Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Diservis karena kebutuhan

Oleh John Oriwis
Spirit NTT, 31 Desember 2007 - 6 Januari 2008

SEORANG waria bernama Dede Teke alias De'a. Melamun sendirian di Taman Kota. Malam itu, Jumat (30/11/2007), memang sepi pengunjung. Apalagi besoknya adalah peringatan Hari Kesehatan Nasional dan Hari AIDS Sedunia, tepatnya Sabtu (1/12/2007). Dalam kesendiriannya, De'a melamun begini.
"Setiap tanggal satu di awal bulan Desember, Indonesiaku memperingati hari kesehatan. Dan seluruh isi dunia merayakan hari AIDS. Mungkin karena besok adalah peringatan dua hari besar itu, sehingga malam ini saya harus sendirian bersama gelap dan dinginnya malam," duga De'a.
"Kejamnya lagi, untuk merayakan hari kesehatan dan apalagi Hari AIDS Sedunia, seluruh isi puisi drama dan pidato yang dipentaskan, selalu menyudutkan kami para waria dan pelacur-pelacur itu, sebagai biang penyakit menular dan penular virus HIV/AIDS. Padahal bagi kami, inilah dunia yang normal dan wajar yang harus kami jalani. Lagian mereka sendiri tahu, bahwa kami para waria dan pelacur- pelacur itu tidak pantas untuk didekati, tapi selalu saja mereka datang sebagai pria hidung belang yang tidak waras dan meminta "diservis" demi kebutuhan untuk dipuaskan dan demi kebutuhan hidup. Maka servis itu pun kami lakoni karena kebutuhan-kebutuhan tadi," keluh De'a lagi.
"Anehnya lagi, dan ini memang benar-benar aneh. Kami yang sering mangkal di taman kota ini, dikeremangan dan di kali-kali mati, selau mendapat razia. Mereka itu juga berteriak bahwa pelacuran, penyimpangan perilaku seks dan perselingkuhan dilarang dan sangat berbahaya, rentan terhadap penularan penyakit dan penyebaran virus HIV/AIDS. Tapi sebagian dari mereka mendukung, memberi izin berdirinya tempat hiburan, serta mereka juga yang selalu mangkal di tempat-tempat pelayanan jasa "servis" di bidang itu tu."
Gila memang. Sedikit lagi dunia ini menjadi gila. Orang-orang yang melarang kami itulah, yang selalu mendahului kami datang di tempat hiburan. Mereka pula yang sangat membutuhkan kami. Jadi mereka itu yang merazia kami, melarang kami, mensosialisasikan bahwa kami berbahaya, tapi mereka jugalah yang begitu membutuhkan kami.
Sekarang malah saya yang bingung. Saya atau mereka yang menjadi biang penyakit menular dan pembawa virus HIV/AIDS? Mebi yes mebi nou. *

Tidak ada komentar: