Spirit NTT, 31 Desember 2007- 6 Januari 2008
KABUPATEN Nagekeo baru setahun jagung. Tapi, biar masih seumur bayi tidak mengurangi atau mengesampingkan prinsip-prinsip dan mekanisme kerja secara profesional. Seluruh proses yang ada sekarang menjadi bagian dari mata rantai dalam proses bagaimana upaya agar seluruh potensi yang ada di daerah belakang bisa dikembangkan dengan baik.
"Kalau kita mau maju, kita melihat desa sebagai kekuatan. Ketika seluruh permasalahan di desa dapat teratasi dengan baik, maka secara sistematis dan berkelanjutan, Nagekeo dari waktu ke waktu akan maju terus," demikian penegasan Penjabat Bupati Nagekeo melalui Asisten I yang membidangi Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial, Drs. Servas Lako, pada acara peletakan batu pencoran jembatan tani Pomahae di Desa Leguderu, Jumat (30/11/2007).
Prinsip kabupaten kedua dari bungsu di Nusa Nipa ini didasari penyebaran penduduknya yang hampir 90 persen petani dan berada di desa. "Kurang lebih 123.000 masyarakat Nagekeo ada di desa dan mayoritas adalah masyarakat petani. Maka tidak salah kalau kita mulai berpikir bagaimana agar adanya mobilitas aktivitas masyarakat dari rumah ke lahan-lahan untuk bagaimana mengembangkan komoditi-komoditi unggulan sesuai spesifikasi lokasi yang ada," jelas Lako.
Menyadari betapa potensialnya daerah belakang Desa Leguderu ini yang kini telah dipenuhi berbagai komoditi unggulan seperti kemiri, kakao, cengkeh, kelapa, kopi, vanili dan berbagai jenis kayu, maka jalan tani, melalui proses yang diterapkan Program Pemberdayaan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) masyarakat mengusulkannya untuk didanai tahun ini. Mengingat kegiatan pengerjaan jalan tani ini tengah berlangsung, maka perbedaan dan pertentangan yang ada perlu diselesaikan dengan pendekatan kultural, profesional, transparan sehingga semua kita menyadari bahwa ini menjadi bagian milik kita semua.
"Dalam pekerjaan ke depan selain bantuan-bantuan dana dan fasilitas yang ada, itu semua akan cuma-cuma jika tidak ada kekompakan dan kerja sama. Untuk itu keterlibatan masyarakat sangat penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun pelestariannya karena apa yang kita kerjakan dan pemerintah lakukan adalah untuk menjawabi kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Sementara Kepala Desa Leguderu melalui Sekretaris Desa, Vinsensius Babo, mengharapkan seluruh masyrakat ikut berpartisipasi aktif dalam menyukseskan pembukaan jalan tani ini terutama dalam mengerjakan jembatan. "Kita dapat mengaktifkan diri kita sesuai dengan kedudukan dan fungsi kita masing-masing dengan penuh tanggung jawab dan transparan kepada masyarakat," kata Babo.
Jalan tani Pomahae sepanjang 1.110 meter dikerjakan masyarakat atas dukungan P2SPP tahun anggaran 2007 dengan suntikan dana sebesar Rp 329.123.917 didukung swadaya masyarakat sebesar Rp 31.200.000.
Turut hadir pada kesempatan itu, Ketua Tim Koordinasi Kabupaten yang diwakili PJO Kabupaten, Drs Marselinus Lowa; Camat Boawae yang diwakili Sekcam Mane Yosef, Amd; PJOK Kecamatan, Meo Wilhelmus; Setrawan Kabupaten, Elfis Jawa, ST; Setrawan Teknik Kecamatan, Rafael Jogo; Setrawan Pemberdayaan, Donatus Sadang, S.Sos, anggota dari Polsek Boawae, aparat Desa Leguderu, BPD Leguderu dan seluruh masyrakat Desa Leguderu dan kelompok pemanfaat yang berasal dari Desa Kelewae dan Desa Solo. (don sadang/humas boawae)
"Kalau kita mau maju, kita melihat desa sebagai kekuatan. Ketika seluruh permasalahan di desa dapat teratasi dengan baik, maka secara sistematis dan berkelanjutan, Nagekeo dari waktu ke waktu akan maju terus," demikian penegasan Penjabat Bupati Nagekeo melalui Asisten I yang membidangi Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial, Drs. Servas Lako, pada acara peletakan batu pencoran jembatan tani Pomahae di Desa Leguderu, Jumat (30/11/2007).
Prinsip kabupaten kedua dari bungsu di Nusa Nipa ini didasari penyebaran penduduknya yang hampir 90 persen petani dan berada di desa. "Kurang lebih 123.000 masyarakat Nagekeo ada di desa dan mayoritas adalah masyarakat petani. Maka tidak salah kalau kita mulai berpikir bagaimana agar adanya mobilitas aktivitas masyarakat dari rumah ke lahan-lahan untuk bagaimana mengembangkan komoditi-komoditi unggulan sesuai spesifikasi lokasi yang ada," jelas Lako.
Menyadari betapa potensialnya daerah belakang Desa Leguderu ini yang kini telah dipenuhi berbagai komoditi unggulan seperti kemiri, kakao, cengkeh, kelapa, kopi, vanili dan berbagai jenis kayu, maka jalan tani, melalui proses yang diterapkan Program Pemberdayaan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) masyarakat mengusulkannya untuk didanai tahun ini. Mengingat kegiatan pengerjaan jalan tani ini tengah berlangsung, maka perbedaan dan pertentangan yang ada perlu diselesaikan dengan pendekatan kultural, profesional, transparan sehingga semua kita menyadari bahwa ini menjadi bagian milik kita semua.
"Dalam pekerjaan ke depan selain bantuan-bantuan dana dan fasilitas yang ada, itu semua akan cuma-cuma jika tidak ada kekompakan dan kerja sama. Untuk itu keterlibatan masyarakat sangat penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun pelestariannya karena apa yang kita kerjakan dan pemerintah lakukan adalah untuk menjawabi kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Sementara Kepala Desa Leguderu melalui Sekretaris Desa, Vinsensius Babo, mengharapkan seluruh masyrakat ikut berpartisipasi aktif dalam menyukseskan pembukaan jalan tani ini terutama dalam mengerjakan jembatan. "Kita dapat mengaktifkan diri kita sesuai dengan kedudukan dan fungsi kita masing-masing dengan penuh tanggung jawab dan transparan kepada masyarakat," kata Babo.
Jalan tani Pomahae sepanjang 1.110 meter dikerjakan masyarakat atas dukungan P2SPP tahun anggaran 2007 dengan suntikan dana sebesar Rp 329.123.917 didukung swadaya masyarakat sebesar Rp 31.200.000.
Turut hadir pada kesempatan itu, Ketua Tim Koordinasi Kabupaten yang diwakili PJO Kabupaten, Drs Marselinus Lowa; Camat Boawae yang diwakili Sekcam Mane Yosef, Amd; PJOK Kecamatan, Meo Wilhelmus; Setrawan Kabupaten, Elfis Jawa, ST; Setrawan Teknik Kecamatan, Rafael Jogo; Setrawan Pemberdayaan, Donatus Sadang, S.Sos, anggota dari Polsek Boawae, aparat Desa Leguderu, BPD Leguderu dan seluruh masyrakat Desa Leguderu dan kelompok pemanfaat yang berasal dari Desa Kelewae dan Desa Solo. (don sadang/humas boawae)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar