Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
KUPANG, SPIRIT--PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengupayakan eksploitasi panas bumi di Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, segera terealisasi akhir tahun ini.
"Kami akan berkoordinasi dengan pihak yang mengurus sumur untuk eksploitasi listrik geothermal itu untuk membenahi persoalan di lapangan. Nampaknya ada masalah pada sistem injeksi sehingga belum bisa menghasilkan uap," kata Direktur Utama PT PLN, Eddy Widiono, di Kupang, Sabtu (6/10/2007), sebelum bertolak ke Jakarta untuk mengakhiri Safari Ramadhan PT PLN di wilayah NTT.
Ia mengatakan, PLN Wilayah NTT terus mengkaji berbagai kemungkinan yang dapat menghambat proses eksploitasi panas bumi Mataloko agar pemanfaatan listrik geothermal itu dapat terlaksana paling lambat akhir tahun 2007 sesuai target Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Sesuai perencanaan awal, penyediaan pembangkit listrik tanggungjawab PLN sementara teknis pengoperasian sumur injeksi merupakan kompetensi DESDM.
Tahapan konstruksi pembangkit listrik sudah dilakukan dalam tahun anggaran 2005-2006 berupa pemasangan dua unit pembangkit berkekuatan 2,5 MW (2 x 2,5 MW). Potensi geothermal di Mataloko 100-150 Mega Watt (MW).
"Pembangkit listrik geothermal yang menjadi tanggungjawab PLN sudah tersedia dan tidak ada masalah. Kendala di lapangan berkaitan dengan pengoperasian sumur injeksi yang bukan kompetensi PLN sehingga perlu dikoordinasikan guna menuntaskan kendala tersebut," ujar Widiono.
PT PLN, tambahnya, bersedia mengupayakan tambahan dana jika dibutuhkan untuk mempercepat realisasi pemanfaatan panas bumi Mataloko itu karena pada dasarnya manajemen PLN membutuhkan listrik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Ulumbu
Proyek pemanfaatan panas bumi di Ulumbu dilaksanakan sejak tahun 1990-an dengan dukungan dana yang bersumber dari APBN. Saat ini, sudah ada dua sumur produksi disertai satu sumur reinjeksi dengan nilai investasi sejak awal hingga tahapan produksi yang direncanakan tahun ini, diperkirakan mencapai Rp 23 miliar.
Potensi panas bumi di Mataloko merupakan satu dari 20 titik panas bumi di wilayah NTT yang sudah diekplorasi. Satu titik panas bumi lainnya yang juga sudah dieksplorasi bersamaan dengan Mataloko yakni Ulumbu di Kabupaten Manggarai.
Pengeboran panas bumi Ulumbu yang didanai Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam bentuk loan, telah menghasilkan tiga sumur produksi dan satu sumur reinjeksi dan telah diujicoba yang menghasilkan produksi listrik 5,1 MW.
Widiono mengatakan, proyek Ulumbu sebenarnya sudah dilakukan pada Agustus 1994, sebagai proyek percontohan yang dikembangkan PLN untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) skala kecil guna melayani masyarakat terpencil di daerah pedesaan.
Namun, pada Oktober 1995, dua sumur yang berhasil dibor ditutup kembali dan baru dibenahi kembali pada tahun 2003-2004, tetapi baru satu sumur sehingga sumur yang satu lagi juga harus direhabilitasi.
Hasil uji 'long term' pada 9 September 2004 diketahui tekanan kepala sumur ialah 28 barg ketika sumur dibuka 25 persen. Sementara laju uap air (flow rate) 54,61 ton per jam atau ekuivalen dengan daya listrik sebesar lebih kurang 6 MW.
"Ulumbu memiliki potensi geothermal 100-150 MW, namun sumur produksinya masih harus direhabilitasi. Mudah-mudahan tahun 2008 dapat dieksploitasi," ujar Widiono. (antara)
"Kami akan berkoordinasi dengan pihak yang mengurus sumur untuk eksploitasi listrik geothermal itu untuk membenahi persoalan di lapangan. Nampaknya ada masalah pada sistem injeksi sehingga belum bisa menghasilkan uap," kata Direktur Utama PT PLN, Eddy Widiono, di Kupang, Sabtu (6/10/2007), sebelum bertolak ke Jakarta untuk mengakhiri Safari Ramadhan PT PLN di wilayah NTT.
Ia mengatakan, PLN Wilayah NTT terus mengkaji berbagai kemungkinan yang dapat menghambat proses eksploitasi panas bumi Mataloko agar pemanfaatan listrik geothermal itu dapat terlaksana paling lambat akhir tahun 2007 sesuai target Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Sesuai perencanaan awal, penyediaan pembangkit listrik tanggungjawab PLN sementara teknis pengoperasian sumur injeksi merupakan kompetensi DESDM.
Tahapan konstruksi pembangkit listrik sudah dilakukan dalam tahun anggaran 2005-2006 berupa pemasangan dua unit pembangkit berkekuatan 2,5 MW (2 x 2,5 MW). Potensi geothermal di Mataloko 100-150 Mega Watt (MW).
"Pembangkit listrik geothermal yang menjadi tanggungjawab PLN sudah tersedia dan tidak ada masalah. Kendala di lapangan berkaitan dengan pengoperasian sumur injeksi yang bukan kompetensi PLN sehingga perlu dikoordinasikan guna menuntaskan kendala tersebut," ujar Widiono.
PT PLN, tambahnya, bersedia mengupayakan tambahan dana jika dibutuhkan untuk mempercepat realisasi pemanfaatan panas bumi Mataloko itu karena pada dasarnya manajemen PLN membutuhkan listrik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Ulumbu
Proyek pemanfaatan panas bumi di Ulumbu dilaksanakan sejak tahun 1990-an dengan dukungan dana yang bersumber dari APBN. Saat ini, sudah ada dua sumur produksi disertai satu sumur reinjeksi dengan nilai investasi sejak awal hingga tahapan produksi yang direncanakan tahun ini, diperkirakan mencapai Rp 23 miliar.
Potensi panas bumi di Mataloko merupakan satu dari 20 titik panas bumi di wilayah NTT yang sudah diekplorasi. Satu titik panas bumi lainnya yang juga sudah dieksplorasi bersamaan dengan Mataloko yakni Ulumbu di Kabupaten Manggarai.
Pengeboran panas bumi Ulumbu yang didanai Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam bentuk loan, telah menghasilkan tiga sumur produksi dan satu sumur reinjeksi dan telah diujicoba yang menghasilkan produksi listrik 5,1 MW.
Widiono mengatakan, proyek Ulumbu sebenarnya sudah dilakukan pada Agustus 1994, sebagai proyek percontohan yang dikembangkan PLN untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) skala kecil guna melayani masyarakat terpencil di daerah pedesaan.
Namun, pada Oktober 1995, dua sumur yang berhasil dibor ditutup kembali dan baru dibenahi kembali pada tahun 2003-2004, tetapi baru satu sumur sehingga sumur yang satu lagi juga harus direhabilitasi.
Hasil uji 'long term' pada 9 September 2004 diketahui tekanan kepala sumur ialah 28 barg ketika sumur dibuka 25 persen. Sementara laju uap air (flow rate) 54,61 ton per jam atau ekuivalen dengan daya listrik sebesar lebih kurang 6 MW.
"Ulumbu memiliki potensi geothermal 100-150 MW, namun sumur produksinya masih harus direhabilitasi. Mudah-mudahan tahun 2008 dapat dieksploitasi," ujar Widiono. (antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar