Laporan Alfred Dama, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
PRESTASINYA spektakuler. Yang terakhir tercatat sebagai kaum hawa Flobamora yang memperjuangkan eksistensi tenun ikat NTT menembus Jakarta. Itulah Ny. Dina Takalapeta-Meler. Istri dari Bupati Alor, Ir. Ans Takalepeta, ini dianugerahi penghargaan Upakarti dari Pemerintah Republik Indonesia yang diserahkan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di Istana Wapres-Jakarta, Jumat (28/12/2007). Saat itu, Ny. Dina Takalapeta bersama 22 orang lainnya menerima penghargaan tertinggi di bidang kerajinan industri kecil dan menengah.
Ny. Dina Takalapeta bersama dua orang lainnya menerima penghargaan Upakarti untuk kelompok Jasa Pengabdian 2007. Upakarti Jasa Pengabdian ini diberikan kepada perorangan yang berasal dari Industri Kecil Menengah (IKM) atau luar IKM yang telah melakukan sesuatu yang dinilai luar biasa dalam mengembangkan IKM. Ny. Dina Takalapeta berhak meraih Upakarti melalui seleksi yang sangat ketat yang merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian RI No 420/M-IND/KEP/11/2007, tanggal 26 November 2007. Di kategori ini, dua penerima lainnya adalah Tuslam R, warga Cilacap, Jawa Tengah. Tuslam melakukan penelitian dan pengembangan desain anyaman bambu dan Riyadi, warga Jember-Jawa Timur, melakukan penelitian dan pengembangan tanaman obat, makanan dan minuman.
Ditemui di Bandara El Tari-Kupang saat transit dalam perjalanan dari Jakarta ke Kalabahi, Minggu (30/12/2007), wajah Ny. Dina cerah ceria meskipun tampak kelelahan sesaat setelah turun dari pesawat. Rona kebahagiaan begitu kuat tersirat di wajahnya. Dengan wajah berbinar, Dina menjelaskan, dengan adanya pengakuan berupa tropi Upakarti, pemerintah pusat sudah mengakui eksitensi industri kerajinan tenun di NTT. "Saya merasa bersyukur dengan ruang baru yang membuka kepedulian para pihak terhadap perkembangan industri kecil NTT khususnya Alor," jelasnya.
Ny. Dina mengaku melakukan pendampingan terhadap 20 kelompok kerajinan tenun ikat di Alor, beranggotakan sekitar 200 orang. Kelompok tersebut memiliki jaringan kerja dengan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) kabupaten, LSM untuk pendampingan kelompok, peneliti di laboratorium dan peneliti perkembangan usaha, dunia kampus. "Kita juga bekerja sama dengan perbankan untuk akses modal usaha. Juga dengan instansi pemerintah yang terkait dengan dunia kerajinan seperti seperti Dinas Perindustrian Perdagangan Alor, Dinas Pariwisata Alor, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Alor, Dinas Koperasi, Bappeda dan Dinas Koperasi dan beberapa instnsi lainnya. Ini di sektor hulu," jelas Ny. Dina.
Di sektor hilir, katanya, kelompok-kelompok penenun secara bersama mendirikan Koperasi Perempuan Penenun. "Jadi, kegiatan menjual, pemasaran dilakukan oleh koperasi, baik dalam daerah maupun di luar Alor," jelasnya.
Wanita kelahiran Kupang, 10 Mei 1963, ini menjelaskan proses penilaian dan segala urusan administrasi selama proses seleksi. Dia bersama beberapa peserta dari NTT banyak dibantu oleh Disperindag NTT dan Kabupaten Alor. "Saya berterima kasih kepada Perindag. Hampir semua urusan yang bersifat administrasi banyak dibantu oleh teman-teman ini," katanya.
"Saya tidak menyangka mendapat penghargaan ini. Selain saya, dari NTT ada beberapa nama yang dikirim sesuai keunggulan masing-masing. Tapi hanya saya yang dipanggil untuk menerima penghargaan," kisahnya.
Selama berada di Jakarta, Ny. Dina mengikuti seleksi lagi dengan memaparkan makalah tentang pendampingan Industri Kecil Menengah (IKM).
Ny. Dina menyarankan agar penghargaan Upakarti perlu diberikan secara periodik kepada para pelaku kerajinan industri kecil agar terbuka ruang bagi pelaku usaha untuk mendapat apresiasi dari Pemerintah Propinsi NTT.*
Ny. Dina Takalapeta bersama dua orang lainnya menerima penghargaan Upakarti untuk kelompok Jasa Pengabdian 2007. Upakarti Jasa Pengabdian ini diberikan kepada perorangan yang berasal dari Industri Kecil Menengah (IKM) atau luar IKM yang telah melakukan sesuatu yang dinilai luar biasa dalam mengembangkan IKM. Ny. Dina Takalapeta berhak meraih Upakarti melalui seleksi yang sangat ketat yang merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian RI No 420/M-IND/KEP/11/2007, tanggal 26 November 2007. Di kategori ini, dua penerima lainnya adalah Tuslam R, warga Cilacap, Jawa Tengah. Tuslam melakukan penelitian dan pengembangan desain anyaman bambu dan Riyadi, warga Jember-Jawa Timur, melakukan penelitian dan pengembangan tanaman obat, makanan dan minuman.
Ditemui di Bandara El Tari-Kupang saat transit dalam perjalanan dari Jakarta ke Kalabahi, Minggu (30/12/2007), wajah Ny. Dina cerah ceria meskipun tampak kelelahan sesaat setelah turun dari pesawat. Rona kebahagiaan begitu kuat tersirat di wajahnya. Dengan wajah berbinar, Dina menjelaskan, dengan adanya pengakuan berupa tropi Upakarti, pemerintah pusat sudah mengakui eksitensi industri kerajinan tenun di NTT. "Saya merasa bersyukur dengan ruang baru yang membuka kepedulian para pihak terhadap perkembangan industri kecil NTT khususnya Alor," jelasnya.
Ny. Dina mengaku melakukan pendampingan terhadap 20 kelompok kerajinan tenun ikat di Alor, beranggotakan sekitar 200 orang. Kelompok tersebut memiliki jaringan kerja dengan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) kabupaten, LSM untuk pendampingan kelompok, peneliti di laboratorium dan peneliti perkembangan usaha, dunia kampus. "Kita juga bekerja sama dengan perbankan untuk akses modal usaha. Juga dengan instansi pemerintah yang terkait dengan dunia kerajinan seperti seperti Dinas Perindustrian Perdagangan Alor, Dinas Pariwisata Alor, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Alor, Dinas Koperasi, Bappeda dan Dinas Koperasi dan beberapa instnsi lainnya. Ini di sektor hulu," jelas Ny. Dina.
Di sektor hilir, katanya, kelompok-kelompok penenun secara bersama mendirikan Koperasi Perempuan Penenun. "Jadi, kegiatan menjual, pemasaran dilakukan oleh koperasi, baik dalam daerah maupun di luar Alor," jelasnya.
Wanita kelahiran Kupang, 10 Mei 1963, ini menjelaskan proses penilaian dan segala urusan administrasi selama proses seleksi. Dia bersama beberapa peserta dari NTT banyak dibantu oleh Disperindag NTT dan Kabupaten Alor. "Saya berterima kasih kepada Perindag. Hampir semua urusan yang bersifat administrasi banyak dibantu oleh teman-teman ini," katanya.
"Saya tidak menyangka mendapat penghargaan ini. Selain saya, dari NTT ada beberapa nama yang dikirim sesuai keunggulan masing-masing. Tapi hanya saya yang dipanggil untuk menerima penghargaan," kisahnya.
Selama berada di Jakarta, Ny. Dina mengikuti seleksi lagi dengan memaparkan makalah tentang pendampingan Industri Kecil Menengah (IKM).
Ny. Dina menyarankan agar penghargaan Upakarti perlu diberikan secara periodik kepada para pelaku kerajinan industri kecil agar terbuka ruang bagi pelaku usaha untuk mendapat apresiasi dari Pemerintah Propinsi NTT.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar