Laporan Julianus Akoit, Spirit NTT, 3-9 Maret 2008
KEFAMENANU, SPIRIT-- Berinvestasi di sepanjang garis perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU/RI) - Districk Ambenu (Oecusse, Timor Leste), sangat menjanjikan. Kini, 58 orang investor asal Australia, Selandia Baru, Taiwan, Singapura dan Jakarta melirik peluang di perbatasan setempat.
Keinginan berinvestasi ini terungkap ketika mereka mengadakan pertemuan dengan Secretario Estado Region Autonomia Oecusse (Menteri Muda Otonomi Oecusse--Red), Jorge da Cruz Teme, di Tapal Batas Napan, Senin (25/2/2008) petang.
Pertemuan itu difasilitasi Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten TTU, Benediktus H Gildus Bone, dan beberapa pengusaha dari Dili, Atambua, SoE dan Kupang. "Hari Senin (25/2/2008) petang ada 58 investor bertemu dengan Secretario Estado Region Autonomia Oecusse, Jorge da Cruz Teme, di Tapal Batas Napan," jelas Gildus Bone di Kefamenanu, Rabu (26/2/2008).
Para investor itu berasal dari Australia, Selandia Baru, Taiwan, Singapura dan Jakarta. "Turut hadir para pengusaha lokal dari Dili, Atambua, Kefamenanu, SoE dan Kupang," tambah Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, Menteri Muda Otonomi Oecusse, Jorge da Cruz Teme, mengatakan sangat terharu sekaligus antusias atas niat baik investor menanamkan modalnya di sepanjang garis perbatasan Kabupaten TTU-Districk Oecusse.
"Pak Menteri Muda Otonomi Oecusse mengaku dengan jujur bahwa ia terharu menerima perhatian dari para investor dan pengusaha asal Indonesia, Australia, Selandia Baru, Taiwan dan Singapura. Ia berjanji akan memangkas regulasi yang dianggap merugikan kiprah investor dalam menanamkan modal di sepanjang wilayah perbatasan," jelas Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, investor asal Australia sudah menyanggupi membangun fasilitas dan jaringan listrik tenaga angin di Districk Oecusse, Timor Leste. "Sedangkan investor dari Taiwan dan Singapura melirik usaha pengembangan ternak sapi timor secara besar-besaran. Dan investor asal Jakarta mengembangkan usaha pertanian lahan kering dengan pembudidayaan tanaman kedelai dan kacang hijau sebanyak ribuan hektar," jelas Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, disepakati penanaman modal menggunakan pendekatan berbasis kemasyarakatan. "Maksudnya tidak hanya investor yang untung tapi juga masyarakat menikmatinya karena dilibatkan dalam proyek tersebut secara langsung. Dengan begitu pendapatan ekonomi masyarakat di perbatasan secara signifikan berubah menjadi lebih baik dari sekarang," ungkap Gildus Bone.
Ditambahkannya, dalam waktu dekat akan dilakukan pertemuan serupa yang lebih intensif untuk membicarakan hal yang lebih teknis guna merealisasikan rencana investasi itu. "Paling lama enam bulan ke depan akan diadakan pertemuan serupa di Kota Oecusse guna membicarakan hal yang prinsipil dan teknis terkait rencana investasi tersebut," tukasnya. *
Keinginan berinvestasi ini terungkap ketika mereka mengadakan pertemuan dengan Secretario Estado Region Autonomia Oecusse (Menteri Muda Otonomi Oecusse--Red), Jorge da Cruz Teme, di Tapal Batas Napan, Senin (25/2/2008) petang.
Pertemuan itu difasilitasi Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten TTU, Benediktus H Gildus Bone, dan beberapa pengusaha dari Dili, Atambua, SoE dan Kupang. "Hari Senin (25/2/2008) petang ada 58 investor bertemu dengan Secretario Estado Region Autonomia Oecusse, Jorge da Cruz Teme, di Tapal Batas Napan," jelas Gildus Bone di Kefamenanu, Rabu (26/2/2008).
Para investor itu berasal dari Australia, Selandia Baru, Taiwan, Singapura dan Jakarta. "Turut hadir para pengusaha lokal dari Dili, Atambua, Kefamenanu, SoE dan Kupang," tambah Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, Menteri Muda Otonomi Oecusse, Jorge da Cruz Teme, mengatakan sangat terharu sekaligus antusias atas niat baik investor menanamkan modalnya di sepanjang garis perbatasan Kabupaten TTU-Districk Oecusse.
"Pak Menteri Muda Otonomi Oecusse mengaku dengan jujur bahwa ia terharu menerima perhatian dari para investor dan pengusaha asal Indonesia, Australia, Selandia Baru, Taiwan dan Singapura. Ia berjanji akan memangkas regulasi yang dianggap merugikan kiprah investor dalam menanamkan modal di sepanjang wilayah perbatasan," jelas Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, investor asal Australia sudah menyanggupi membangun fasilitas dan jaringan listrik tenaga angin di Districk Oecusse, Timor Leste. "Sedangkan investor dari Taiwan dan Singapura melirik usaha pengembangan ternak sapi timor secara besar-besaran. Dan investor asal Jakarta mengembangkan usaha pertanian lahan kering dengan pembudidayaan tanaman kedelai dan kacang hijau sebanyak ribuan hektar," jelas Gildus Bone.
Dalam pertemuan itu, disepakati penanaman modal menggunakan pendekatan berbasis kemasyarakatan. "Maksudnya tidak hanya investor yang untung tapi juga masyarakat menikmatinya karena dilibatkan dalam proyek tersebut secara langsung. Dengan begitu pendapatan ekonomi masyarakat di perbatasan secara signifikan berubah menjadi lebih baik dari sekarang," ungkap Gildus Bone.
Ditambahkannya, dalam waktu dekat akan dilakukan pertemuan serupa yang lebih intensif untuk membicarakan hal yang lebih teknis guna merealisasikan rencana investasi itu. "Paling lama enam bulan ke depan akan diadakan pertemuan serupa di Kota Oecusse guna membicarakan hal yang prinsipil dan teknis terkait rencana investasi tersebut," tukasnya. *





Tidak ada komentar:
Posting Komentar