Laporan Akoit Julianus, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
KEFAMENANU, SPIRIT--Warga Kota Eban, Kecamatan Miomaffo Barat, dan beberapa desa sekitar mengeluhkan prasarana jalan raya di Kota Eban dan beberapa desa sekitar, seperti Desa Saenam, Desa Noepesu dan Desa Manusasi.
Ruas jalan yang dulunya beraspal kini berubah jadi jalan tanah dan bebatuan. Hal ini menyulitkan warga memasarkan komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan ke Kota Kefamenanu, ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
"Dulu ruas jalan mulai dari Dalek Hi, Kelurahan Maubeli menuju Eban sangat sulit. Setelah kami keluhkan sejak Tahun 2002 baru pemerintah hotmix hingga cabang Kantor Camat Miomaffo Barat tahun 2007 lalu . Tapi selebihnya hingga ke beberapa desa sekitar jalan penuh kubangan lumpur dan bebatuan," kata Nikodemus Naben, dan Martinus Oematan, di Pasar Eban, Senin (7/1/2008).
Menurut mereka, mestinya ruas jalan ke Eban, Ibukota Kecamatan Mibar dan desa sekitar harus menjadi prioritas pemerintah untuk dibenahi. "Eban dan beberapa desa sekitar seperti Noepesu, Saenam, Manusasi adalah wilayah penghasil sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, wortel, bawang putih, tomat, lombok, apel dan jeruk. Jika jalan rusak warga enggan memasarkan hasil buminya ke Kefamenanu. Warga lebih senang memasarkan ke Kapan dan SoE, Kabupaten TTS. Meski ke sana jauh tapi ruas jalannya mulus dan transportasi lancar," jelas Naben dan Oematan.
Kepala Desa (Kades) Noepesu, Joseph Tefa, dimintai komentarnya Sabtu pekan lalu, mengeluhkan hal yang sama. "Silakan lihat sendiri kalau jalan di desa ini melingkar di punggung bukit terjal. Sudah begitu, aspalnya tidak terlihat sama sekali. Hanya bebatuan dan lumpur. Tidak ada mobil masuk ke sini. Kami harus pakai ojek ke Eban Rp 10 ribu/orang baru bisa ke Kefamenanu dengan angkutan," ujarnya.
Padahal, lanjut Tefa, hampir seluruh warga di wilayah ini petani bawang putih, kentang, wortel serta jeruk. "Mereka malas oasarkan komodi pertanian ke Kefamenanu dan lebih suka ke Eban dan SoE karena angkutan lancar dan jalannya mulus," katanya.
Frans Feka, warga Desa Saenam dan Josef Naif dan David Aunsuni, warga Desa Manusasi, minta pemerintah membangun ruas jalan ke desanya. "Sekarang tidak ada mobil masuk ke Manusasi. Kami harus naik ojek ke persimpangan Desa Saenam atau ke Eban baru dapat mobil untuk pergi jual sayur dan bawang putih ke Kefa," kata Naif dan Aunsuni. *
Ruas jalan yang dulunya beraspal kini berubah jadi jalan tanah dan bebatuan. Hal ini menyulitkan warga memasarkan komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan ke Kota Kefamenanu, ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
"Dulu ruas jalan mulai dari Dalek Hi, Kelurahan Maubeli menuju Eban sangat sulit. Setelah kami keluhkan sejak Tahun 2002 baru pemerintah hotmix hingga cabang Kantor Camat Miomaffo Barat tahun 2007 lalu . Tapi selebihnya hingga ke beberapa desa sekitar jalan penuh kubangan lumpur dan bebatuan," kata Nikodemus Naben, dan Martinus Oematan, di Pasar Eban, Senin (7/1/2008).
Menurut mereka, mestinya ruas jalan ke Eban, Ibukota Kecamatan Mibar dan desa sekitar harus menjadi prioritas pemerintah untuk dibenahi. "Eban dan beberapa desa sekitar seperti Noepesu, Saenam, Manusasi adalah wilayah penghasil sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, wortel, bawang putih, tomat, lombok, apel dan jeruk. Jika jalan rusak warga enggan memasarkan hasil buminya ke Kefamenanu. Warga lebih senang memasarkan ke Kapan dan SoE, Kabupaten TTS. Meski ke sana jauh tapi ruas jalannya mulus dan transportasi lancar," jelas Naben dan Oematan.
Kepala Desa (Kades) Noepesu, Joseph Tefa, dimintai komentarnya Sabtu pekan lalu, mengeluhkan hal yang sama. "Silakan lihat sendiri kalau jalan di desa ini melingkar di punggung bukit terjal. Sudah begitu, aspalnya tidak terlihat sama sekali. Hanya bebatuan dan lumpur. Tidak ada mobil masuk ke sini. Kami harus pakai ojek ke Eban Rp 10 ribu/orang baru bisa ke Kefamenanu dengan angkutan," ujarnya.
Padahal, lanjut Tefa, hampir seluruh warga di wilayah ini petani bawang putih, kentang, wortel serta jeruk. "Mereka malas oasarkan komodi pertanian ke Kefamenanu dan lebih suka ke Eban dan SoE karena angkutan lancar dan jalannya mulus," katanya.
Frans Feka, warga Desa Saenam dan Josef Naif dan David Aunsuni, warga Desa Manusasi, minta pemerintah membangun ruas jalan ke desanya. "Sekarang tidak ada mobil masuk ke Manusasi. Kami harus naik ojek ke persimpangan Desa Saenam atau ke Eban baru dapat mobil untuk pergi jual sayur dan bawang putih ke Kefa," kata Naif dan Aunsuni. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar