Laporan Okto Manehat, SPIRIT NTT 14-20 Januari 2008
KALABAHI, SPIRIT--Fasilitas umum maupun khusus di Bandar Udara (Bandara) Mali, Kalabahi, Ibu kota Kabupaten Alor, belum memadai. Walau setiap hari didarati pesawat, pemerintah belum melangkapi bandara itu dengan sarana-prasarana yang memadai.
Fasilitas penting yang belum dimiliki bandara setempat adalah converyor belt (alat/rel di ruang turun penumpang untuk menaruh barang bagasi penumpang). Akibat ketiadaan sarana ini, barang-barang milik penumpang harus diangkut mobil pick up atau kereta dorong lalu diserbu oleh pemilik masing-masing. Selain itu, telepon kabel belum ada serta lampu landasan.
Belum memadainya fasilitas Bandara Mali dibenarkan Kepala Bandara, Mesakh Talilah, saat ditemui SPIRIT NTT di ruang VIP, Jumat (11/1/2008).
Talilah menjelaskan, untuk alat converyor belt memang telah diusulkan, namun belum direalisasikan. Hasil survainya, ruang kedatangan bandara tidak memungkinkan dipasang alat yang minimal panjang sembilan meter. Salah satu jalan keluar adalah memperlebar ruang kedatangan tapi belum masuk dalam perencanaan.
Bangunan ruang tunggu, ruang kedatangan dan lain-lain harus diubah dan dibangun baru. Hanya dengan bangunan baru bisa sesuai dengan kebutuhan saat ini. Gedung itu, kata Talilah, dibangun pada saat Bandara Mali hanya didarati pesawat jenis cassa. Apalagi zaman dulu pesawat jarang masuk Mali.
Fasilitas penting yang belum dimiliki bandara setempat adalah converyor belt (alat/rel di ruang turun penumpang untuk menaruh barang bagasi penumpang). Akibat ketiadaan sarana ini, barang-barang milik penumpang harus diangkut mobil pick up atau kereta dorong lalu diserbu oleh pemilik masing-masing. Selain itu, telepon kabel belum ada serta lampu landasan.
Belum memadainya fasilitas Bandara Mali dibenarkan Kepala Bandara, Mesakh Talilah, saat ditemui SPIRIT NTT di ruang VIP, Jumat (11/1/2008).
Talilah menjelaskan, untuk alat converyor belt memang telah diusulkan, namun belum direalisasikan. Hasil survainya, ruang kedatangan bandara tidak memungkinkan dipasang alat yang minimal panjang sembilan meter. Salah satu jalan keluar adalah memperlebar ruang kedatangan tapi belum masuk dalam perencanaan.
Bangunan ruang tunggu, ruang kedatangan dan lain-lain harus diubah dan dibangun baru. Hanya dengan bangunan baru bisa sesuai dengan kebutuhan saat ini. Gedung itu, kata Talilah, dibangun pada saat Bandara Mali hanya didarati pesawat jenis cassa. Apalagi zaman dulu pesawat jarang masuk Mali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar