Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Eban wajib budidaya bunga dan apel

Laporan Akoit Julianus, Spirit NTT 7-13 Januari 2008

EBAN, SPIRIT--Eban, Ibukota Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), akan dikembangkan menjadi sentra pembudiyaan aneka tanaman bunga, buah apel dan jeruk. Tiap kelompok tani atau gabungan kelompok tani (gapoktan) diwajibkan menyediakan lahan minimal satu hektar untuk pembudiyaan aneka bunga dan buah apel.
"Mulai tahun 2008 ini, saya programkan Kota Eban dan sekitarnya harus menjadi sentra pembudiyaan aneka tanaman bunga dan buah apel serta jeruk. Tahun 2007 lalu, kami sudah coba dua kelompok tani agribisnis. Hasilnya bagus dan prospektif," kata Camat Miomaffo Barat, Robertus Nahas, S.Sos, di Eban, Jumat (5/1/2008).
Ia menjelaskan, Kota Eban dan wilayah sekitarnya berhawa sejuk dan subur karena itu sangat tepat dikembangkan sebagai sentra budidaya agribisnis, di antaranya bunga dan apel. "Sebenarnya 15 tahun lalu Kota Eban dikenal sebagai penghasil jeruk dan apel yang luar biasa. Dulu apel dan jeruk Eban dan Kapan (Kabupaten TTS) menguasai pasar di Kupang, Surabaya dan Jakarta. Tapi sekarang tinggal cerita saja. Karena itu saya programkan agar Eban harus dikembalikan sebagai kota agribisnis untuk mengembangkan apel dan bunga," jelas Nahas.
Selama ini, demikian Nahas, Eban hanya dikenal sebagai pemasok sayur-sayuran, kentang, bawang putih, wortel, lombok dan tomat. "Tapi sebenarnya petani bisa membudiyakan aneka tanaman bunga. Bunga sekarang menjadi primadona dan sudah mulai dikembangkan secara luas dan intensif. Karena itu saya ingin petani di Eban mencoba budidayakan aneka bunga untuk dijual. Saya yakin bisnis ini akan berhasil," tukasnya optimis.
Kepala Desa Noepesu, Joseph Tefa (37), yang dihubungi di kaki Gunung Mutis, Jumat lalu, mengatakan di desanya, ada dua kelompok tani yang mulai membudiyakan apel. "Di desa saya ada dua kelompok tani, yaitu Desa Noebesi Indah dan Oelabfob, yang sudah mulai mencoba budidayakan apel, masing-masing seluas satu hektar. Tahun berikutnya kami akan coba mengembangkan aneka tanaman bunga," jelas Tefa.
Dikatakannya, dulu apel tumbuh liar di hutan. "Dulu warga tidak pernah menanam apel karena apel tumbuh liar di hutan seperti di Kapan, Kabupaten TTS. Tapi sekarang, tidak ada lagi. Waktu masih kecil, ayah bersama saya tiap minggu membawa apel ke Atambua untuk dijual. Setiap minggunya kami muat apel di tujuh ekor kuda. Sedangkan sisa apel yang kami panen di hutan untuk makanan ternak babi. Sekarang apel jadi barang mahal," katanya. *

Tidak ada komentar: