Laporan Okto Manehat, Spirit NTT 14-20 Januari 2008
KALABAHI, SPIRIT--Saat ini budaya kekerasan dan krisis kepercayaan sedang melanda Alor mencerminkan kemiskinan hati nurani. Persoalan yang timbul sering diselesaikan dengan cara-cara kekerasan. Tak heran konflik sosial terus terjadi dan menimbulkan krisis kepercayaan. Orang lebih suka saling menyalahkan satu sama lain di tengah masyarakat.
Penegasan ini disampaikan Romo Kanis Ati dalam kotbahnya pada perayaan Natal dan Tahun Baru bersama Korpri, TNI, Polri, anggota DPRD Alor di Balai Raya, Desa Fanating, Kecamatan Teluk Mutiara, Rabu (9/1/2008).
Pastor Pembantu Paroki Gembala Yang Baik Alor-Pantar, itu mengatakan, budaya kekerasan yang sedang melanda Alor sebagai akibat dari kemiskinan hati nurani yang sudah mulai hancur dalam setiap diri yang adalah gambar dan citra Allah. Selain budaya kekerasan, dewasa ini berkembang roh pemecah belah persatuan dan kesatuan sehingga melahirkan krisis kesetiaan kepada Yesus Kristus.
Romo Kanis mengatakan, selama ini orang sudah tidak lagi saling mendengarkan satu sama lain sehingga kapan saja muncul berbagai konflik seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Kalabahi. Untuk menghapus budaya kekerasan, kata Romo Kanis, harus saling mendengarkan, saling menasehati, saling solider untuk berbuat yang baik dan harus tahu berterima kasih serta harus bisa menyuarakan suara para kaum yang tak bersuara.
Ia juga mengajak segenap warga Korpri, TNI, Polri dan anggota DPRD Alor untk senantiasa berdoa untuk para pelayan publik agar lebih mengutamakan kesejahteraan rakyat atau kepentingan publik daripada kepentingan diri sendiri.
Acara Natal dan Tahun Baru bersama juga diisi dengan pesan Natal oleh para tokoh agama, puji-pujian dari beberapa paduan suara seperti paduan suara dari PGRI dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Alor.
Acara ini dihadiri Bupati Alor, Ir. Ans Takalapeta, Ketua DPRD Alor, Drs. John Th Blegur, unsur pimpinan daerah dan Ketua Pengadilan Negeri Kalabahi. *
Penegasan ini disampaikan Romo Kanis Ati dalam kotbahnya pada perayaan Natal dan Tahun Baru bersama Korpri, TNI, Polri, anggota DPRD Alor di Balai Raya, Desa Fanating, Kecamatan Teluk Mutiara, Rabu (9/1/2008).
Pastor Pembantu Paroki Gembala Yang Baik Alor-Pantar, itu mengatakan, budaya kekerasan yang sedang melanda Alor sebagai akibat dari kemiskinan hati nurani yang sudah mulai hancur dalam setiap diri yang adalah gambar dan citra Allah. Selain budaya kekerasan, dewasa ini berkembang roh pemecah belah persatuan dan kesatuan sehingga melahirkan krisis kesetiaan kepada Yesus Kristus.
Romo Kanis mengatakan, selama ini orang sudah tidak lagi saling mendengarkan satu sama lain sehingga kapan saja muncul berbagai konflik seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Kalabahi. Untuk menghapus budaya kekerasan, kata Romo Kanis, harus saling mendengarkan, saling menasehati, saling solider untuk berbuat yang baik dan harus tahu berterima kasih serta harus bisa menyuarakan suara para kaum yang tak bersuara.
Ia juga mengajak segenap warga Korpri, TNI, Polri dan anggota DPRD Alor untk senantiasa berdoa untuk para pelayan publik agar lebih mengutamakan kesejahteraan rakyat atau kepentingan publik daripada kepentingan diri sendiri.
Acara Natal dan Tahun Baru bersama juga diisi dengan pesan Natal oleh para tokoh agama, puji-pujian dari beberapa paduan suara seperti paduan suara dari PGRI dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Alor.
Acara ini dihadiri Bupati Alor, Ir. Ans Takalapeta, Ketua DPRD Alor, Drs. John Th Blegur, unsur pimpinan daerah dan Ketua Pengadilan Negeri Kalabahi. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar