Laporan Humas Sikka, Spirit NTT, 3-9 Maret 2008
JUMAT, 14 Januari 2008. Halaman gedung agung itu seakan dibentangi permadani hijau pada areal kantor terluas di Kabupaten Sikka. Beberapa pohon kelapa yang tumbuh di halaman depan gedung kula babong DPRD Sikka itu menjadi tidak menarik sebagai obyek tatapan mata, termasuk kemewahan artistik bergaya Cina yang terukir sang ahli bangunan pada pagar tembok dan seluruh bangunan gedung itu.
Rerumputan hijau itu hanyalah hiasan sesaat karena selepas musim itu berlalu, yang tertinggal hanyalah kegersangan semata. Sebuah panorama yang tak menyenangkan dan terkadang ikut mengerutkan dahi para pemikir kebijakan; ke-30 anggota wakil rakyat itu. Sejarah kebijakan sudah banyak diabadikan di ruang sidang gedung Dewan itu. Namun halaman kosong yang terhampar di depannya masih tampak seperti sebuah panggung terbuka tanpa penari alam yang mampu mengimbangi indahnya bahasa kebijakan yang dihasilkan.
Pagi itu, 14 Januari, ada delapan belas anggota DPRD Sikka berada di sana. Mereka adalah Anggota Kaukus Lingkungan Hidup, sebuah peguyuban ekstra parlementer yang dibentuk untuk memperjuangkan perbaikan masalah lingkungan.
Mereka berada di sana dalam aksi penanaman pohon. Seperti mengayunkan penah untuk sebuah memorandum, mereka bergerak dalam aksi penghijauan kota dengan menanam 1.000 (seribu) anakan dari beberapa jenis pohon antara lain nimba, mahoni, jati putih, glodokan, cendana dan anakan dari beberapa jenis kayu lokal asal wilayah tana ai seperti bayam/ipir, ara nana, nahar, suren dan pohon peneduh lainnya. Selain sebagai peneduh, pohon-pohon itu juga ditanam untuk menciptakan iklim mikro yang dapat mengurangi dampak pemanasan global. Aksi itu secara resmi dibuka Ketua DPRD Sikka Drs. AM Keupung.
Sebelumnya Sabtu, 12 Januari, delapan anggota Kaukus Lingkungan Hidup sudah mengawali kegiatan dimaksud dengan melakukan penanaman 250 anakan glodok, mahoni dan nimba. Kesempatan memang tidak datang dua kali. Menunda penanaman pohon pada tahun tikus ini sama halnya dengan memperpanjang dua atau tiga tahun masa kegersangan di halaman gedung dewan itu. Tentu saja kenyataan itu akan mengundang cibir.
Semangat para anggota Kaukus ini patut kita acungkan jempol karena mencerminkan perjuangan para praja dalam membangun kota menjadi rumah hunian yang sejuk dan nyaman. Koordinator Kaukus Ir. Rafael Raga mengatakan, penanamn pohon ini merupakan wujud bangun praja lingkungan untuk mengurangi bahaya pemanasan global dan efek rumah kaca yang kian mengganggu kehidupan manusia.
Aksi ini juga menurut Rafael dilakukan sebagai dukungan bagi perjuangan meraih Adipura untuk Kota Maumere. Seperti dilansir harian Flores Pos (16/1/2008), Moat Raga asal Tana Ai ini juga menandaskan bahwa pohon yang ditanam ke delapan-belas wakil rakyat itu akan diwariskan sebagai pohon kenangan kepada generasi Sikka yang akan datang.
Peguyuban pemerhati lingkungan hidup intra parlemen, Kaukus Lingkungan Hidup, telah terbentuk setahun yang lalu. Kehadiran peguyuban ini diidamkan dapat memberikan inspirasi bagi upaya perbaikan lingkungan hidup dan memprakarsai lahirnya berbagai kebijakan terkait pengelolaan lingkungan.
Beberapa sumber yang menyaksikan aktivitas anggota Kaukus tanggal 14 Januari 2008 itu menyatakan dukungan mereka. Agustinus Nong, Ketua DPC Partai Bela Negara dan Ketua BPD Desa Sikka tercatat sebagai orang pertama mengacungkan jempol memuji Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Sikka.
Menurut relawan radio keluarga Rogate FM tersebut, aksi semacam itu adalah wujud paling konkrit bangun praja lingkungan yang harus dipupuk dan dikembangkan di lingkungan parlemen. Gebrakan yang bisa ditiru oleh masyarakat.
Bahkan menurut Agus, bila halaman gedungnya terasa sejuk dan nyaman maka berbagai kebijakan yang lahir di sana akan terasa lebih sebagai penawar persoalan masyarakat dan tidak kontroversial.
Redaksi SPIRIT NTT menerima laporan dari Ir. Rafael Raga selaku Koordinator Kaukus bahwa agenda hari itu dilanjutkan dengan acara diskusi tentang pemanasan global, fungsi keanekaragaman hayati, hujan asam dan pembalakan liar (illegal loging).
Narasumber yang berhasil diundang hadir pada Hajatan Kaukus Lingkungan Hidup ketika itu adalah Kepala Dinas Lingktamben Drs. Julius Lawotan, Jo Marie A Libarnes (VSO Inggris).
Kadis Lingktamben, Julius Lawotan, mengatakan, gebrakan kaukus ini merupakan support terhadap program yang telah ditargetkan Dinas Lingktamben dalam kerangka wujud bangun praja lingkungan, penanggulangan pemanasan global, kota adipura, dan menyongsong HUT Emas DPRD Sikka pada pertengahan tahun ini. (el)
Rerumputan hijau itu hanyalah hiasan sesaat karena selepas musim itu berlalu, yang tertinggal hanyalah kegersangan semata. Sebuah panorama yang tak menyenangkan dan terkadang ikut mengerutkan dahi para pemikir kebijakan; ke-30 anggota wakil rakyat itu. Sejarah kebijakan sudah banyak diabadikan di ruang sidang gedung Dewan itu. Namun halaman kosong yang terhampar di depannya masih tampak seperti sebuah panggung terbuka tanpa penari alam yang mampu mengimbangi indahnya bahasa kebijakan yang dihasilkan.
Pagi itu, 14 Januari, ada delapan belas anggota DPRD Sikka berada di sana. Mereka adalah Anggota Kaukus Lingkungan Hidup, sebuah peguyuban ekstra parlementer yang dibentuk untuk memperjuangkan perbaikan masalah lingkungan.
Mereka berada di sana dalam aksi penanaman pohon. Seperti mengayunkan penah untuk sebuah memorandum, mereka bergerak dalam aksi penghijauan kota dengan menanam 1.000 (seribu) anakan dari beberapa jenis pohon antara lain nimba, mahoni, jati putih, glodokan, cendana dan anakan dari beberapa jenis kayu lokal asal wilayah tana ai seperti bayam/ipir, ara nana, nahar, suren dan pohon peneduh lainnya. Selain sebagai peneduh, pohon-pohon itu juga ditanam untuk menciptakan iklim mikro yang dapat mengurangi dampak pemanasan global. Aksi itu secara resmi dibuka Ketua DPRD Sikka Drs. AM Keupung.
Sebelumnya Sabtu, 12 Januari, delapan anggota Kaukus Lingkungan Hidup sudah mengawali kegiatan dimaksud dengan melakukan penanaman 250 anakan glodok, mahoni dan nimba. Kesempatan memang tidak datang dua kali. Menunda penanaman pohon pada tahun tikus ini sama halnya dengan memperpanjang dua atau tiga tahun masa kegersangan di halaman gedung dewan itu. Tentu saja kenyataan itu akan mengundang cibir.
Semangat para anggota Kaukus ini patut kita acungkan jempol karena mencerminkan perjuangan para praja dalam membangun kota menjadi rumah hunian yang sejuk dan nyaman. Koordinator Kaukus Ir. Rafael Raga mengatakan, penanamn pohon ini merupakan wujud bangun praja lingkungan untuk mengurangi bahaya pemanasan global dan efek rumah kaca yang kian mengganggu kehidupan manusia.
Aksi ini juga menurut Rafael dilakukan sebagai dukungan bagi perjuangan meraih Adipura untuk Kota Maumere. Seperti dilansir harian Flores Pos (16/1/2008), Moat Raga asal Tana Ai ini juga menandaskan bahwa pohon yang ditanam ke delapan-belas wakil rakyat itu akan diwariskan sebagai pohon kenangan kepada generasi Sikka yang akan datang.
Peguyuban pemerhati lingkungan hidup intra parlemen, Kaukus Lingkungan Hidup, telah terbentuk setahun yang lalu. Kehadiran peguyuban ini diidamkan dapat memberikan inspirasi bagi upaya perbaikan lingkungan hidup dan memprakarsai lahirnya berbagai kebijakan terkait pengelolaan lingkungan.
Beberapa sumber yang menyaksikan aktivitas anggota Kaukus tanggal 14 Januari 2008 itu menyatakan dukungan mereka. Agustinus Nong, Ketua DPC Partai Bela Negara dan Ketua BPD Desa Sikka tercatat sebagai orang pertama mengacungkan jempol memuji Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Sikka.
Menurut relawan radio keluarga Rogate FM tersebut, aksi semacam itu adalah wujud paling konkrit bangun praja lingkungan yang harus dipupuk dan dikembangkan di lingkungan parlemen. Gebrakan yang bisa ditiru oleh masyarakat.
Bahkan menurut Agus, bila halaman gedungnya terasa sejuk dan nyaman maka berbagai kebijakan yang lahir di sana akan terasa lebih sebagai penawar persoalan masyarakat dan tidak kontroversial.
Redaksi SPIRIT NTT menerima laporan dari Ir. Rafael Raga selaku Koordinator Kaukus bahwa agenda hari itu dilanjutkan dengan acara diskusi tentang pemanasan global, fungsi keanekaragaman hayati, hujan asam dan pembalakan liar (illegal loging).
Narasumber yang berhasil diundang hadir pada Hajatan Kaukus Lingkungan Hidup ketika itu adalah Kepala Dinas Lingktamben Drs. Julius Lawotan, Jo Marie A Libarnes (VSO Inggris).
Kadis Lingktamben, Julius Lawotan, mengatakan, gebrakan kaukus ini merupakan support terhadap program yang telah ditargetkan Dinas Lingktamben dalam kerangka wujud bangun praja lingkungan, penanggulangan pemanasan global, kota adipura, dan menyongsong HUT Emas DPRD Sikka pada pertengahan tahun ini. (el)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar