Oleh John Oriwis
Spirit NTT 4-10 Februari 2008
DI KORAN-koran sekarang, wartawan mereka mulai tulis tentang para bakal calon pilkada 2008, baik bakal calon gubernur di NTT ato tentang bakal calon bupati. Apalagi di Sikka, sekarang saja suhu politiknya panas, bahkan tiap harinya makin panas. Bukan main, tambah lagi belum ada jadwal untuk kampanye, stiker baliho suda menempel, sampe ke kamar mandi lagi. Sampe ada oknum yang tebar fitnah lewat SMS, mo kasih jatuh paket tertentu. Heran ini sepertinya politik remaja nakal, tida dewasa sama sekali.
"Tapi?" protes Dede Teke.
"Tapi apa lagi?" tanya Ama Plete.
"Tapinya adalah, tapi belom tentu orang pilih, karena yang saya pilih adalah keluarga," jelas Teke.
"Kalo begitu kau sala besar, biar keluarga. Tapi yang harus kau lihat adalah figur. Figur itu yang utama dan pertama, walo semua orang tahu bahwa keluarga yang harus didahulukan," harap Plete.
Bukan apa-apa, semuanya terserah padamu saat di TePeeS (tempat pemungutan suara) nanti. Tapi yang harus kau ingat bahwa figur itu penting sekali, penting untuk kemajuan dan pembangunan di wilayah ini. Walau demikian yang pasti bahwa ada juga yang akan mengutamakan jalinan darah keluarga dari yang lainnya. Memegang prinsip figur itu bukan untuk mulai kamu analisa macam-macam, tapi kalo yang keluarga tu figur jelek mau apa? Ya sudalah, kemajuan daerah ini ada juga di pundak dan hati nurani kita sebagai rakyat. Ya sebagai pemilih.
"Teke we, yang kau mau jadi pemimpin tu yang bagaimana?" Plete mulai cari tau.
"Pokoknya, yang saya pentingkan adalah keluarga. Figur soal kedua," ungkap Teke.
"Kalo saya liat figur, alasan jelas demi kepentingan orang banyak. Yang kau liat itu figur baik ato figur buruk?" tanya Teke balik.
"Ya Allah, jelas yang baik lah. Figur hemu hai ga'i lii," Plete omong protes.
"Kalo figur jelek te mending pilih keluarga, anak tanah. Bae tidak bae juga tetap anak tana lebih baik. Biar besok lusa saya punya anak cucu bisa berbangga, bahwa ada satu orang dari kampung ini pernah jadi bupati. Kan lumayan bisa kepala besar sedikit dengan orang lain," Teke masi berusaha mau kasi pengaru Plete. Biasa begini suda cara kerja tim sukses, kasi pengaruh.
"Kriteria figur menurut saya begini, luas wawasannya, tau dan menguasai mau-mau birokrasi, bijaksana mengambil keputusan, dekat dan cepat tanggap terhadap kondisi masyarakat. Tambah lagi harus baik moral, baik intelek, baik kerja dan baik pengabdian. Dan, yang terpenting adalah tida muka uang," jelas Plete.
"Tida muka uang bagemana, semua manusia inikan muka uang. Apalagi kalo sejak dilahirkan, di dahi Tuhan kasi tai lalat (tanda khusus) yang tulis Rp. Kalo sampe ada berarti itu manusia benar-benar muka-muka uang."
Plete omong benar, figur yang baik itulah yang harus diperhatikan. Semua jawabannya ada di kita sebagai masyarakat. Karena mereka semua tu kita yang pilih, kalo sampe sala pilih pemimpin berarti kita yang dipersalahkan. Ingat, ini hanya kulababong kecil-kecilan saja, itu tadi semua nanti berakhir di TePeeS. Kalo kalah, alhamdulila ikut Pilkada Walikota Maumere. Itu kalo tida halangan. *
Figur dulu baru keluarga
Label:
Kulababong
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar