Laporan Edy Hayong, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
ATAMBUA, SPIRIT--Kepala Desa Duarato, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Marselus Koli Mela, mengupayakan listrik masuk desa dan mengatasi krisis air bersih di desa itu yang telah terjadi bertahun-tahun.
Kepada SPIRIT NTT di Atambua, Rabu (2/1/2008), Marselus menjelaskan, krisis air yang dialami warga Desa Duarato merupakan masalah klasik sejak nenek moyang sampai sekarang. Setiap kali pergantian pimpinan di tingkat kabupaten maupun desa namun belum mampu mengatasi persoalan air minum bagi 120 kepala keluarga atau 520 jiwa, di Desa Duarato ini.
Warga selama ini hanya bisa mengonsumsi air seadanya dengan mengambil di beberapa desa tetangga seperti Desa Leowalu, Desa Nualain, Desa Fulur, dan Desa Lakmaras dengan jarak tempuh sekitar enam kilometer.
Kalaupun mendapatkan air, jelas Marselus, itupun harus antri selama seminggu untuk mendapatkan jatah 25 liter air. "Memang, sengsara warga saya. Krisis air minum sudah berlangsung lama bukan baru sekarang. Kondisi ini sudah terjadi sejak turun temurun. Pernah kami upayakan tahun 2000 dari Desa Lakmaras tapi tidak dikelola secara baik akhirnya sampai sekarang tetap krisis air minum," jelasnya..
Menurut dia, warga bersyukur manakala memasuki musim hujan. Namun jika sudah tiba musim kemarau maka warga harus begadang mencari air minum. Belum lagi warga di desa tetangga pun harus antri maka warga dari Duarato harus menunggu sampai warga setempat selesai jatahnya.
"Sebagai pimpinan desa yang baru akan tetap berusaha dengan segala cara agar krisis air ini segera berakhir. Saya baru delapan bulan menjabat kepala desa di Duarato. Program yang saya lakukan selain listrik masuk desa menggunakan program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), juga mengupayakan air minum. Ada sumber air di Dulitau, tapi letaknya 200 meter di bawah lembah. Saya sedang upayakan agar menggunakan pompa listrik seperti yang sudah digunakan di Desa As Manulea. Mudah-mudahan dengan cara ini krisis air yang sudah sekian tahun dialami warga segera berakhir," tandas ahli teknik pasang listrik dan elektro ini. *
Kepada SPIRIT NTT di Atambua, Rabu (2/1/2008), Marselus menjelaskan, krisis air yang dialami warga Desa Duarato merupakan masalah klasik sejak nenek moyang sampai sekarang. Setiap kali pergantian pimpinan di tingkat kabupaten maupun desa namun belum mampu mengatasi persoalan air minum bagi 120 kepala keluarga atau 520 jiwa, di Desa Duarato ini.
Warga selama ini hanya bisa mengonsumsi air seadanya dengan mengambil di beberapa desa tetangga seperti Desa Leowalu, Desa Nualain, Desa Fulur, dan Desa Lakmaras dengan jarak tempuh sekitar enam kilometer.
Kalaupun mendapatkan air, jelas Marselus, itupun harus antri selama seminggu untuk mendapatkan jatah 25 liter air. "Memang, sengsara warga saya. Krisis air minum sudah berlangsung lama bukan baru sekarang. Kondisi ini sudah terjadi sejak turun temurun. Pernah kami upayakan tahun 2000 dari Desa Lakmaras tapi tidak dikelola secara baik akhirnya sampai sekarang tetap krisis air minum," jelasnya..
Menurut dia, warga bersyukur manakala memasuki musim hujan. Namun jika sudah tiba musim kemarau maka warga harus begadang mencari air minum. Belum lagi warga di desa tetangga pun harus antri maka warga dari Duarato harus menunggu sampai warga setempat selesai jatahnya.
"Sebagai pimpinan desa yang baru akan tetap berusaha dengan segala cara agar krisis air ini segera berakhir. Saya baru delapan bulan menjabat kepala desa di Duarato. Program yang saya lakukan selain listrik masuk desa menggunakan program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), juga mengupayakan air minum. Ada sumber air di Dulitau, tapi letaknya 200 meter di bawah lembah. Saya sedang upayakan agar menggunakan pompa listrik seperti yang sudah digunakan di Desa As Manulea. Mudah-mudahan dengan cara ini krisis air yang sudah sekian tahun dialami warga segera berakhir," tandas ahli teknik pasang listrik dan elektro ini. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar