Laporan Didit Ernanto, SPIRIT NTT, 14-20 Januari 2008
PROPINSI Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tiga museum, yaitu Museum Daerah NTT yang ada di Kota Kupang, Museum Bikonblewut di Maumere, Kabupaten Sikka, dan Museum Siput di Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Penulis beruntung dapat berkunjung ke salah satu museum yang ada di propinsi berjuluk 'Pintu Gerbang Selatan Kawasan Asia Pasifik' ini.
Museum yang sempat dikunjungi adalah Museum Daerah NTT. Memasuki museum yang terletak di kawasan Jalan El Tari, Kota Kupang, ini seakan merupakan napak tilas peristiwa di masa lalu yang terjadi di NTT. Berbagai benda koleksi museum mengajak kita menelusuri sejarah NTT, mulai dari zaman batu, zaman perunggu, zaman penjajahan, hingga peristiwa yang terjadi belum lama ini.
"Semua benda merupakan temuan di NTT," papar Rosalia, staf Museum Daerah NTT.
Benda purbakala yang menjadi koleksi antara lain tengkorak manusia purba homo florensis yang ditemukan di Ruteng, Manggarai. Tengkorak ini diperkirakan berumur 95.000-11.000 tahun. Kemudian ada berbagai senjata yang dimiliki oleh manusia purba, di antaranya adalah kapak perunggu. Benda arkeolog ini merupakan bukti mozaik perjalanan kehidupan manusia berikut budaya pra sejarah di NTT. Perjalanan sejarah yang panjang yang diwarnai dengan nilai-nilai tradisi dan kehidupan masyarakat tradisional.
Tradisi dari masyarakat tradisional yang ada di NTT ini diperlihatkan melalui berbagai benda seperti berbagai jenis gerabah serta benda yang disebut mokokukang. Mokokukang merupakan mas kawin yang berlaku di Suku Abui. "Sampai sekarang mokokukang masih dipakai sebagai maskawin," tutur Rosalia. Pemberian mokokukang sebagai maskawin juga menjadi simbol status yang berlaku di Suku Abui. Mokokukang terbuat dari perunggu.
Koleksi Museum Daerah NTT yang banyak menarik perhatian adalah rumah tradisional suku-suku di NTT. Rumah tradisional berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari alang-alang ini merupakan pusat kegiatan masyarakat tradisional. Mulai dari tidur sampai memasak dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut disimbolkan dalam bentuk tiang rumah yang disebut dengan ni ainaf atau tiang feminin.
Tiang lainnya disebut hau monef atau tiang maskulin. Rumah tradisional ini dilengkapi dengan tempat persembahan yang disebut dengan hau monef. Rumah tradisional ini memiliki nama yang berbeda-beda. Di Alor disebut tofa dan di Ende disebut dengan saoria. Biasanya hanya keluarga inti yang menempati rumah tradisonal ini. Di Flotim, sejarah daerah dapat ditelusui melalui keberadaan gading yang kini menjadi salah satu mas kawin di daerah itu. Keberadaan benteng peninggalan Portugal di Solor, juga dapat menyingkap asal muasal sejarah peradaban di Flotim.
Bendera satu kilometer
Benda-benda lainnya adalah alat-alat tenun ikat dan produk tenun ikat khas NTT. Tak lupa pula baju adat seperti yang berasal dari Alor. Kemudian ada berbagai persenjataan di zaman penjajahan seperti peluru kendali, pedang bersarung peninggalan Belanda yang ditemukan di Ngada, Flores, serta berbagai peralatan maritim seperti teropong, lampu, dan meriam.
Benda lainnya yang merupakan peninggalan pada zaman penjajahan adalah ranjau laut yang dipakai pada Perang Dunia II. Sementara itu, benda peninggalan zaman abad ke-19 berupa keramik eropa. Berbagai keramik berbentuk seperti piring dan mangkuk ini berasal dari Skotlandia dan Belanda.
Koleksi lain yang mewakili abad 20 adalah tulang ikan paus sepanjang 20 meter. Tulang ini merupakan tulang dari ikan paus yang ditemukan di Pantai Pasir Panjang, Kupang, tahun 1972. Tulang ikan paus ini ditempatkan di ruangan terpisah. Di antara tulang ikan paus ini dipamerkan pula perahu tradisional yang dipakai untuk memburu ikan paus.
Tersisa satu cerita menarik tentang perburuan ikan paus tersebut. Konon, ikan paus tersebut diburu nelayan di Pantai Pasir Panjang. Kendati sempat terkena tombak nelayan, ikan paus ini tidak serta-merta mati. Ikan paus sempat melarikan diri ke perairan lainnya. Namun sebelum mati, ikan paus tersebut kembali lagi ke kawasan Pantai Pasir Panjang.
Satu koleksi Museum Daerah NTT yang tak boleh dilewatkan adalah bendera Merah Putih sepanjang satu kilometer. Bendera Merah Putih ini dibuat oleh Front Pembela Merah Putih yang dikomandoi oleh Eurico Guiterez semasa jajak pendapat di Timor Timur sekitar tahun 1999.
