Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008
KABUPATEN Alor terus mendunia melalui berbagai bentuk promosinya. Jika pada Expo Alor I-V yang berlangsung sejak tahun 2002 lalu masih berkutat pada tenun ikat dan tenun songket, maka pada Expo Alor VI di tahun 2007 ini, berlangsung dengan menampilkan berbagai aneka kerajinan bambu. Hal ini sebagaimana tema sentral expo yakni 'Alor Ruas Bambu Ruang Investasi Dunia.'
Ruas bambu merupakan simbol dari kehidupan yang multidimensi di Kabupaten Alor. Di dalam ruas bambu tersedia ruang bagi para investor atau pengusaha untuk berinvestasi di daerah ini. Itulah inti dari arti thema Expo Alor VI Tahun 2007.
Momentum expo yang berlangsung sejak 4-8 Agustus 2007 lalu, diisi dengan pameran aneka kerajinan bambu seperti tempat tidur, meubel dan asersoris lainnya.
Selain menampilkan aneka kerajinan bambu, para peserta expo yang berasal dari 17 kecamatan di Kabupaten Alor juga mempertontonkan berbagai produk potensi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan pertambangan.
Selain itu, para peserta juga memperagakan berbagai kesenian daerahnya masing-masing kepada para wisatawan perahu layar dari Sail Indonesia 2007 yang menyinggahi Alor serta para wisatawan nusantara lainnya.
Dalam expo kali ini, pihak Graha Budaya Indonesia (GBI) asal Tokyo Jepang juga tak mau ketinggalan. Tuan Seichi Okawa bersama crewnya nekat datang dari Jepang guna mengambil bagian untuk mengapresiasi Expo Alor VI Tahun 2007 dengan membuka standnya yang menampilkan berbagai produk yang terbuat dari arang bambu dan serat bambu.
Dalam expo kali ini juga ada sejumlah kegiatan untuk memeriahkan expo kali ini yakni Lomba Panahan Putra yang dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara, lomba Panahan Putri yang dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur Laut. Lomba Gasing yang dimenangkan Kecamatan Pantar Barat dan Alor Selatan.
Lomba Pemilihan Pohon Tertua dimenangkan oleh Desa Kafekbekak dari Kecamatan Alor Tengah Utara dan Kelurahan Kolana Utara dari Kecamatan Alor Timur serta Desa Air Mancur dari Kecamatan Alor Timur Laut.
Lomba Asah Terampil dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara dan Pantar Barat. Lomba Proses Tenun dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat Laut, Lomba Pewarnaan Benang dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur Laut.
Lomba Proses Kapas Menjadi Benang dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat Laut. Lomba Tenun Ikat Terbaik dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat dan Lomba Tenun Songket dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur.
Lomba Meubel Bambu Terbaik dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara, Lomba Stand Terbaik diraih Kecamatan Alor Barat Daya. Lomba Meniup Seruling dimenangkan oleh Kecamatan Lembur serta pemilihan Duta Wisata Alor tahun 2007 yang berhasil menetapkan Lasarus Atamau dan Helsiana Balol.
Pembukaan Expo Alor VI tahun 2007 ditandai dengan pemukulan bambu dan penandatanganan prasasti oleh mantan Plt Sekda NTT, Pratini Hardjokusumo, SH di Stadion Mini Kalabahi mewakili Wagub NTT, Drs. Frans Lebu Raya, yang berhalangan hadir.
Usai membuka kegiatan yang disambut dengan berbagai dentuman meriam bambu dari berbagai sudut stadion mini, Partini bersama Bupati Alor dan para unsur pimpinan daerah meninjau semua stand pameran expo dari 17 kecamatan, dinas kemakmuran, BUMN-BUMD serta swasta dan BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) Propinsi NTT yang juga berkenan membuka stand pamerannya pada ajang expo kali ini di Kalabahi.
Pelaksanaan expo yang berlangsung dalam suasana yang aman dan nyaman tersebut, sejak pagi hingga malam dipadati oleh ribuan pengunjung.
Expo ini juga menghadirkan sejumlah penyanyi ternama dan juga digelar Fashion Show hasil perancang nasional Oscar Lawalata yang mendesain 16 model rancangan pakaian dengan bahan kainnya adalah tenunan Alor berbagai motif.
Hasil rancangan tersebut kemudian diperagakan oleh 10 orang perempuan Kabupaten Alor. Momentum expo juga diwarnai dengan kegiatan seminar sehari tentang kontribusi perempuan dalam penguatan budaya bangsa dengan menghadirkan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono dan Guru Besar dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. Alo Liliweri, M.Si, di Hotel Nusa Kenari Indah Kalabahi.
Selain seminar sehari, di moment expo juga diadakan peluncuran Buku Jurnal Litbang Bappeda Alor, Buku Profil Perempuan Kabupaten Alor Tahun 2004 dan peresmian Mobil Taman Baca Masyarakat dan peresmian Gedung Perpustakaan Daerah. (bentara com)
Memikat 362 wisatawan
Ruas bambu merupakan simbol dari kehidupan yang multidimensi di Kabupaten Alor. Di dalam ruas bambu tersedia ruang bagi para investor atau pengusaha untuk berinvestasi di daerah ini. Itulah inti dari arti thema Expo Alor VI Tahun 2007.
Momentum expo yang berlangsung sejak 4-8 Agustus 2007 lalu, diisi dengan pameran aneka kerajinan bambu seperti tempat tidur, meubel dan asersoris lainnya.
Selain menampilkan aneka kerajinan bambu, para peserta expo yang berasal dari 17 kecamatan di Kabupaten Alor juga mempertontonkan berbagai produk potensi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan pertambangan.
Selain itu, para peserta juga memperagakan berbagai kesenian daerahnya masing-masing kepada para wisatawan perahu layar dari Sail Indonesia 2007 yang menyinggahi Alor serta para wisatawan nusantara lainnya.
Dalam expo kali ini, pihak Graha Budaya Indonesia (GBI) asal Tokyo Jepang juga tak mau ketinggalan. Tuan Seichi Okawa bersama crewnya nekat datang dari Jepang guna mengambil bagian untuk mengapresiasi Expo Alor VI Tahun 2007 dengan membuka standnya yang menampilkan berbagai produk yang terbuat dari arang bambu dan serat bambu.
Dalam expo kali ini juga ada sejumlah kegiatan untuk memeriahkan expo kali ini yakni Lomba Panahan Putra yang dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara, lomba Panahan Putri yang dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur Laut. Lomba Gasing yang dimenangkan Kecamatan Pantar Barat dan Alor Selatan.
Lomba Pemilihan Pohon Tertua dimenangkan oleh Desa Kafekbekak dari Kecamatan Alor Tengah Utara dan Kelurahan Kolana Utara dari Kecamatan Alor Timur serta Desa Air Mancur dari Kecamatan Alor Timur Laut.
Lomba Asah Terampil dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara dan Pantar Barat. Lomba Proses Tenun dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat Laut, Lomba Pewarnaan Benang dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur Laut.
Lomba Proses Kapas Menjadi Benang dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat Laut. Lomba Tenun Ikat Terbaik dimenangkan oleh Kecamatan Pantar Barat dan Lomba Tenun Songket dimenangkan oleh Kecamatan Alor Timur.
Lomba Meubel Bambu Terbaik dimenangkan oleh Kecamatan Teluk Mutiara, Lomba Stand Terbaik diraih Kecamatan Alor Barat Daya. Lomba Meniup Seruling dimenangkan oleh Kecamatan Lembur serta pemilihan Duta Wisata Alor tahun 2007 yang berhasil menetapkan Lasarus Atamau dan Helsiana Balol.
Pembukaan Expo Alor VI tahun 2007 ditandai dengan pemukulan bambu dan penandatanganan prasasti oleh mantan Plt Sekda NTT, Pratini Hardjokusumo, SH di Stadion Mini Kalabahi mewakili Wagub NTT, Drs. Frans Lebu Raya, yang berhalangan hadir.
Usai membuka kegiatan yang disambut dengan berbagai dentuman meriam bambu dari berbagai sudut stadion mini, Partini bersama Bupati Alor dan para unsur pimpinan daerah meninjau semua stand pameran expo dari 17 kecamatan, dinas kemakmuran, BUMN-BUMD serta swasta dan BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) Propinsi NTT yang juga berkenan membuka stand pamerannya pada ajang expo kali ini di Kalabahi.
Pelaksanaan expo yang berlangsung dalam suasana yang aman dan nyaman tersebut, sejak pagi hingga malam dipadati oleh ribuan pengunjung.
Expo ini juga menghadirkan sejumlah penyanyi ternama dan juga digelar Fashion Show hasil perancang nasional Oscar Lawalata yang mendesain 16 model rancangan pakaian dengan bahan kainnya adalah tenunan Alor berbagai motif.
Hasil rancangan tersebut kemudian diperagakan oleh 10 orang perempuan Kabupaten Alor. Momentum expo juga diwarnai dengan kegiatan seminar sehari tentang kontribusi perempuan dalam penguatan budaya bangsa dengan menghadirkan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono dan Guru Besar dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. Alo Liliweri, M.Si, di Hotel Nusa Kenari Indah Kalabahi.
Selain seminar sehari, di moment expo juga diadakan peluncuran Buku Jurnal Litbang Bappeda Alor, Buku Profil Perempuan Kabupaten Alor Tahun 2004 dan peresmian Mobil Taman Baca Masyarakat dan peresmian Gedung Perpustakaan Daerah. (bentara com)
Memikat 362 wisatawan
PAGELARAN expo selain sebagai media promosi, tetapi juga bisa menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menurut Ketua Umum Panitia Expo Alor VI, Drs. Amin Dopu, Expo Alor lahir dari pergumulan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mempromosikan dan membangun jaringan kerja sama dengan pihak lain, baik secara kelembagaan maupun individual.
Jaringan kerja sama ini dibangun untuk membina, memberdayakan dan melestarikan nilai-nilai budaya dan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) untuk ditumbuh-kembangkan. Pergumulan masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) ini kemudian terkristalisasi dalam bentuk Expo Kerajinan Alor (EKA) I tahun 2002.
Momentum EKA ini dijadikan sebagai media promisi bagi pelestarian dan pengembangan seni budaya dan kerajinan Alor. Output dari pelaksanaan EKA tersebut adalah terjalinnya kerja sama Pemda Alor dengan Graha Budaya Indonesia (GBI) di Jepang yang dinahkodai Tuan Seichi Okawa.
Kerja sama ini kemudian membuka pintu yang lebar bagi masuknya para investor baru untuk menanamkan modalnya dan berinvestasi di daerah. Apalagi, kata Amin Dopu, otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas bagi pemda dan masyarakatnya untuk mengurusi daerahnya masing-masing, sehingga kita harus memiliki kiat yang jitu guna menarik investor. Ini suatu pekerjaan yang tidak ringan, membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sangat tinggi untuk menarik investor.
Di samping itu, penciptaan kondisi yang aman dan nyaman merupakan faktor utama yang harus dipenuhi agar investor dan wisatawan bisa betah tinggal di negeri sejuta kenari ini.
Expo Alor VI yang berlangsung pada 4-8 Agustus 2007 tersebut mampu memikat 362 orang wisatawan yang berasal dari 19 negara yang datang dalam suatu rombongan Sail Indonesia 2007 dengan menggunakan 127 Kapal layar dari Darwin menuju Batam dengan menyinggahi 8 Propinsi, 3 kabupaten dan 3 Kota di Indonesia termasuk Kabupaten Alor.
Momentum Expo Alor VI, jelas Amin Dopu ketika membaca laporan panitia pada pembukaan Expo Sabtu (4/8/2007) dan pada penutupan Expo pada Rabu (8/8/2007) lalu, memiliki lima tujuan utama.
Kelima tujuan expo adalah, pertama, memprsentasikan secara langsung peluang investasi di daerah ini kepada investor.
Kedua, menyebarluaskan informasi potensi investasi dan peluang bisnis ke berbagai daerah, bahkan keluar negeri bahwa Kabupaten Alor sebagai pulau terluar yang berbatasan laut langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Ketiga, sebagai media untuk menjelaskan kepada calon investor bahwa Kabupaten Alor yang terdiri dari 15 pulau memiliki SDA yang kaya, memiliki potensi seni budaya dan pariwisata serta produk kerajinan.
Keempat, meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara. Sasaran yang tercapai dalam event expo ini, jelas Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Sekda) ini, adalah tereksposenya peluang investasi, terjadinya transaksi dalam bidang investasi antara peserta pameran dengan pengusaha atau calon investor, meningkatnya arus investasi dan wisatawan ke Kabupaten Alor. Kelima, terciptanya lapangan kerja baru.
Hasilnya, kata Amin Dopu, pada event expo kali ini, dalam catatan panitia terungkap bahwa terjadi transaksi jual beli antara pengusaha dengan stand-stand pameran sebesar Rp 125.350.000, pendapatan pedagang kaki lima PKL) sebesar Rp 42.534.000, pendapatan PKL di Pantai Dulionong sebesar Rp 24 juta lebih. Pembelian bambu kepada masyarakat sebesar Rp 125 juta, dan meningkatnya arus penumpang dari Kupang-Alor mencapai 200 orang.
Kegiatan expo ini juga diliput oleh berbagai reporter media elektronik stasiun televisi dan wartawan dari berbagai media cetak di tanah air. (bentara.com)
Menurut Ketua Umum Panitia Expo Alor VI, Drs. Amin Dopu, Expo Alor lahir dari pergumulan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mempromosikan dan membangun jaringan kerja sama dengan pihak lain, baik secara kelembagaan maupun individual.
Jaringan kerja sama ini dibangun untuk membina, memberdayakan dan melestarikan nilai-nilai budaya dan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) untuk ditumbuh-kembangkan. Pergumulan masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) ini kemudian terkristalisasi dalam bentuk Expo Kerajinan Alor (EKA) I tahun 2002.
Momentum EKA ini dijadikan sebagai media promisi bagi pelestarian dan pengembangan seni budaya dan kerajinan Alor. Output dari pelaksanaan EKA tersebut adalah terjalinnya kerja sama Pemda Alor dengan Graha Budaya Indonesia (GBI) di Jepang yang dinahkodai Tuan Seichi Okawa.
Kerja sama ini kemudian membuka pintu yang lebar bagi masuknya para investor baru untuk menanamkan modalnya dan berinvestasi di daerah. Apalagi, kata Amin Dopu, otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas bagi pemda dan masyarakatnya untuk mengurusi daerahnya masing-masing, sehingga kita harus memiliki kiat yang jitu guna menarik investor. Ini suatu pekerjaan yang tidak ringan, membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sangat tinggi untuk menarik investor.
Di samping itu, penciptaan kondisi yang aman dan nyaman merupakan faktor utama yang harus dipenuhi agar investor dan wisatawan bisa betah tinggal di negeri sejuta kenari ini.
Expo Alor VI yang berlangsung pada 4-8 Agustus 2007 tersebut mampu memikat 362 orang wisatawan yang berasal dari 19 negara yang datang dalam suatu rombongan Sail Indonesia 2007 dengan menggunakan 127 Kapal layar dari Darwin menuju Batam dengan menyinggahi 8 Propinsi, 3 kabupaten dan 3 Kota di Indonesia termasuk Kabupaten Alor.
Momentum Expo Alor VI, jelas Amin Dopu ketika membaca laporan panitia pada pembukaan Expo Sabtu (4/8/2007) dan pada penutupan Expo pada Rabu (8/8/2007) lalu, memiliki lima tujuan utama.
Kelima tujuan expo adalah, pertama, memprsentasikan secara langsung peluang investasi di daerah ini kepada investor.
Kedua, menyebarluaskan informasi potensi investasi dan peluang bisnis ke berbagai daerah, bahkan keluar negeri bahwa Kabupaten Alor sebagai pulau terluar yang berbatasan laut langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Ketiga, sebagai media untuk menjelaskan kepada calon investor bahwa Kabupaten Alor yang terdiri dari 15 pulau memiliki SDA yang kaya, memiliki potensi seni budaya dan pariwisata serta produk kerajinan.
Keempat, meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara. Sasaran yang tercapai dalam event expo ini, jelas Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Sekda) ini, adalah tereksposenya peluang investasi, terjadinya transaksi dalam bidang investasi antara peserta pameran dengan pengusaha atau calon investor, meningkatnya arus investasi dan wisatawan ke Kabupaten Alor. Kelima, terciptanya lapangan kerja baru.
Hasilnya, kata Amin Dopu, pada event expo kali ini, dalam catatan panitia terungkap bahwa terjadi transaksi jual beli antara pengusaha dengan stand-stand pameran sebesar Rp 125.350.000, pendapatan pedagang kaki lima PKL) sebesar Rp 42.534.000, pendapatan PKL di Pantai Dulionong sebesar Rp 24 juta lebih. Pembelian bambu kepada masyarakat sebesar Rp 125 juta, dan meningkatnya arus penumpang dari Kupang-Alor mencapai 200 orang.
Kegiatan expo ini juga diliput oleh berbagai reporter media elektronik stasiun televisi dan wartawan dari berbagai media cetak di tanah air. (bentara.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar