Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Arogansai anggota TNI-AD harus dikurangi

Laporan ANTARA, Spirit NTT 4-10 Februari 2008

ATAMBUA, SPIRIT--Komandan Kodim 1605/Belu, Letnan Kolonel Infantri Samuel P Hehakaya, menegaskan, berbagai upayanya untuk meredam kesombongan atau arogansi personel TNI-AD di wilayah kerjanya agar konflik sosial-keamanan tidak perlu terjadi lagi.
"Salah satunya adalah menegakkan aturan dan disiplin serta penyadaran kepada anggota tentang jati diri kami sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang. Bahwa masih terjadi pelanggaran d isana-sini, itu kami akui dan kami minta maaf kepada masyarakat sambil terus berupaya membenahi diri," katanya di Atambua, Kamis (31/1/2008).
Hehakaya menyatakan hal itu terkait insiden pemukulan terhadap seorang pastor, John Oki, Pr, oleh personil Batalion Infantri 744/Satya Yudha Bhakti, Kopral Dua Yunus Kadoho, beberapa hari lalu.
Jika tidak segera diredam dibarengi dengan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat serta penegakan hukum, maka tidak mustahil insiden itu berkembang menjadi gejolak sosial yang mengganggu keamanan setempat. Salah satu bekal yang patut menjadi panduan bagi seluruh anggota TNI-AD di lingkungan Kodim 1605/Belu, kata Hehakaya, adalah Delapan Wajib TNI.
"Salah satunya menyatakan secara tegas, jangan sekali-kali menyakiti hati rakyat. Itu harus selalu jadi pedoman dan saya terus menuntut hal itu bisa dilakukan oleh seluruh anggota TNI-AD di sini," katanya.
Komandan Subdetasemen Polisi Militer IX/I-3, Kapten CPM Amal A Tarigan, langsung memmintai keterangan Kadoho dan disidik. Setelah itu, berkasnya langsung dikirim ke satuan atas di Kupang agar proses hukum bisa berjalan semestinya.
"Kami serahkan kepada Polisi Militer untuk menangani kasus ini yang nantinya akan diserahkan kepada Oditurat Militer di Kupang," kata Yunianto, menanggapi perkembangan kasus yang menimpa anak buahnya.
Sementara itu, untuk mencegah agar insiden itu tidak berkembang ke arah yang tidak menguntungkan, pihak Keuskupan Atambua menggelar pertemuan perdamaian antara pihak militer, masyarakat, adat, dan Gereja Katholik sendiri, di Gedung Emaus, Kompleks Keuskupan Atambua. *

1 komentar:

Manuel mengatakan...

TNI jangan arogan... Kalau rakyat sudah bosan dengan TNI, jangankan menjadi presiden, menjadi kepala desa saja tidak boleh. Tau tooo, kalau rakyat sudah marah? Mau tau atau lupa? Kasus Timtim tempo hari? Bukankah karena TNI juga kurang bijaksana waktu itu? Belajarlah dari kesalahan. Proficiat untuk TNI yang mau memperbaiki diri hari demi hari... Nah, kan? Anda akan dicintai rakyat.