Keberadaan Museum Daerah NTT memang laik dikunjungi oleh pelancong yang benar-benar ingin mengetahui tentang sejarah kehidupan dan peristiwa yang terjadi di NTT.
Museum yang sempat dikunjungi adalah Museum Daerah NTT. Memasuki museum yang terletak di kawasan Jalan El Tari, Kota Kupang, ini seakan merupakan napak tilas peristiwa di masa lalu yang terjadi di NTT. Berbagai benda koleksi museum mengajak kita menelusuri sejarah NTT, mulai dari zaman batu, zaman perunggu, zaman penjajahan, hingga peristiwa yang terjadi belum lama ini.
"Semua benda merupakan temuan di NTT," papar Rosalia, staf Museum Daerah NTT.
Benda purbakala yang menjadi koleksi antara lain tengkorak manusia purba homo florensis yang ditemukan di Ruteng, Manggarai. Tengkorak ini diperkirakan berumur 95.000-11.000 tahun. Kemudian ada berbagai senjata yang dimiliki oleh manusia purba, di antaranya adalah kapak perunggu. Benda arkeolog ini merupakan bukti mozaik perjalanan kehidupan manusia berikut budaya pra sejarah di NTT. Perjalanan sejarah yang panjang yang diwarnai dengan nilai-nilai tradisi dan kehidupan masyarakat tradisional.
Tradisi dari masyarakat tradisional yang ada di NTT ini diperlihatkan melalui berbagai benda seperti berbagai jenis gerabah serta benda yang disebut mokokukang. Mokokukang merupakan mas kawin yang berlaku di Suku Abui. "Sampai sekarang mokokukang masih dipakai sebagai maskawin," tutur Rosalia. Pemberian mokokukang sebagai maskawin juga menjadi simbol status yang berlaku di Suku Abui. Mokokukang terbuat dari perunggu.
Koleksi Museum Daerah NTT yang banyak menarik perhatian adalah rumah tradisional suku-suku di NTT. Rumah tradisional berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari alang-alang ini merupakan pusat kegiatan masyarakat tradisional. Mulai dari tidur sampai memasak dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut disimbolkan dalam bentuk tiang rumah yang disebut dengan ni ainaf atau tiang feminin.
Tiang lainnya disebut hau monef atau tiang maskulin. Rumah tradisional ini dilengkapi dengan tempat persembahan yang disebut dengan hau monef. Rumah tradisional ini memiliki nama yang berbeda-beda. Di Alor disebut tofa dan di Ende disebut dengan saoria. Biasanya hanya keluarga inti yang menempati rumah tradisonal ini. Di Flotim, sejarah daerah dapat ditelusui melalui keberadaan gading yang kini menjadi salah satu mas kawin di daerah itu. Keberadaan benteng peninggalan Portugal di Solor, juga dapat menyingkap asal muasal sejarah peradaban di Flotim.
Bendera satu kilometer
Benda-benda lainnya adalah alat-alat tenun ikat dan produk tenun ikat khas NTT. Tak lupa pula baju adat seperti yang berasal dari Alor. Kemudian ada berbagai persenjataan di zaman penjajahan seperti peluru kendali, pedang bersarung peninggalan Belanda yang ditemukan di Ngada, Flores, serta berbagai peralatan maritim seperti teropong, lampu, dan meriam.
Benda lainnya yang merupakan peninggalan pada zaman penjajahan adalah ranjau laut yang dipakai pada Perang Dunia II. Sementara itu, benda peninggalan zaman abad ke-19 berupa keramik eropa. Berbagai keramik berbentuk seperti piring dan mangkuk ini berasal dari Skotlandia dan Belanda.
Koleksi lain yang mewakili abad 20 adalah tulang ikan paus sepanjang 20 meter. Tulang ini merupakan tulang dari ikan paus yang ditemukan di Pantai Pasir Panjang, Kupang, tahun 1972. Tulang ikan paus ini ditempatkan di ruangan terpisah. Di antara tulang ikan paus ini dipamerkan pula perahu tradisional yang dipakai untuk memburu ikan paus.
Tersisa satu cerita menarik tentang perburuan ikan paus tersebut. Konon, ikan paus tersebut diburu nelayan di Pantai Pasir Panjang. Kendati sempat terkena tombak nelayan, ikan paus ini tidak serta-merta mati. Ikan paus sempat melarikan diri ke perairan lainnya. Namun sebelum mati, ikan paus tersebut kembali lagi ke kawasan Pantai Pasir Panjang.
Satu koleksi Museum Daerah NTT yang tak boleh dilewatkan adalah bendera Merah Putih sepanjang satu kilometer. Bendera Merah Putih ini dibuat oleh Front Pembela Merah Putih yang dikomandoi oleh Eurico Guiterez semasa jajak pendapat di Timor Timur sekitar tahun 1999.
Keberadaan Museum Daerah NTT memang laik dikunjungi oleh pelancong yang benar-benar ingin mengetahui tentang sejarah kehidupan dan peristiwa yang terjadi di NTT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar