Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Belajar sebagai hobi

Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008

SALIM Umar hanya dikenal sebagian orang di Kota Waingapu. Tidak banyak memang yang mengenal sosok Salim. Siswa lulusan SMA Negeri 1 Waingapu tahun 2006 ini kini sudah menduduki bangku kuliah di ITB jurusan Kimia. Waktu itu, namanya baru menjadi pembicaraan di kalangan para siswa dan guru setelah Salim kembali membawa pulang medali perunggu dari Jakarta dalam ajang bergengsi Lomba Olimpiade Sains Nasional. Siapa yang menduga kalau Salim mewakili NTT dalam Lomba Olimpiade Sains Nasional tersebut? Berikut ini hasil bincang-bincang Waingapu.Com dengan Salim Umar di Waingapu belum lama ini.
Salim, bagaimana ceritanya sehingga Anda bisa meraih prestasi yang mengharumkan Sumba Timur di tingkat nasional?
Waktu itu saya mewakili SMAN 1-Waingapu untuk mengikuti lomba olimpiade sains kimia setelah berhasil lolos seleksi di tingkat sekolah dan kabupaten. Di tingkat propinsi saya berhasil meraih juara dua. Setelah meraih juara dua di propinsi, saya berhak untuk mewakili NTT ke tingkat nasional karena nilai yang saya peroleh berada di atas standar yang ditetapkan oleh tim penguji lomba. Walaupun waktu itu ketika ada pelatihan di tingkat propinsi, saya tidak diikutsertakan. Waktu itu Dinas Pendidikan Sumba Timur langsung menunjuk siswa yang ke propinsi tanpa ada seleksi terlebih dahulu.
Setelah sampai di tingkat nasional, saya berada pada urutan 21 dari 30 peserta sehingga mendapat medali perunggu. Setelah itu, kami yang 30 peserta tadi kembali ke daerah masing-masing dan satu bulan kemudian dipanggil lagi ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan. Selama satu bulan kami dilatih di Jakarta oleh dosen-dosen UI dan ITB. Setelah itu kami kembali lagi ke daerah masing-masing. Kemudian tiga minggu kemudian kami dipanggil lagi untuk mengikuti seleksi, dan dari hasil seleksi tersebut akan diambil 15 orang. Dari pelaksanaan seleksi tersebut, saya berhasil naik dari urutan 21 menjadi urutan 12, kemudian pada seleksi berikutnya lagi saya menduduki peringkat 9.
Bagaimana proses penilaian lomba ditingkat nasional tersebut?
Waktu itu ada dua sesi penilaian, yaitu menjawab soal-soal teorikal dan mengerjakan praktikum. Dan bobot soalnya bukan materi SMA lagi tapi sudah materi-materi kuliah.
Bagaimana proses belajar untuk mempersiapkan diri dalam dalam lomba tersebut?
Waktu itu Pak Putu (guru kimia SMA N 1 Waingapu, Red) mendidik saya untuk menghabiskan materi-materi SMA sehingga waktu kelas dua materi-materi tersebut sudah saya selesaikan. Kemudian waktu yang sisa tersebut digunakan oleh Pak Putu untuk memberikan materi-materi kuliah dan mengerjakan soal-soal latihan olimpiade sains tahun-tahun sebelumnya.
Salim mengikuti jejak kakak kandungnya, Sonia, yang juga pernah mengikuti Lomba Olimpiade Sains Nasional tahun 2004 di Pekanbaru. Meski Sonia tidak berhasil membawa pulang medali, tapi sang kakak bangga memiliki adik seperti Salim. Sekarang Sonia sedang menempuh kuliah di Universitas Indonesia jurusan kimia.
Perjuangan Salim mengikuti lomba olimpiade tersebut tidak lepas dari dukungan guru pembimbing dan orang-orang terdekat terutama keluarganya.
Ada cerita menarik di balik perjuagan Salim untuk bisa berangkat ke Jakarta ketika dipanggil untuk mengikuti seleksi tersebut yang dilaksanakan di ITB. Cerita ini dikisahkan oleh ibunya.
Waktu itu Salim ditelepon dari Jakarta agar besok sudah harus berada di Jakarta untuk mengikuti seleksi 15 besar. Saat itu kami tidak memiliki persiapan karena kami bukan orang berkecukupan. Tapi demi membawa nama sekolah dan kabupaten, kami mencari pinjaman uang ke sana kemari hari itu juga. Malamnya saya membeli kain empat meter untuk menjahitkan pakaian yang akan dipakai Salim saat pelaksanaan seleksi tersebut. Saya sendiri yang jahit karena kebetulan saya bisa menjahit. Besoknya, kami berangkat ke bandara dengan menumpangi ojek karena tidak diantar oleh pihak yang seharusnya berkepentingan dengan event tersebut. Tapi tidak apa-apalah, karena dalam keadaan kami yang berkekurangan ini, kami selaku orang tua, dan akak-kakaknya tetap mendukung Salim. Untunglah dengan prestasinya sekarang ini dia bisa membiayai kuliahnya karena adanya beasiswa unggulan yang disediakan dinas pendidikan pusat.
Setelah selesai kuliah nanti di ITB, apakah masih ada keinginan pulang ke Waingapu untuk membangun daerah?
Kalau dilihat dari tawaran dari luar negeri, salah satunya Singapura memang menggiurkan. Tapi saya mempunyai beban moral karena sudah dibiayai oleh Indonesia sehingga saya bisa kuliah saat ini. Lagian saya orang Indonesia dan saya ingin membangun daerah. Tapi sebelum ke sana, saya berkeinginan untuk mempelajari ilmu mereka dulu.
Apa harapan Salim dalam bidang pendidikan di kabupaten Sumba Timur?
Harapan saya adalah agar dinas pendidikan lebih memperhatikan bagaimana menyeleksi para siswa yang akan ikut berlomba, tidak main ambil orang saja seperti yang saya alami waktu itu. Saya juga mengharapkan buat adik-adik SMA agar kegiatan belajar itu tidak dianggap beban. Jadikanlah belajar itu sebagai hobi. (*)

Tidak ada komentar: