerita bagaimana mereka dijamu oleh warga desa, saat dampingi bupati berkunjung ke desa.
Besoknya ada kunjungan lagi. Niko ikut.
Sayangnya, desa yang dikunjungi saat itu adalah desa yang tertimpa bencana, sehingga tak ada 'perjamuan istimewa.'
Sore-sore, saat rombongan bupati mau pulang, Niko ke belakang mau pipis. Saat itu, di dekat dapur yang apinya menyala bagus, dilihatnya seorang Mama Tua sedang menangkap seekor ayam jantan besar. Niko spontan bertindak.
Niko: Mama jangan potong! Mama jangan potong!! Kami su mau pulang...
Mama Tua: Tida, Nak. Mama hanya mau kasi nae ini ayam ke kandang ka...
(bersambung ke MATI KETAWA SARA SIKKA)

Tidak ada komentar: