Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Batu Cermin menanti sentuhan yang komplit

Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008

MEMANG menjadikan NTT sebagai sebuah destinasi yang komplit dan bersaing bukanlah sesuatu yang mudah.
Alam boleh indah, budaya boleh beranekaragam namun apabila tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka semuanya hanya akan menjadi 'harta karun' terpendam yang tak diketahui kapan akan bisa dieksplorasi.
Meski demikian ada hal yang pasti yang memang jadi kebutuhan saat ini. Bahwa NTT dengan segala keterbatasan yang ada kini telah menjadi penyangga pariwisata Bali.
Inilah kesempatan yang baik untuk menjadi destinasi alternatif, di tengah kejenuhan terhadap Bali. Hal itu bisa dilihat dari volume wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo yang terus mengalami peningkatan. Dalam sebuah kesempatan di Denpasar Kadisparda Kabupaten Manggarai Barat, Stef Ngadi, menjelaskan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo masih didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Perancis, Rusia, Jerman, Amerika dan Belanda. Mereka umumnya menyukai kawasan yang eksotis, yang pernah mereka temukan di Bali pada awal tahun 70-an. Besar kemungkinan, para pelancong itu mulai mencari kawasan serupa ke Indonesia bagian timur, termasuk NTT, lebih khusus lagi Komodo dan Flores, Sumba dan Alor. Apalagi NTT yang dikenal sebagai propinsi kepulauan memiliki potensi wisata alam yang eksotis dengan alam bawah laut terbaik di dunia.
Pemandangan alam bawah laut yang eksotis itu bisa disaksikan juga di Alor, Riung dan perairan Labuan Bajo serta seputaran Komodo dan Rinca. Hingga sekarang kondisinya masih cukup bagus. Hanya beberapa tempat seperti di Riung, Kabupaten Nagekeo yang dulu cukup tersohor menyamai Bunaken di Sulawesi, kini tengah mengalami kemunduran.
Kehidupan koral dan biota laut sudah mulai terganggu akibat ulah penangkap ikan yang menggunakan bahan peledak. Tapi harapan yang cukup menjanjikan adalah bahwa saat ini mulai muncul kesadaran masyarakat untuk melestarikan kondisi bawah laut dengan membentuk berbagai kelompok pencinta biota laut.
NTT juga masih punya segudang obyek wisata alam yang sayang kalau tidak dikunjungi seperti danau tiga warna Kelimutu di Ende, Pantai Lasiana, situs Liang Bua, Rana Mese, Sano Nggoang, Batu Cermin yang senantiasa menanti sentuhan dan jamahan dan Istana Ular di Manggarai Barat.
Pencinta selancar bisa menikmati 9 gulungan ombak di Pantai Nemberala serta menikmati eksotisme bawah laut di Maumere. Sementara makin ke timur ada atraksi pemburuan ikan paus di Lembata dan prosesi Jumat Agung di Larantuka.
Tapi bagaimanapun perkembangan pariwisata di NTT tidak lepas dari sejumlah kendala. Antara lain infrastruktur dan sarana pendukung pariwisata yang masih sangat minim, ditunjang oleh SDM pariwisata yang masih kurang dan lemah serta support pemerintah yang masih setengah hati.
Made Budiman, GM Bintang Flores Hotel, hotel Bintang 4 pertama yang terletak di Labuan Bajo menjelaskan SDM pariwisata di NTT khususnya Manggarai Barat masih perlu ditraning agar bisa berperilaku sebagai orang yang bergerak di sektor pariwisata. Itu memang butuh waktu tapi kita memang harus memulainya.
Para pemimpin di NTT pun, sebaiknya mulai menyadari bahwa di wilayahnya terpendam potensi wisata yang luar biasa. Peluang untuk mengembangkannya terbuka lebar, tinggal sekarang maukah untuk mengembangkannya? (transnusa.com)

Tidak ada komentar: