Laporan Okto Manehat, Spirit NTT, 31 Desember 2007- 6 Januari 2008
KALABAHI, SPIRIT--Yayasan Lendola di Kabupaten Alor menggelar seminar sehari mengatasi bencana alam berbasis masyarakat di Aula Gereja Pola Tribuana Kalabahi, Senin (24/12/2007). Seminar ini menghadirkan masyarakat di desa-desa rawan bencana, selain aparat pemerintah.
Dalam seminar ini, Yayasan Lendola menghadirkan dua pembicara utama, yakni Pejabat Kepala Badan Kesbang Linmas Kabupaten Alor, Drs. Ahmad Maro, yang mewakili Bupati Alor, Ir. Ans Takalapeta, yang berhalangan hadir, dan Pembantu Rektor (Purek) II Universitas Tribuana (Untrib) Kalabahi, Drs. YO.Buling, M.Si, yang mewakili Rektor Untrib, Ny. Dina Takalapeta Meler, S.Th, yang juga berhalangan hadir.
Di hadapan peserta, Ketua Yayasan Lendola, John L Maro, menyebut tujuan seminar untuk menyamakan persepsi antara masyarakat dan pemerintah tentang pengurangan risiko bencana yang berbasiskan masyarakat, selain penguatan institusi lembaga. Dengan demikian, kata John L Maro, akan ada kesadaran masyarakat dalam menyiapkan diri menghadapi bencana alam dengan berbagai cara. Cara-cara dimaksud antara lain bisa mengembangkan dan mengaplikasikan suatu sistem kesiapsiagaan dan tanggap darurat sebagaimana pelatihan simulasi yang telah dilakukan yayasan di setiap desa dan sekolah.
Pejabat Kepala Badan Kesbang Linmas Alor, Drs. Ahmad Maro, yang tampil membawakan materi tentang komitmen pemerintah Kabupaten Alor dalam pengelolaan bencana berbasis masyarakat, menjelaskan, pemerintah sejak awal telah merencanakan kegiatan kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana dalam berbagai bentuk. Hal ini merupakan komitmen pemerintah dalam pengelolaan bencana dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Pemerintah, kata Ahmad Maro, juga mendorong pihak swasta dan masyarakat umumnya untuk mensosialisasikan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
"Atas nama pemerintah daerah, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Yayasan Lendola yang selama ini banyak berperan di masyarakat. Apa yang dilakukan Lendola telah banyak membantu pemerintah dalam menyiapkan masyarakat untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Kami berharap ada lembaga atau pihak lain yang juga melakukannya, "ujar Ahmad Maro.
Purek II Untrib Kalabahi, Drs. YO Buling, M.Si, menjelaskan, sebagai perguruan tinggi di daerah, Untrib terpanggil untuk melakukan berbagai kajian tentang bagaimana mengurangi resiko apabila terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan sebagainya. Ada lima rencana aksi yang dikemukakan dalam seminar ini, pertama, meletakan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun dasar yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat.
Kedua, mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menetapkan sistem peringatan dini. Ketiga, memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat.
Keempat, mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana. Kelima, memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif. "Kelima prioritas rencana aksi ini dijabarkan dalam sejumlah program atau kegiatan," kata Buling.
Usai penyampaian materi dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Para peserta yang berasal dari berbagai desa tersebut sangat antusias karena baru pertama kali mengikuti seminar di tingkat kabupaten. *
Dalam seminar ini, Yayasan Lendola menghadirkan dua pembicara utama, yakni Pejabat Kepala Badan Kesbang Linmas Kabupaten Alor, Drs. Ahmad Maro, yang mewakili Bupati Alor, Ir. Ans Takalapeta, yang berhalangan hadir, dan Pembantu Rektor (Purek) II Universitas Tribuana (Untrib) Kalabahi, Drs. YO.Buling, M.Si, yang mewakili Rektor Untrib, Ny. Dina Takalapeta Meler, S.Th, yang juga berhalangan hadir.
Di hadapan peserta, Ketua Yayasan Lendola, John L Maro, menyebut tujuan seminar untuk menyamakan persepsi antara masyarakat dan pemerintah tentang pengurangan risiko bencana yang berbasiskan masyarakat, selain penguatan institusi lembaga. Dengan demikian, kata John L Maro, akan ada kesadaran masyarakat dalam menyiapkan diri menghadapi bencana alam dengan berbagai cara. Cara-cara dimaksud antara lain bisa mengembangkan dan mengaplikasikan suatu sistem kesiapsiagaan dan tanggap darurat sebagaimana pelatihan simulasi yang telah dilakukan yayasan di setiap desa dan sekolah.
Pejabat Kepala Badan Kesbang Linmas Alor, Drs. Ahmad Maro, yang tampil membawakan materi tentang komitmen pemerintah Kabupaten Alor dalam pengelolaan bencana berbasis masyarakat, menjelaskan, pemerintah sejak awal telah merencanakan kegiatan kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana dalam berbagai bentuk. Hal ini merupakan komitmen pemerintah dalam pengelolaan bencana dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Pemerintah, kata Ahmad Maro, juga mendorong pihak swasta dan masyarakat umumnya untuk mensosialisasikan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
"Atas nama pemerintah daerah, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Yayasan Lendola yang selama ini banyak berperan di masyarakat. Apa yang dilakukan Lendola telah banyak membantu pemerintah dalam menyiapkan masyarakat untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Kami berharap ada lembaga atau pihak lain yang juga melakukannya, "ujar Ahmad Maro.
Purek II Untrib Kalabahi, Drs. YO Buling, M.Si, menjelaskan, sebagai perguruan tinggi di daerah, Untrib terpanggil untuk melakukan berbagai kajian tentang bagaimana mengurangi resiko apabila terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan sebagainya. Ada lima rencana aksi yang dikemukakan dalam seminar ini, pertama, meletakan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun dasar yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat.
Kedua, mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menetapkan sistem peringatan dini. Ketiga, memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat.
Keempat, mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana. Kelima, memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif. "Kelima prioritas rencana aksi ini dijabarkan dalam sejumlah program atau kegiatan," kata Buling.
Usai penyampaian materi dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Para peserta yang berasal dari berbagai desa tersebut sangat antusias karena baru pertama kali mengikuti seminar di tingkat kabupaten. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar