Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Pemerintah kucurkan program padat karya

Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT 18-24 Februari 2008

WAINGAPU, SPIRIT--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur diharapkan mengucurkan program padat karya untuk membantu para petani yang tanamannya (jagung/padi) rusak akibat hujan deras yang mengguyur selama beberapa hari pekan sebelumnya.
Harapan ini disampaikan Kepala Desa Kiritana dalam Rapat Koordinasi Pamong Praja di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Senin (11/2/2008).
Selain itu, akibat hujan, para nelayan dan nahkoda perahu motor di perairan selatan Sumba Timur (Sumtim) dilarang melaut dan berlayar karena tinggi gelombang laut antara tiga meter sampai lima meter. Kondisi itu cukup membahayakan transportasi laut, apalagi nelayan sering menggunakan perahu kecil, ketinting dan perahu motor.
Larangan ini disampaikan Kepala Kesbangpol Sumtim, Drs. Marthen Kilimandu, kepada SPIRIT NTT di sela-sela rapat koordinasi (rakor) Pamong Praja Kabupaten Sumba Timur di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Senin (11/2/2008). Marthen mengatakan, larangan ini berlaku selama seminggu ke depan sampai ada informasi lebih lanjut dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Larangan bagi nelayan dan aktivitas pelayaran di Pantai Selatan Sumba, kata Marthen, disampaikan kepada masyarakat setelah pihaknya mendapat informasi dari BMG bahwa tinggi gelombang di wilayah itu antara tiga sampai lima meter.
Menurut dia, cuaca ekstrim yang terjadi beberapa hari terakhir, tidak menimbulkan bencana serius. "Untuk saat ini masih aman. Yang ada hanya tanah longsor yang menutup jalan antara Praing Kareha dengan Wahang. Dan, saat ini sudah ditangani Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil). Abrasi di Watukanjarak, Desa Tawui sepanjang 200 meter. Namun abrasi itu tidak sampai menyebabkan jalan putus," katanya.
Bencana lain seperti banjir hanya terjadi di daerah-daerah aliran sungai tetapi tidak sampai menyebabkan kerusakan berarti bagi tanaman masyarakat.
Kepala Dinas Kimpraswil Sumba Timur, Ir. Komang Adnyana mengatakan, untuk meminimalisir meluasnya abrasi, pihaknya telah memasang beton dan menimbun batu. Namun cara ini, tidak bisa bertahan lama. Ketika gelombang besar, lanjut Komang, tumpukan batu akan terbawa gelombang. "Kami tidak bisa membangun tembok pemecah gelombang karena biayanya cukup besar," kata Komang.
Kepala Desa Kiritana dalam rapat pamong praja, mengatakan, hujan deras yang turun terus menerus beberapa hari terakhir menyebabkan banjir di daerah-daerah aliran sungai dan merusak tanaman jagung masyarakat yang berada di daerah aliran sungai. Dia meminta pemerintah kabupaten menurunkan program padat karya bisa dialokasikan daerah tersebut. *

Tidak ada komentar: