Laporan ANTARA, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
KUPANG, SPIRIT--Anggota DPRD NTT menilai Pertamina tidak jujur dalam memberikan penjelasan tentang keadaan stok bahan bakar minyak (BBM), khususnya minyak tanah untuk masyarakat Kota Kupang.
"Buktinya, kesulitan masyarakat untuk memperoleh minyak tanah sejak Desember tahun lalu, masih terus terjadi sampai saat ini," kata anggota DPRD NTT, Viktor Mado Wutun, di Kupang, Selasa (8/1/2008), terkait masih terus terjadinya kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang.
Bahkan, kesulitan pasokan minyak tanah saat ini hampir melanda seluruh wilayah di NTT, sehingga membuat harga jual menjadi sangat tinggi dari harga yang dipatok pemerintah.
"Dalam penjelasan yang disampaikan ke DPRD, Pertamina mengatakan, stok minyak tanah cukup untuk tiga bulan ke depan. Penjelasan ini sangat bertentangan dengan kondisi rill di lapangan, karena masyarakat Kota Kupang ternyata masih mengalami kesulitan memperoleh minyak tanah," katanya.
Ini bisa terlihat dari masih terjadinya antrian di pangkalan-pangkalan minyak tanah, dan hilir-mudiknya warga menenteng jerigen untuk mencari minyak tanah, katanya.
Menurut dia, jika stok minyak tanah cukup tersedia maka mestinya pihak Pertamina menambah stok pada pangkalan-pangkalan minyak tanah dalam Kota Kupang, agar warga tidak perlu berkeliling kota mencari minyak tanah.
"Minyak tanah seperti sudah menjadi barang langkah. Saya sedih melihat warga berbondong-bondong antri di pangkalan-pangkalan minyak tanah. Pemandangan ini hampir terlihat di seluruh NTT," kata Viktor.
Secara terpisah, anggota DPRD NTT lainnya, Jonathan Kana, mengaku sudah letih berteriak soal kelangkaan minyak tanah. "Kita sudah letih berbicara soal minyak tanah, bahkan sudah memanggil pihak Pertamina tetapi kondisinya juga tidak berubah," katanya.
Pertamina mungkin memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang dan daerah lain di NTT. "Mari kita berikan kesempatan kepada mereka untuk mencari solusi yang tepat, " katanya.
Harga jual minyak tanah di tingkat pengecer bervariasi antar Rp 3.500-3.750/liter. Harga ini mengalami kenaikan dari harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 2.450 per liter.
"Biar mahal juga tetap kita beli. Kalau tidak beli, mau masak pakai apa, " kata Ny. Theresia Doren dalam logat Kupang yang kental.
Dia mengaku pasrah dengan kelangkaan BBM minyak tanah saat ini karena bukan baru terjadi, tetapi sudah lebih dari sebulan.
Wanita setengah baya ini mengatakan, hidup di Kota Kupang, ibukota provinsi NTT ini ternyata sama dengan di desa terpencil karena serba susah. Mendapatkan air susah, menadpatkan minyak tanah juga susah. *
"Buktinya, kesulitan masyarakat untuk memperoleh minyak tanah sejak Desember tahun lalu, masih terus terjadi sampai saat ini," kata anggota DPRD NTT, Viktor Mado Wutun, di Kupang, Selasa (8/1/2008), terkait masih terus terjadinya kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang.
Bahkan, kesulitan pasokan minyak tanah saat ini hampir melanda seluruh wilayah di NTT, sehingga membuat harga jual menjadi sangat tinggi dari harga yang dipatok pemerintah.
"Dalam penjelasan yang disampaikan ke DPRD, Pertamina mengatakan, stok minyak tanah cukup untuk tiga bulan ke depan. Penjelasan ini sangat bertentangan dengan kondisi rill di lapangan, karena masyarakat Kota Kupang ternyata masih mengalami kesulitan memperoleh minyak tanah," katanya.
Ini bisa terlihat dari masih terjadinya antrian di pangkalan-pangkalan minyak tanah, dan hilir-mudiknya warga menenteng jerigen untuk mencari minyak tanah, katanya.
Menurut dia, jika stok minyak tanah cukup tersedia maka mestinya pihak Pertamina menambah stok pada pangkalan-pangkalan minyak tanah dalam Kota Kupang, agar warga tidak perlu berkeliling kota mencari minyak tanah.
"Minyak tanah seperti sudah menjadi barang langkah. Saya sedih melihat warga berbondong-bondong antri di pangkalan-pangkalan minyak tanah. Pemandangan ini hampir terlihat di seluruh NTT," kata Viktor.
Secara terpisah, anggota DPRD NTT lainnya, Jonathan Kana, mengaku sudah letih berteriak soal kelangkaan minyak tanah. "Kita sudah letih berbicara soal minyak tanah, bahkan sudah memanggil pihak Pertamina tetapi kondisinya juga tidak berubah," katanya.
Pertamina mungkin memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang dan daerah lain di NTT. "Mari kita berikan kesempatan kepada mereka untuk mencari solusi yang tepat, " katanya.
Harga jual minyak tanah di tingkat pengecer bervariasi antar Rp 3.500-3.750/liter. Harga ini mengalami kenaikan dari harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 2.450 per liter.
"Biar mahal juga tetap kita beli. Kalau tidak beli, mau masak pakai apa, " kata Ny. Theresia Doren dalam logat Kupang yang kental.
Dia mengaku pasrah dengan kelangkaan BBM minyak tanah saat ini karena bukan baru terjadi, tetapi sudah lebih dari sebulan.
Wanita setengah baya ini mengatakan, hidup di Kota Kupang, ibukota provinsi NTT ini ternyata sama dengan di desa terpencil karena serba susah. Mendapatkan air susah, menadpatkan minyak tanah juga susah. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar