Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Penting, pendidikan seksualitas remaja

Oleh Ansel Open *
Spirit NTT 4-10 Februari 2008

PADA prinsipnya seks merupakan sesuatu yang nilainya sangat luhur dan suci yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Namun fenomena dewasa ini menunjukkan adanya indikasi semakin banyaknya orang merendahkan dan melecehkan seks dari nilai yang luhur dan suci itu menjadi nilai komersial dan komoditi yang pada akhirnya hanya sebagai pemuas nafsu kebinatangan belaka.
Gejala seperti ini terlihat jelas dewasa ini oleh adanya penyimpangan-penyimpangan dan kasus-kasus seks yang terjadi di mana-mana oleh berbagai tingkatan umur sebagai akibat dari maraknya kebiasaan 'Free Sex.'
Dari budaya free sex inilah muncul berbagai penyakit menular seksual dan permasalahan lain yang pada prinsipnya dapat merendahkan hak-hak seseorang sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang amat mulia dan bermartabat.
Dengan demikian potensi kreasi dan semangat hidup seseorang menjadi lumpah dan tak berdaya, terkapar pada keterbatasan pengatahuan dan pemahaman tentang seks dan kesehatan reproduksi, yang didikuti dengan pantang dan tabuhnya berbicara tentang kesehatan reproduksi dan seks dalam setiap kalangan dewasa ini.
Dengan demikian, maka akan semakin sulit juga upaya dan langkah penanganan kebiasaan free sex di kalangan kaum muda yang adalah pelanjut estafet pembangunan bangsa dan negara.
Dengan demikian, gema rencana pendidikan seks dan kesehatan reproduksi yang ditawar oleh para peneliti, ahli anak dan pihak LSM, adalah langkah obyektif penanggulangan dan pengurangan kebiasaan free sex, selain langkah dan bentuk pendekatan konpherensip dan berkelanjutan yang dibuat oleh orangtua dan keluarga. Tawaran ini positip. Langkah penyadaran anak ke arah itu, mau atau tidak mau, harus dibuat. Maka semestinya semua pihak yang merasa punya kepentingan dalam upaya tumbuh-kembang anak, harus sudah mulai mensikapi, dengan memikirkan mekanisme dan strategi penerapannya.
Tujuan mulia pendidikan seks dan kesehatan reproduksi adalah untuk membantu perkembangan anak sesuai dengan tahapannya, sehingga ia dapat mengintegrasikan seks-nya secara baik, benar dan wajar, karena seks itu sendiri merupakan bagian yang integral dari seluruh hidup manusia yang akan menjadi identitas dan memupuk harga diri dan kehormatan seseorang. Selain itu, pendidikan seksual, juga bertujuan menanamkan pengajaran nilai dan pelaksanaannya.
Dengan demikian pendidikan seks justru bertujuan memasukan nilai-nilai moral seksual ke dalam jiwa anak. Selanjutnya, nilai-nilai yang diperoleh itu disikapi dan ditindaklanjuti sehingga anak dapat membuat pilihan yang selektif, tahu membawa diri dengan bijak agar tidak terjebak dalam problem seks itu sendiri. Kedua dampak dari free sex ini, dampak positif dan negatif harus diketahui dan dipahamai anak.
Untuk itu, pendidikan seks menjadi sangat penting dalam membantu perkembangan kepribadian dan percaya diri anak dalam tahap pendewasaan menuju kemandirian hidup yang ulet dan mampu bersaing di tengah kemajemukan dunia.
Untuk itu seks jangan dianggap sebagai salah satu segi kodrati yang kurang menguntungkan sehingga perlu ditekan atau tidak digunakan sama sekali, apalagi memandangnya dengan penuh kecurigaan dan pra sangka. Dan, kalau dipandang demikian, maka akan mendatangkan hal-hal yang negatif atau kalau ditutup tutupi maka akan mendatangkan rasa ingin tahu yang juga bernilai negatip. Hasilnya kemudian, seks menjadi bahan komersial dan sarana hiburan bagi yang menyukainnya, diexploitasi sedemikian rupa sehingga kehilangan nilai hakikinya.
Dengan demikian, karena seks adalah karunia Tuhan yang sangat suci dan luhur, maka perlu diberi tempat yang sepatutnya dihormati, dihargai dan bukannya sebagai barang yang najis atau mainan pemuas nafsu belaka. Sungguh, peranan seks melampaui semua pandangan yang sempit itu dan oleh dia semua kita menjadi ada.
Untuk itu, dalam segala proses perjalanan pendidikannya, semua kita (pihak), orangtua, guru dan pihak lain, hendaknya kembali kepada tujuan asal dan ke nilai hakiki dari seks itu sendiri.*
* Penulis, Pelaksana Teknis Unit Pelayanan Terpadu Kabupaten Sikka.

Tidak ada komentar: